Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nurlia Maharani

Pemikiran Muhammad Abduh Terhadap Pendidikan Serta Pengaruhnya

Pendidikan dan Literasi | 2023-12-27 21:53:15

Muhammad Abduh lahir dalam suatu desa di mesir hilir tahun 1849. Bapaknya bernama Muhammad Abduh hasan Khaerullah, berasal dari turki yang telah lama tinggal di mesir. Ibunya dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai Umar bin Khatab. Mereka tinggal dan menetap di mahallah Nasr. Muhammad Abduh besar di lingkungan yang taat beragama dan mempunyai jiwa keagamaan yang teguh.

Ketika berusia tiga belas tahun, Muhammad abduh belajar di masjid Ahmadi di Tanta. Masjid ini kedudukannya di anggap nomor dua setelah universitas Al Azhar dari segi tempat belajar Al-Qura n dan menghafalnya. System pembelajarannya dengan menghafal nash ( teks ) dan ulasan serta hukum diluar kepala, dan tidak memberi kesempatan untuk memahami, membuat Muhammad Abduh merasa tidak puas. Lalu beliau meninggalkan masjid dan bertekad untuk tidak kembali ke kehidupan akademis. Kemudian ia menikah pada usia enam belas tahun

Saat Muhammad abduh berjumpa dengan pamannya, syaikh Darwisy Khadr, seorang guru tarekat syadzily. Pertemuannya dengan syaikh Darwisy sanat mempengaruhi kehidupannya, sehingga semangat dalam belajarnya kembali berkobar. Muhammad Abduh mendapatkan pembelajaran tentang disiplin ilmu etika, moral serta praktek kezuhudan tarekatnya.

Pada tahun 1866, Muhammad abduh masuk ke Al Azhar, dan bertahan selama empat tahun, namun lagi-lagi Muhammad Abduh merasa kecewa dengan kurikulum serta metode pembelajaran yang di anggap kolot sama sepertinya saat di Tanta. Pada saat jamaluddin Al-Afghani datang ke mesir untuk pertama kalinya, mahasiswa lainya berkunjung ke tempat penginapan Al-Afghani, dalam pertemuan itu beliau mengajukan pertanyaan kepada mereka mengenai arti beberapa ayat Al Quran kemudian beliau memberikan tafsirannya sendiri. Pada pertemuan ini memberi kesan baik dalam diri Muhammad Abduh, yang menjadikan Abduh sebagai murid yang paling setia

Muhammad Abduh menyelesaikan pendidikannya di Al-Azhar dan mendapat gelar sebagai Alim. Ia mulai mengajar di Dar Al-Ulum dan juga rumahnya sediri, buku-buku yang diajarkanya diantaranya adalah buku akhlak karangan Ibnu Miskawaih, Muqaddimah Ibnu Khaldun dan sejarah kebudayaan eropa karangan Guizot yang di terjemahkan Al-Tahtawi. Dalam kesempatan ini di manfaatkan oleh Muhammad Abduh untuk berbicara dan menulis masalah politik, social serta masalah pendidikan nasional, pada saat itu kesadaran nasional di mesir semakin meningkat.

Pada tahun 1879 Al-Afghani dan Muhammad Abduh di usir dari mesir karena sikap politiknya di anggap terlalu keras, namun pada tahun 1880 ia segera diaktifkan kembali oleh perdana mentri serta di angkat menjadi salah satu editor, kemudian editor kepala surat kabar resmi pemerintah mesir. Dalam posisi ini beliau sangat berpengaruh dalam membentuk pendapat umum.

Pemikiran pendidikan Muhammad Abduh

Muhammad Abduh memiliki corak pemikiran modern, politik, kebangsaan, soisal,teologi dan filsafat. Corak pemikiran Muhammad Abduh juga berdasar pemikiran teologi rasional, filsafat dan sejarah. Pendidikan Muhammad Abduh tentang pendidikan di nilai sebagai awal dari kebangkitan umat islam di awal abad ke 20. Pemikiran Muhammad Abduh di sebar luaskan melalui tulisan di majalah al Manar dan al Urwat al Wutsa menjadi rujukan para tokoh prmbaharu di dunia islam. Sehingga di berbagai Negara islam muncul gagasan mendirikan sekolah-sekolah dengan menggunakan kurikulum seperti di rintis oleh Muhammad abduh. Termasuk didirikannya organisasi kemuhamadiyahan oleh KH. Ahmad Dahlan di pengaruhi oleh pemikiran Muhammad Abduh dalam majalah al Manar.

