Redupnya Eksistensi Musik Tradisional di Kalangan Milenial
Eduaksi | 2022-01-05 17:45:39Berbicara soal musik, tentu tidak akan ada habisnya. Musik sendiri sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang telah secara berkala dikonsumsi, baik itu musik modern maupun musik tradisional. Hampir seluruh masyarakat di dunia akrab dengan musik. Bisa dibilang, hadirnya musik dalam kehidupan dapat menjadi kekuatan dalam memperkaya kehidupan kita.
Dalam beberapa tahun terakhir, lanskap musik di Indonesia juga terus berkembang mencoba beradaptasi menyesuaikan dengan zamannya. Musik di Indonesia semakin diakui di mata dunia bahkan dianggap sebagai nilai bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, musik bagaikan mesin menuju dinamika budaya yang lebih luas (Resmadi & Bastari, 2020).
Musik acapkali dikaitkan dengan kebudayaan. Musik disebut sebagai bagian dari kebudayaan karena memiliki potensi besar tidak hanya secara sosial, melainkan juga secara budaya dan ekonomi. Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan negara dengan keragaman budaya yang berlimpah. Pun dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan menjadi alasan kebudayaan kontemporer di Indonesia begitu beragam. Tak heran bila musik di Indonesia sangat bervariatif, salah satu adalah jenis musik tradisional.
Menghadapi perubahan zaman, tak bisa dipungkiri musik tradisional mengalami pergeseran seiring dengan berkembangnya ragam musik modern. Kini, musik tradisional justru kurang dilirik oleh generasi muda. Padahal, generasi muda lah yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan musik tradisional ini.
Bahkan ketika generasi muda ditanya soal musik asal daerahnya, banyak dari mereka yang tidak bisa menjawabnya. Itu berarti mereka kurang menganggap musik tradisional sebagai kebudayaan berharga yang harus dilestarikan. Mereka seolah tak peduli dan cenderung mengabaikan musik tradisional yang merupakan kebudayaan mereka sendiri. Musik tradisional yang seharusnya menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia, malah meredup seiring dengan kemunculan musik-musik jenis baru.
Boleh jadi, menurunnya minat generasi muda terhadap musik tradisional terjadi seiring dengan maraknya globalisasi dan modernisasi yang berlangsung di Indonesia. Globalisasi sendiri adalah suatu proses mendunia dengan membawa nilai-nilai global. Itu artinya, akan mempermudah jalannya unsur-unsur budaya luar untuk masuk di Indonesia.
Sementara itu, modernisasi merupakan proses transformasi perubahan menuju kemajuan atau dengan kata lain terjadinya peningkatan kehidupan masyarakat (Rosana, 2011). Peningkatan kehidupan di sini diartikan sebagai perubahan pola pikir masyarakat yang dahulu tradisional menjadi lebih modern.
Apabila dilihat dari satu sisi, baik globalisasi maupun modernisasi tentu merupakan hal yang baik bagi Indonesia mengingat negara kita juga tak boleh tertinggal zaman. Akan tetapi, mudahnya unsur budaya luar masuk ke Indonesia justru menjadi dilema bagi masyarakat. Dengan globalisasi, masyarakat terus disuguhi oleh berbagai budaya luar hingga terkadang lupa dengan budaya milik sendiri. Terlalu banyaknya budaya luar yang masuk, tentu membuat mereka bingung harus memilih dan mengadopsi budaya yang mana.
Bila kita amati sekitar, terlihat hampir semua orang telah menggunakan telepon genggam sebagai alat komunikasi. Juga dengan hadirnya internet semakin memudahkan masyarakat untuk melakukan apapun dan di manapun. Ini merupakan dua dari sekian banyak dampak positif dari masuknya globalisasi dan modernisasi ke Indonesia.
Lain halnya dalam konteks musik, globalisasi dan modernisasi memang berperan dalam berkembangnya musik di Indonesia. Namun, pada saat yang sama musik-musik dari luar negeri dengan mudahnya masuk ke Indonesia dan diterima begitu saja oleh masyarakat Indonesia. Alhasil, mereka sudah terlanjur terlena dengan budaya luar yang dianggap “gaul” itu.
Bukan hanya itu, masuknya budaya luar menggerus ketertarikan millennial akan musik tradisional. Akibatnya, musik tradisional mulai banyak ditinggalkan terutama di kalangan anak muda. Mereka cenderung menganggap musik tradisional adalah hal yang kuno dan kurang modern, sehingga mereka enggan untuk mengenal apalagi mempelajarinya. Hal ini masih menjadi pr bersama untuk kita bisa mengatasinya.
Keberadaan musik tradisional yang mulai memudar perlu mendapat perhatian dari masyarakat untuk lebih memperkenalkan musik tradisional kepada generasi muda sebagai generasi pewaris musik tradisional. Cara- cara baru dalam memperkenalkan musik tradisional sudah sepatutnya mulai digunakan.
Bila fenomena ini dibiarkan, lambat laun musik tradisional akan punah dari peradaban kebudayaan Indonesia. Untuk itu, perlu peran serta dari berbagai pihak agar musik tradisional terus dilestarikan, bukan justru ditinggalkan dan bahkan dilupakan. Terlebih, generasi muda juga seharusnya sadar dan bangga akan beragamnya musik tradisional yang dimiliki Indonesia, mengingat tidak semua negara seberuntung kita yang merupakan negara kepulauan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.