Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Gerak Sejarah Spiral dalam Filsafat Sejarah Giambattista Vico

Sejarah | Monday, 25 Dec 2023, 21:54 WIB

Sejarah erat kaitannya dengan filsafat. Dalam masalah yang berkaitan dengan filsafat sejarah tentunya tidak bisa dipecahkan dengan absolut, atau tidak diberi jawaban yang diterima dan memuaskan semua orang. Jawaban dari masalah filsafat sejarah ini akan bersifat relatif. Maka untuk menganalisis sejarah (kejadian sejarah) haruslah mencari hakikat pada kejadian yang terjadi tersebut. Salah satu tokoh besar filsafat sejarah yang terkenal dengan idenya yaitu gerak spiral sejarah, yaitu Giambiattista Vico.


Biografi Singkat Giambattista Vico

Giambattista Vico adalah seorang filsuf sejarah juga sebagai seorang ahli politik di Italia. Vico lahir pada 23 Juni 1668. Vico adalah anak dari penjual buku yang miskin. Semasa kecilnya ia bersekolah di berbagai tempat dengan masa sekolah yang pendek, kebanyakan waktu belajar Vico dihabiskan dengan belajar sendiri (self-taugh). Ia selama 9 tahun menjadi guru pribadi untuk beberapa kemenakan uskup Ischia di Istana Vatolla di Cilento, yang berada di sebelah selatan Sclermo. Ia memperoleh gelar sarjana hukum di Universitas Naples pada tahun 1694, kemudian ia diangkat menjadi guru besar retrorika di perguruan tinggi tersebut, ia menjabat dari tahun 1699-1741. Setelah itu, jabatannya digantikan oleh anaknya yang bernama Gennaro.

Vico sudah mengalami hal-hal seperti kemiskinan ataupun kegagalannya yang berujung kekecewaan, ia percaya kepada Tuhan dan hal itu tidak menyurutkan semangat berjuangnya untuk membina karirnya. Ia terus mengadakan penyelidikan yang orisinil di lapangan ilmu hukum, ilmu pengetahuan linguistik, dan sejarah.

Pada tahun 1735 Vico diangkat menjadi seorang historiografer kerajaan. Ia yang merupakan seorang filsuf dan ahli sejarah tentu mempunyai banyak karya tulis. karya tulis Vico diantaranya, yang pertama ada De Nosrti Temporis Studiorum Ratione. Yang kedua De Antiquisima Italorum Sapienta. Yang ketiga ada Deritto Universale. Yang keempat Scienza Nouva menjadi karya termasyhur dari Vico yang terbit tahun 1723. Dan yang kelima ada Autubiography-nya sendiri yang ditulis tahun 1725 dan dipublikasikan tahun 1728. Dari beberapa tulisannya ada yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.

Vico meninggal pada tanggal 23 Januari 1744 di Naples, kurang lebih saat berusia 76 tahun. Walaupun ia sudah tiada, tetapi pemikiran serta karyanya masih bisa dibaca jyuga dipelajari oleh orang-orang. Dan nama Giambattista Vico pun tercantum dalam deretan nama-nama filsuf dan ahli sejarah abad ke-18.

Pemikiran Giambattista Vico Tentang Sejarah Pemahaman Sejarah Dalam bukunya Scienza Nouva ini Vico membuat dua poin tuntutan utama yang harus diperhatikan dan berkaitan dengan sejarah. Yang pertama berkaitan dengan percobaan dalam menyusun epistimologi dan logika pada ilmu pengetahuan manusia. Percobaanya ini ada pada dua poin yaitu, Verum/Factum yang menyatakan bahwa sesuatu yang dikenal oleh kita adalah sesuatu yang telah kita buat. Selanjutnya itu rasional dan empiris yang harus digabungkan dalam suatu ilmu pengetahuan. Filsafat rasional akan memberikan kebenaran, dan sejarah yang empiris akan memberikan kepastian.

