Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rahmat Abdulloh

Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Hayy bin Yaqdzon Karya Ibn Tufail

Sejarah | Wednesday, 27 Dec 2023, 07:46 WIB
https://images.app.goo.gl/LHxKmarnWvb6qhdx5

Ibn Thufail adalah Abu Bakar Muhammad Ibn „Abd al-Malik Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Thufail al-Qaisyi al-Andalusi. Dia memiliki gelar al-Andalusi dan al-Qurthubi. Di Barat Ibn Thufail dikenal dengan Abubacer. Ibn Thufail lahir di kota Wadi Ash (Guadix) tahun 508 H/1110 M, sebuah kota yang subur dekat Granada. Sebagai seorang keturunan suku Qaisy, suku Arab terkemuka, ia dengan mudah mendapatkan fasilitas belajar, apalagi kecintaannya kepada buku-buku dan ilmu pengetahuan. Hal ini mengutarakannya menjadi seorang ilmuwan dalam banyak bidang meliputi kedokteran, kesusastraan, matematika, dan filsafat. Kedokteran dan filsafat dipelajarinya di Sevilla dan Cordova. Tidak banyak tulisan yang mengungkap masa kecil dan remajanya, termasuk perjalanan intelektualnya. Sebagian sumber menyebutkan bahwa Ibn Thufail berguru kepada filsuf Ibn Bajjah (w. 533 H). Akan tetapi informasi ini masih perlu diteliti lebih lanjut. Sebab, seperti yang dikatakannya sendiri di dalam pendahuluan risalahnya, bahwa Ibn Thufail belum pernah bertemu dengan Ibn Bajjah secara face to face, meski ia sangat mengagumi dan mengakui kedalaman pengetahuan serta pemikirannya. Ibn Thufail meninggal dunia Pada 581 H/1186 M., di Marakisy Maroko, dan dimakamkan di sana.

https://images.app.goo.gl/SkHqByuf63PnianT8

1. Sumber pengetahuan Ibn Thufail adalah seorang filsuf muslim yang dalam hal berfikirnya terkenal dengan tokoh filsuf-iluminasi (al-failasuf ak-isyraqy) yaitu memadukan daya rasio dan daya intuisi manusia. Jika diperinci daya rasio adalah kemampuan manusia dalam memahami segala kebenaran secara logis, empiris, dan melalui uji pengetahuan diskursif. Sedangkan daya intuisi adalah kemampuan jiwa, perasaan, atau emosi manusia dalam memahami hakikat entitas segala kebenaran yang ada. Jadi sumber pengetahuan menurut Ibn Thufail, yaitu:a. Sumber insani (Fisika). Yakni terdiri dari, (1). Rasio (akal) dan (2). Indera (pengalaman). Baik itu indera mata (penglihatan), telinga (pendengaran), mulut (perasa), kulit (peraba), dan hidung (penciuman). b. Sumber Ilahi (metafisika). (1). Intuisi (ilham) yaitu sumber pengetahuan yang diperoleh Hayy dengan indera keenamnya, melalui refleksi yang dalam dan olah spiritual yang tinggi. Sehingga Hayy pada keyakinan adanya jiwa, yang dalam pemikiran Ibn Thufail dipandang jiwa sebagai salah satu titik sentral karena melalui jiwanya manusia mampu mengetahui yang wajib ada Tuhan. (2). Wahyu yaitu pengetahuan yang yang berasal dari Al-Qur‟an dan al-Sunnah, ini dikisahkan oleh Ibn Thufail dengan pertemuan Hayy dan Asal ternyata serupa pengetahuan yang diperoleh Hayy dan Asal yang mempelajari tasawuf dari teks wahyu. Ibn Thufail meyakini kebenaran wahyu dengan pemaknaan yang lebih mandalam, tidak terjebak pada teks wahyuwahyu.

2. Metode perolehan pengetahuan Kisah Hayy ibn Yaqdzan oleh banyak kalangan dipandang sebagai gambaran tentang perkembangan pengetahuan manusia (tathawwuru al-ma’rifah Al-insâniyyah), dan hal itu nampak dalam tokoh Hayy yang hidup menyendiri di pulau terasing, bahkan terasing dari keluarga, masyarakat, budaya, agama, maupun dinamika sosial lainnya, mampu tumbuh dan berkembang sebagai filosof yang bukan saja ahli dalam pengetahuan empiris, melainkan juga sebagai teosofi (al-muta’allih) yang sampai pada kebenaran Tuhan, yang disebutnya sebagai pengetahuan sejati (al-haqâ’iq). Ada tiga metode perolehan pengetahuan menurut Ibn Thufail dalam Karya monumentalnya Hayy ibn Yaqdzan sebagai berikut: a. Dengan metode yang berdasar pada rasio: 1. Komparasi, analogi dan deduksi ketika Hayy membadah jasad ibunya sang rusa, serta penelitiannya pada seluruh benda yang ada di alam materi, sehingga dia berhasil mengetahui sifat dan tabiat yang kemudian diketahuinya sebagai hukum alam dan hukum kausalitas, yang membawanya pada kesimpulan bahwa segala yang ada itu sendiri terdiri dari empat unsur pokok: tanah, air, udara, dan api. Bahkan lebih dari itu Hayy berhasil mengungkap esensi seluruh benda-benda yang ada di alam bawah ini, yang menurutnya terdiri dari materi asal (al-hayula) dan bentuk (al-shurah). 2. Eksperimen ketika Hayy berhasil menemukan dan membuat api serta fungsinya secara detail. Berdasarkan pengalamannya dan pengetahuannya Justru menjadikan Hayy terampil berburu, bahkan terampil menunggangi kuda yang telah dijinakkannya untuk dapat mengimbangi larinya binatang buruan.

