Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Anjar Kusumawati

Mencari Kerja Melalui Jalur Kualitas atau Orang Dalam???

Curhat | Wednesday, 20 Dec 2023, 14:07 WIB

Sudah beberapa bulan anakku dinyatakan lulus kuliah dari universitas yang lumayan terkenal di ibukota dengan nilai IPK yang di atas rata-rata. Dengan keyakinan penuh setelah menerima surat bukti lulus, anakku memasukkan beberapa lamaran ke berbagai perusahaan yang sesuai dengan ijazahnya. Akhirnya setelah menunggu beberapa minggu ada banyak panggilan yang mengharuskannya datang untuk mengikuti tes seleksi dan wawancara. Saat melaksanakan wawancara, dari pihak perusahaan memberi harapan tinggi sehingga anakkupun yakin pasti akan diterima. Bahkan dari pihak perusahaan menjanjikan kelak mau diangkat menjadi staf tertentu yang tidak ada dalam lowongan pekerjaan yang disebutkan karena melihat potensi dan nilai ijazah yang ada pada anakku. Pihak perusahaan juga berpesan agar handphone anakku selalu aktif agar saat dihubungi sewaktu-waktu langsung bisa tersambung. Hari demi hari, minggu terlewati, bahkan sudah berbulan-bulan tiada kabar yang diterima.

Di waktu yang berbeda, kebetulan juga terjadi hal yang nyata, saat dulu anak yang pertama juga selesai kuliah tepat waktu, dengan modal ijazah dan niat yang membara, mencoba memasukkan lamaran ke berbagai instansi yang ada di kota kelahiran. Lamaran kerja hanyalah sekedar wacana bagi kami yang tidak punya koneksi. Setiap kami tanyakan ke instansi terkait, selalu mendapat jawaban yang sama, yaitu tidak mampu memberi gaji. Padahal bagi kami bukan sekedar gaji yang dicari, tapi pengalaman kerja dan sebagai batu loncatan untuk mendapatkan bekal yang lebih baik di masa depan. Bagaimana bisa diterima kerja kalau salah satu syarat dalam loker adalah pengalaman kerja? Sementara bagi kami rakyat kecil yang tentu tidak punya "orang dalam" tidak bisa diterima di instansi manapun kalau hanya mengandalkan nilai ijazah. Di saat anak saya ditolak di suatu instansi, kebetulan tetangga yang punya koneksi bisa diterima dengan mudah di tempat yang sama. Padahal kemampuan jelas berbeda jauh karena kebetulan kita tetangga dekat dan dulu mereka pernah satu tingkat. Sangat miris melihat kenyataan yang ada. Bagaimana negara bisa maju kalau cara merekrut tenaga kerja berdasarkan "orang dalam" tanpa melihat kualitas atau kompetensi yang diterima menjadi pegawainya? Tentu banyak kerugian yang didapat karena pegawai yang diterima tidak bisa menjalankan tugas dengan baik, otomatis perusahaan akan rugi.

Seperti foto di atas, karyawan yang bekerja tidak sesuai kompetensinya pasti lama-lama akan mengalami stres. Dia tidak mampu menjalankan tugasnya karena tidak sesuai dengan ilmu yang diperoleh. Pengaruh "orang dalam" memang sangat besar dalam menentukan perekrutan karyawan. Kalau orang yang direkrut mempunyai kemampuan yang bagus itu tidak masalah, tetapi apabila yang direkrut cuma karena alasan "sungkan", tidak enak karena punya hutang budi, itu yang jadi masalah di negara kita saat ini.

Ke depannya, semoga hal-hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Jika ingin negara ini lebih baik, maka kita juga harus memilih pemimpin yang tidak memanfaatkan jabatan untuk menjadikan keluarga dan pengikutnya menjadi bagian dari kuasanya. Bersikap adil dalam hal apapun. Banyak anak-anak muda yang berpotensi bagus, pergunakan untuk kemajuan bangsa. Beri kesempatan generasi muda yang brilian untuk menjadi tenaga kerja yang profesional. Hilangkan tradisi "orang dalam" untuk perekrutan pegawai. Hargai kemampuan generasi muda dengan cara merekrut mereka dengan adil berdasarkan potensi yang mereka miliki. Mereka tentu akan "legowo" jika tidak diterima karena memang kalah dalam seleksi yang adil, bukan karena seleksi lewat koneksi. Semoga segera terwujud keinginan dari orangtua-orangtua yang kebetulan anaknya dalam proses mencari kerja melalui jalur seleksi sesungguhnya, aamiin.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image