Secara garis besar , pemikiran Muhammad Abduh dalam pendidikan yaitu : 1 tidak ada dikotomi dalam pendidikan, 2 pengembangan institusi pendidikan, 3 kurikulum 4 metodologi pengajaran, berikut adalah penjelasan secara singkat :

Tidak ada dikotomi dalam pendidikan, secara teoritis ajaran dasar islam tidak memberikan tampat pada pola pikir dikotonomis dalam pendidikan dan keilmuan islam. Kecenderungan pemikiran polarisasi, dengan demikian, lebih merupakan mainstream histori yang di batasi oleh ruang dan waktu. Menurut Abduh factor yang membawa kemunduran islam karena adanya dikotomis yang di anut oleh umat islam, yakni dikotomi atau mempertentangkan antara ilmu agama dan ilmu umum.

Pembangunan institusi pendidikan, Muhammad Abduh mendirikan sekolah menengah pemerintahan untuk menghasilkan tenaga ahli dalam berbagai bidang, administrasi, militer,kesehatan, perindustrian dan sebagainya. Muhammad Abduh berupaya memasukan pelajaran agama, sejarah dan kebudayaan islam. Abduh tidak setuju apabila umat islam menerima ilmu-ilmu barat secara mentah-mentah dan tidak dilakukan filterisasi atau kritik. Abduh memperjuangkan system pendidikan fungsional yang bukan impor yang mencakup pendidikan universal bagi laki-laki maupun perempuan, seperti membaca, menulis,berhitung.

Kurikulum, rancangan kurikulum yang dipernaharui Muhammad abduh 1 kurikulum tingkat sekolah dasar, Abduh beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya di mulai di usia dini, 2 kurikulum tingkat menengah atas. Dengan memasukan mata pelajaran manthik dan falsafah yang sebelumnya tidak di ajarkan selain itu mempelajari kebudayaan islam dengan tujuan agar umat islam mengetahui berbagai kemajuan islam yang pernah di capai. 3, kurikulum universitas Al Azhar, perguruan tinggi. Abduh memasukan Ilmu filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan modern kedalam kurikulum Al-Ahar.

Metode pembelajaran, Abduh mengusulkan menghidupkan kembali metode munadzarah ( diskusi ) dan kebiasaan ilmiah dan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa ilmiah.

Pengaruh pembaharuan pendidikan Muhammad Abduh di Indonesia, adalah pada organisasi Muhammadiyah. Munculnya gagasan K.H Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah di dorong oleh dua sebab. Pertama karena situasi politik belanda. Kedua, karena keadaan umat islam di sekitar kampong nya itu sangat rusak dalam menjalankan praktik keagamaan dan jauh melenceng dari ajaran sebenernya. Majalah al mawar membawa pengaruh bagi perjuangan ahmad dahlan, melalui majalah tersebut pemikiran Muhammad Abduh cukup berpengaruh dalam membentuk semangat perjuangannya.

Kesimpulan

Muhammad Abduh sosok pembaharu abad ke 19, ide pembeharuan Abduh merupakan hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan pada saat itu dan masih terasa hingga saat ini. Ia mengagas kurikulum pendidikan yang berbasis ilmu pengetahuan dan filsafat yang menggunakan akal dengan tidak meninggalkan pelajaran agama. Serta pengaruh Abduh juga terasa hingga ke Indonesia , salah satunya Ahmad dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah. Ia menyebarkan gagasan-gagasan Abduh dalam perjuangan inodesia salahsatunya konsep pendidikan.

Referensi

Arif, Mukhrizal, dkk. 2014. Pendidikan pos modernism telaah kritis pemikiran tokoh pendidikan. Jogjakarta: Arruz Media

Nasution, Harun. 1975 pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan. Jakarta ; bulan bintang.

Azhari, Afif dan Mimien Maemunah z. 1996. Muhammad abduh dan pengaruhnya di Indonesia. Surabaya; al ikhlas.

Komaruzaman, k ( 2017). Studi pemikiran Muhammad Abduh dan pengaruhnya terhadap pendidikan di Indonesia. Tarbawi : jurnal keilmuan manajemen pendidikan. 3 (01).90-101pp

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image