Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Riza Fahmi

Pemikiran Teologi Pembebasan Islam Dalam Perspektif Hasan Hanafi

Agama | Monday, 25 Dec 2023, 23:02 WIB

https://images.app.goo.gl/jGmdK7Hbdc8cV4uLA

Pemikiran Teologi Pembebasan Islam Dalam Perspektif Hasan Hanafi

A. Pendahuluan

Mesir menjadi Negara tersubur ketika berbicara tokoh muslim yang selalu memunculkan ide dan gagasannya demi kemajuan islam di dunia, seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridho, Hasan Al-Bana, Qasim Amin dan Hasan Hanafi, Hasan hanafi menjadi salah satu tokoh yang dibesarkan pada era dimana pada saat itu perkembangan pembaharuan pemikiran islam begitu pesat.

Dari sekian banyak tokoh muslim di mesir salah satunya adalah Hasan Hanafi, Hasan hanafi merupakan pemikir islam, ia ingin menjadikan teologi bukan hanya sekedar ilmu yang sifatnya transenden, tapi juga menjadikan sebagai ilmu yang praktis guna merealisasikan atau mewujudkan secara nyata bahwa teologi mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat.

B. Biografi Hasan Hanafi

https://images.app.goo.gl/jGmdK7Hbdc8cV4uLA

Negara mesir pernah melahirkan seorang intelektual islam kontemporer, ia selalu merespon setiap dinamika yang terjadi pada islam di zaman pembaharuan kala itu, kontribusinya telah dicatat oleh sejarah, ia adalah Hasan Hanafi yang lahir pada tanggal 13 februari 1935 di Kairo Mesir. Sejak kecil ia sudah haus akan ilmu, bahkan ia mulai belajar Al-Quran saat usianya masih lima tahun pada seorang ulama yang bernama Syekh Sayyid. Hasan menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Madrasah Sulaiman Gawiys, ketika menginjak kelas lima ia memutuskan untuk pindah ke Silahdar. kemudian ia melanjutkan pendidikan ke sekolah guru yang bernama Al-Mualimin.[1]

Pada tahun 1952 Hasan Hanafi melanjutkan pendidikannya di Universitas Kairo pada jurusan filsafat, kemudian ditahun 1956 Hasan Hanafi melanjutkan pendidikan nya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Universitas Sarbone Francis. Dan di tahun 1966 hasan hanafi berhasil menyelesaikan program master dan doctor nya di Universitas Sarbone Francis. Setelah itu Hasan Hanafi mulai aktif memberikan kuliah di negara- negara lain seperti di Francis (1969), Belgia (1970), Temple University Philia Delphia Amerika Serikat (1971-1975), Universitas Vezh Maroko (1982-1984),dan menjadi guru besar di Universitas Tokyo (1984-1985).[2]

Kesadaran nasionalisme Hasan Hanafi sudah mulai terlihat ketika ia masih duduk dibangku smp, ia sudah aktif berpartisipasi dalam kegiatan demonstrasi, Hasan Hanafi bersama sahabat nya pernah mendaftarkan diri ke lembaga asosiasi sukarelawan perang dan bahkan Hasan Hanafi dengan sahabatnya tidak disambut dengan positif, dan malah diminta bergabung dengan battalion ahmad husin, kejadian itu mamapu membangkitkan kesadaran yang mendalam bagi Hasan Hanafi tentang realitas politik yang dihadapinya.

C. Karya-karya Hasan Hanafi

Hasan Hanafi menjadi sosok ilmuan yang banyak mengobarkan gagasan dan idenya dalam bentuk tulisan, Hasan mengunakan metode keilmuannya untuk memahami agama dalam konteks realitas kontemporer, dan diantara karya-karyanya adalah :

1. Qodaya Muasirah fi Fikrina al-Muasir

Buku ini menjelaskan tentang realitas dunia Arab pada saat itu kemudian apa yang menjdi tugas para pemikir untuk menghidupkan kembali khazanah tradisonal islam yang sudah mulai merosot, dan buku itu terbit pada tahun 1976.

2. Qodaya Muasirah fi Fikrial-Garb

Buku kedua ini mendiskusikan para pemikir dari barat, bagaimana kemudian mereka memahami persoalan masyarakatnya untuk melakukan pembaharuan, dan buku ini terbit pada tahun 1977.

3. Religious Dialogue and Revolution

Buku ini berisi pikiran-pikiran yang ditulisnya ketika berada di Amerika serikat pada tahun 1972-1976 dan dibagian pertama buku itu ia merekomendasikan satu metode dialog antara Islam, Kristen dan Yahudi.

4. Muqoddimah fia. Ilm al-istigrab

Buku ini menjadi buku oksidentalisme, yang secara ideologis buku ini dikarang untuk memberi batasan atas pengaruh besarnya terhadap kesadaran peradaban muslim. Juga sebagai bentuk perlawanan terhadap pemikiran barat yang sifatnya orientalis yang mana barat harus dikembalikan pada sifat kewajaran pada batas-batas kulturalnya.

5. Min al-Aqidah ila al-tsuroh

Hasan Hanafi telah mengagas sebuah teologi yang berpihak kepada kemajuan, revolusioner dan membela kaum teraniaya, buku ini menjelaskan bahwa teologi telah bergeser dari teosentris menuju antroposentris, dan teologi telah bertransformasi dalam tatanan masyarakat[3]

D. Pemikiran Hasan Hanafi tentang Teologi Islam

Islam mempunyai ajaran inti yaitu Tauhid, namun Hasan Hanafi mengajukan konsep baru tentang teologi Islam yang tujuannya untuk menjadikan teologi tidak sekedar sebagai dogma keagamaan yang kosong tanpa makna, tetapi menjelma sebagai ilmu tentang perjuangan sosial, oleh karena itu setiap gagasan Hasan Hanafi selalu berujung pada usaha untuk menjadikan teologi itu yang sifat awalnya teosentris menuju antroposentris.

