Body Dysmorphic Disorder (BDD)
Gaya Hidup | 2023-12-26 11:01:20Apakah Anda suka bercermin? Seberapa sering? Dan apakah setiap cermin yang anda jumpai membuat Anda ingin bercermin? Di spion, kaca pertokoan, kaca mobil? Jangan-jangan Anda mengalami Body Dysmorphic Disorder (BDD).
Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah gangguan mental yang ditandai dengan obsesi terhadap ketidaksempurnaan atau cacat pada penampilan fisik seseorang. Orang dengan BDD cenderung terobsesi dengan bagian tubuh mereka yang dianggap tidak sempurna, meskipun dalam kenyataannya tidak ada masalah fisik yang nyata. Mereka mungkin melakukan tindakan-tindakan seperti memeriksa cermin terus-menerus, mencari perawatan kosmetik atau operasi plastik yang berlebihan, atau menghindari situasi sosial karena rasa malu terhadap penampilan mereka.
Orang dengan BDD cenderung memiliki pandangan yang berlebihan terhadap kekurangan dimana mereka, sering memeriksa diri sendiri di cermin, mencari cacat yang sebenarnya tidak ada, dan mengalami stres dan kecemasan yang signifikan akibat obsesi mereka terhadap penampilan fisik. BDD dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang dan menyebabkan penderita merasa tidak bahagia dan tidak puas dengan diri mereka sendiri.
Hampir setiap orang selalu berkaca setiap ada kesempatan diantaranya karena:
1. Untuk memastikan penampilan diri terlihat rapi dan menarik, terutama di daerah wajah.
2. Untuk memeriksa apakah ada makanan atau benda asing yang menempel di wajah atau pakaian.
3. Untuk memperbaiki riasan atau tatanan rambut yang mungkin sudah berantakan.
4. Untuk meningkatkan rasa percaya diri dengan melihat penampilan diri.
5. Untuk memantau perkembangan fisik dan kesehatan tubuh secara umum.
6. Untuk memeriksa apakah pakaian dan aksesori yang dipakai sesuai dengan acara atau kegiatan yang akan dihadiri.
Satu atau beberapa alasan di atas mungkin masih terkesan mendasar, akan tetapi jika semua alasan di atas selalu menjadi alasan penting bahkan ada motivasi lain, maka bisa jadi Body Dysmorphic Disorder (BDD) menjangkit ke orang tersebut, dengan kata lain, dalam konteks psikologis, kebiasaan sering memeriksa diri sendiri di cermin secara berlebihan atau obsesif dapat dikaitkan dengan BDD. Tingkat BDD yang lebih tinggi bisa dapat diindikasikan diantaranya:
Pertama, memeriksa diri sendiri di cermin secara berlebihan, kadang-kadang berjam-jam, untuk mencari cacat atau kekurangan yang sebenarnya tidak ada. Contoh: Seseorang yang menghabiskan berjam-jam setiap hari memeriksa wajah mereka di cermin, mencari detail kecil yang dianggapnya sebagai cacat.
Kedua, menghindari situasi atau aktivitas sosial karena merasa tidak puas dengan penampilan fisik mereka. Contoh: Seseorang yang menolak untuk pergi ke pesta atau acara sosial karena merasa terlalu tidak puas dengan penampilan mereka.
Ketiga, Menghabiskan banyak waktu dan uang untuk mencoba "memperbaiki" atau menutupi kekurangan yang dirasakan. Contoh: Seseorang yang menghabiskan banyak uang untuk operasi plastik atau produk kecantikan dalam upaya untuk menutupi kekurangan yang sebenarnya tidak ada.
Keempat, mengalami kecemasan, depresi, atau stres yang signifikan terkait dengan penampilan fisik mereka. Contoh: Seseorang yang merasa sangat cemas dan depresi setiap kali melihat cermin atau melihat foto diri mereka sendiri.
Terakhir, memiliki obsesi terhadap detail kecil dalam penampilan fisik yang mungkin tidak terlihat oleh orang lain. Contoh: Seseorang yang terobsesi dengan bentuk hidung mereka, meskipun orang lain mungkin tidak melihatnya sebagai masalah. BDD dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi yang signifikan, serta dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Oleh karena itu, penting untuk mencari bantuan profesional jika seseorang mengalami gejala-gejala BDD.
Proses penyembuhan dari BDD dapat memerlukan waktu dan kesabaran. Pengobatan BDD biasanya melibatkan pendekatan gabungan yang mencakup terapi kognitif perilaku (CBT), terapi obat, dan dukungan social. Tetapi dengan perawatan yang tepat, banyak individu dapat mengelola gejala mereka dan mengalami perbaikan yang signifikan dan sekomprehensif mungkin. Mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan dapat membantu individu dengan BDD merasa didukung dan dipahami dalam proses penyembuhan.
Bagaimana mencegah gangguan mental seperti BDD?
Penting untuk mengadopsi sikap sehat terhadap penampilan fisik dan menggunakan cermin dengan bijak. Berikut adalah beberapa tips yang mungkin membantu. Pertama, ubah pola pikir: Berlatih menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya. Fokuslah pada aspek positif dari diri Anda dan menghindari menghabiskan terlalu banyak waktu memperhatikan kekurangan yang Anda rasakan.
Kedua, jangan terlalu kritis terhadap diri sendiri: Hindari mengkritik diri sendiri secara berlebihan atau terlalu fokus pada kekurangan fisik. Alihkan perhatian Anda pada hal-hal yang lebih penting dalam hidup, seperti hubungan sosial, minat dan hobi, dan pencapaian pribadi.
Ketiga, dukungan sosial: Berbicaralah dengan teman atau keluarga jika Anda merasa terganggu oleh kekhawatiran terkait penampilan fisik. Mendapatkan dukungan dan perspektif dari orang-orang terdekat dapat membantu mengurangi kecemasan yang terkait dengan penampilan.
Penting untuk diingat bahwa BDD adalah gangguan mental yang kompleks dan memerlukan perhatian profesional. Jika Anda merasa bahwa kekhawatiran terkait penampilan fisik telah mengganggu kehidupan sehari-hari Anda, sangat penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental atau psikologi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.