Kepastian Perkembangan Sejarah

Vico menyebutkan dengan pasti tentang perkembangan dan kemajuan masyarakat (kota) manusia mempunyai tiga fase yaitu, zaman dewa-dewa, zaman pahlawan, zaman orang-orang. Dalam kemajuan juga ada yang disebut dengan ricorso (pengulangan). Konsep pemikiran Vico yang ini disebut dengan Teori Lingkaran Roda Sejarah (Cyclical Theory of History). Vico membuat daur-daur kebudayaan menjadi berhubungan satu sasma lain dan akan berulang. Tetapi, bukan menjadikan sejarah itu akan mengulang sendiri. Konsepsi-konsepsi semacam ini termasuk ke dalam teori “Lingkaran Roda” pada perkembangan sejarah sendiri “corsi ericorsi”.

Contohnya seperti masyarakat Sunda, pada awalnya masyarakat Sunda buhun mempercayai satu Tuhan yang di sebut Hyang, ini menandakan adanya fase ke satu. Setelah masyarakat Sunda berkeyakinan dengan Tuhannya itu Hyang, masyarakat Sunda mulai beralih ke sistem kerajaan Hindu-Buddha dimana berdiri Kerajaan Sunda-Galuh, Tarumanegara, sampai pada Kesultanan Cirebon, Banten dimana masyarakat Sunda pada fase ini mulai mempercayai tokoh besar yaitu Raja atau Sultan, tidak lupa juga fase ini membuat kebudayaan yang berbeda dengan fase sebelumnya. Pada fase yang ketiga adanya unsur kekuatan maka terjadi perpecahan hingga ke wilayah Sunda yaiu saat masa kesultanan maka masuknya kolonialisme hingga menimbulkan perpecahan, dan tidak adanya lagi kerajaan/kesultanan, hingga membuat masyarakat Sunda menganut suatu sistem pemerintahan.

Jika dihubungkan dengan filsafat sejarah dari Vico. Maka bisa dijelaskan bahwa menurut Vico sejarah itu bergerak dengan bentuk spiral yang akan naik dan terus memperbaharui diri. Vico percaya jika sejarah itu mengalami kemajuan yang bergerak pada lingkaran-lingkaran historis yang saling berhubungan. Dalam setiap lingkaran itu berkembang bentuk-bentuk budaya. Vico membagi tiga fase sejarah kemanusiaan yaitu, fase teologis, herois, dan humanis. Pada tiga fase tersebut membuktikan bahwa setiap fasenya itu akan menjadi suatu fase yang kebih tinggi dari fase sebelumnya.

Yang pertama fase teologis yang mana dalam fase ini dimulai saat manusia telah meninggalkan keprimitifannya itu, kemudian beralih ke masa ketuhanan. Pada masa ini didominasi dengan kepercayaan masyarakat pada roh-roh dan mereka sangat percaya pada tokoh agama. Dengan mempercayai seorang tokoh agama maka hal ini membawa ke fase selanjutnya.

Fase kedua adalah fase herois, dalam fase ini masyarakat sangat didominasi oleh kecintaanya kepada para tokoh agama, sastra dan filsafat. Masyarakat saat itu ditentukan oleh kekuatan bersenjata sebagai penentu kebenaran. Dengan hal ini menyadarkan manusia tentang keberadaanya maka manusia masuk ke fase selanjutnya.

Fase ketiga adalah fase humanis, dimana masyarakat sudah mulai bersistem demokrasi, mengakui kesetaraan, dan tidak adanya sistem yang otoriter. Atau bisa menjadi fase yang rasional. Tetapi, saat fase ini banyak juga tuntutan-tuntutan yang membuat masyarakat melakukan hal ekstrem, hingga melemahkan hubungan masyarakat.

Maka dengan hal ini masyarakat akan kembali lagi ke fase awal mereka yaitu, fase ketuhanan dan berlanjut pada fase selanjutnya. Bahwa dengan fase-fase yang terus berulang ini, akan menjadikan masyarakat manusia melakukan pembahruan-pembaharuan pada fase-fasenya setiap akan beralih ke fase yang lebih tinggi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image