Ada banyak kekurangan dari teologi klasik dan Hasan Hanafi menawarkan dua teori untuk mengatasinya, pertama, analisa bahasa dan yang kedua, analisa realita sosial, yang keduanya sama-sama bermuara pada penentuan arah orientasi teologi kontemporer untuk menjadikan bahwa teologi bukan hanya bersifat teoritik, namun juga praktis, yang mampu melahirkan gerakan dalam sejarah panjang.[4]

Hasan Hanafi menggunakan tiga metode berfikir untuk melandingkan dua tawarannya itu, yaitu Dialektika, Fenomenologi dan Hermeunetika. Dialektika merupakan metode pemikiran yang didasari bahwa proses perkembangan sejarah terjadi pada konfrontasi dialektis dari mulai lahirnya tesis, antitesis dan sintesis. Fenomenologi merupakan metode berfikir untuk mencari hakikat realitas. Dengan ini Hasan Hanafi ingin orang-orang islam melihat kondisi mereka dengan kacamata nya sendiri, bukan dengan kacamata barat. Hermeneutik merupakan cara penafsiran terhadap teks atau simbol yang bertujuan untuk membumikan gagasan teologinya yang bersifat antroposentris dari teori ke praktek.[5]

Menurut Hasan Hanafi teologi bukanlah ilmu ketuhanan, teologi merupakan hasil pemikiran manusia yang terkondisikan oleh waktu dan keadaan sosial,dan itu menjadi ekspresi sistem kepercayaan yang diyakini,yang tujuan final nya adalah revolusi sosial.[6]

Teologi merupakan satu kajian ilmu namun orang-orang terdahulu selalu keliru dalam memandang tema pokok keilmuan, bahwa sebenrnya zat Tuhan tidak bisa menjadi objek kajian ilmu, sebab Allah itu adalah zat yang maha mutlak, sedangkan ilmu berdasarkan karakteristik, metodologi dan tujuannya mengubah sesuatu yang mutlak menjadi relatif, Tuhan bukanlah suatu objek pembahasan bukan juga sebagai sesuatu yang perlu dipahami namun Tuhan menjadi tujuan orientasi dan puncak dari segala pengejawantahan.[7]

KESIMPULAN

Bangsa barat yang kuat dengan hegemoni kultur nya, berusaha mencabut lebur akar sejarah islam dari sumber aslinya, dengan menggunakan berbagai cara selalu mengupayakan bagaimana kemudian orang-orang islam bisa menerima ketika barat mengubah konstruk pemahaman islam menggunakan versinya.

Melihat keadaan yang terjadi di Dunia Islam yang selalu bergantung pada barat pada akhirnya islam kehilangan identitasnya, dan barat mampu memanfaakan keadaan itu, maka dengan kesadaran progresif dari Hasan Hanafi, ia selalu mengeluarkan setiap gagasan gagasan yang bertujuan agar supaya islam kembali pada hakikat yang sebenarnya, meskipun setiap gagasannya selalu melahirkan kontradiksi bahkan sampai Hanafi di penjara, ia selalu berusaha untuk selalu membumikan teologi yang awalnya bersifat teosentris menjadi antroposentris, yang awalnya teoritis menjadi praktis.[8]

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. “HASSAN HANAFI DAN GAGASAN PEMBARUANNYA.” Jurnal Sulesna 6, No.2 (2011): 66.

Farihah, Riza Zahriyal Falah dan Irzum. “PEMIKIRAN TEOLOGI HASAN HANAFI.” Jurnal Ilmu Aqidan Dan Studi Keagamaan 3, No.1 (n.d.): 209–10.

———. “PEMIKIRAN TEOLOGI HASAN HANAFI.” Jurnal Ilmu Aqidah Dan Study Keagamaan 3, No.1 (n.d.): 214.

Hamzah. TEOLOGI SOSIAL TELAAH PEMIKIRAN HASAN HANAFI. Pekanbaru: Graha Ilmu, 2012.

Ridho, Moh. Ainur. “TEOLOGI ISLAM HASAN HANAFI.” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2021.

Syarifuddin. “KONSEP TEOLOGI HASAN HANAFI,” n.d.

[1] Hamzah, TEOLOGI SOSIAL TELAAH PEMIKIRAN HASAN HANAFI (Pekanbaru: Graha Ilmu, 2012).

[2] Hamzah.

[3] Moh. Ainur Ridho, “TEOLOGI ISLAM HASAN HANAFI” (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2021).

[4] Riza Zahriyal Falah dan Irzum Farihah, “PEMIKIRAN TEOLOGI HASAN HANAFI,” Jurnal Ilmu Aqidan Dan Studi Keagamaan 3, No.1 (n.d.): 209–10.

[5] Farihah.

[6] Syarifuddin, “KONSEP TEOLOGI HASAN HANAFI,” n.d.

[7] Riza Zahriyal Falah dan Irzum Farihah, “PEMIKIRAN TEOLOGI HASAN HANAFI,” Jurnal Ilmu Aqidah Dan Study Keagamaan 3, No.1 (n.d.): 214.

[8] Aisyah, “HASSAN HANAFI DAN GAGASAN PEMBARUANNYA,” Jurnal Sulesna 6, No.2 (2011): 66.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image