b. Dengan metode yang berdasar pada indera: 1. Pengamatan, observasi dan penelitianyang digunakan Hayy secara bersama-sama untuk mengamati fenomena alam sekitarnya, dari segala benda, bebatuan, juga tumbuh-tumbuhan, berikut karakter masingmasing.15 Demikian juga di dalam melihat tabiat semua binatang, baik yang buas maupun yang jinak, terutama ibunya sang rusa (al-zhabyah), serta segala yang ada di alam materi ini. 2. Peniruan yaitu cara yang dilakukannya sejak Hayy masih kecil terhadap berbagai perilaku binatang dan benda-benda di sekitarnya, sehingga diperoleh kekuatan dan ketajaman indera serta memiliki kekuatan nalar yang tinggi, seperti halnya bagaimana dia menguburkan jasad ibunya seperti yang diceritakan dalam kitab suci tentang burung gagak. 3. Penyerupaan kepada benda-benda empiric yaitu: (a). Amaliah menyerupai materi alam bawah (dunia); (b). Amaliah menyerupai materi alam atas (luar angkasa); (c). Amaliah imateri (abstrak) Yang Maha Agung. Untuk itu Hayy ibn Yaqdzan melakukan tahapan-tahapan olah spiritual yang dikenal sebagai tiga tahapan penyucian jiwa (tazkiyyah al-nafs) melalui penyerupaan terhadap siklus gerakan alam.

c. Dengan metode berdasarkan pada intuisi atau jiwa: 1. Refleksi dan penyerupaan amaliah imateri berdasarkan pada daya jiwa manusia untuk bisa memaknai hakekat (esensi) segala yang ada dengan kearifan (moral tertinggi) yang terdapat pada ajaran-ajaran agama. 2. Metode penemuan (al-iktisyaf) yang digunakan Hayy untuk mengetahui rahasia yang terkandung dalam benda, misalnya Hayy membedah jasad rusa yang telah mati sehingga mengetahui secara detail seluruh bagian anggota tubuhnya, sekaligus fungsi dan kegunaannya masing-masing. Bahkan melalui penalaran dan kekuatan rasionya, Hayy berhasil menyingkap rahasia yang tersembunyi di balik jasad yang hidup, yakni adanya daya yang di luar jasadnya yang materi disebutnya sebagai ruh hewani yang merupakan penggerak bagi kehidupannya. 3. Terakhir metode penyerupaan, metode ini digunakan Hayy di dalam mencapai derajat tertinggi, yakni puncak kebahagiaan dalam ekstase total (al-fana al-tâmm), yang memungkinkannya melihat esensi Tuhan. Manusia tidak akan mencapai derajat tertinggi ini, kecuali senantiasa memikirkan dzat-Nya, serta membebaskan diri dari segala pikiran tentang yang bersifat inderawi.

Proses pembelajaran yang di lakukan Hayy secara seimbang di dalam upaya memperoleh pengetahuan baik fisika maupun metafisika melalui tahapantahapan pendidikan yang dikenal sebagai:

1). Dari yang sederhana (al-Basith) kepada yang kompleks (al-Murakkab).

2). Pengetahuan Fisika ke pengetahuan metafisika. 3). Dari yang kongkrit (al-mahsus) ke yang abstrak (al-mujarrad).

4). Dari tasawuf ke isyraqiyah (Illuminasi).

5). Dari yang Partikular (al-juz’i) kepada yang universal (al-Kulli).

Lebih dari itu, tujuan pendidikan dalam perspektif Ibn Thufail adalah untuk mewujudkan manusia seutuhnya (insan kamil) dengan memadukan dua model pengetahuan sekaligus, yakni pengetahuan alam (pure reason) melalui penelitian diskursif (al-nazhar al-aqli), dan pengetahuan agama, yang berdasarkan wahyu (revelation) melalui para nabi dan Rasul, sehingga tercapai sosok figus insan kamil sebagai filosof sufi yang illuminasionis, yang mampu menyeimbangkan kehidupan vertical dan kehidupan horizontal sekaligus.

Kesimpulan

Konsep pendidikan Ibn Thufail adalah menyangkut masalah sumber dan metode perolehan pengetahuan.Terkait dengan sumber pengetahuan Ibn Thufail membagi menjadi dua, yakni sumber insani (fisika) dan sumber ilahi (metafisika). Sumber insani mencakup di dalamnya rasio (akal) dan indera (pengalaman). Sumber Ilahi juga mencakup dua komponen, yakni intuisi (ilham) dan wahyu (Al-Quran dan Al-Sunnah). Sedangkan metode yang digagas oleh Ibnu Thufail adalah sebagai berikut. 1. Metode yang berdasar pada rasio, yang di dalamnya ada tindakan komparasi dan eksperimen. 2. Metode yang berdasar pada indera, yang di dalamnya ada tindakan pengamatan, peniruan, dan penyerupaan. 3. Metode berdasarkan pada intuisi atau jiwa, yakni ada di dalamnya tindakan refleksi dan penyerupaan amaliah imateri, penemuan (al-iktisyâf), dan penyerupaan yang diigunakan untuk mencapai derajat tertinggi, yakni puncak kebahagiaan dalam ekstase total (al-fana al-tamm), yang memungkinkannya melihat esensi Tuhan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image