Ada 4 Tipologi Anak yang Perlu Diperhatikan
Agama | 2023-12-20 11:03:57ANAK ADA 4 TIPOLOGINYA
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (QS Ali-Imran 3 :14 )
Sudah ditakdirkan bahwa tiap-tiap laki-laki apabila bertambah kedewasaan nya bertambah pula keinginannya,hendak mempunyai teman hidup orang perempuan apabila syahwat kepada perempuan itu jika keinginan sedang tumbuh dan mekar,maka seluruh tubuh perempuan itu laksana besi berani buat menumbuhkan syahwat silaki-laki hendak mempunyainya (“ZUYYINAH “keinginan pada perempuan adalah syahwat tiap-tiap laki-laki. Kalau tidak ada syahwatnya berarti laki-laki tersebut sakit. Allah menakdirkan bahwa laki-laki menginginkan perempuan mengandung
Diantara hikmah ketertarikan lelaki pada perempuan keinginan menyambung keturunan, menjalin hidup berdua yang saling melengkapi yang lain., Hikmah yang lainnya menjalankan sunnah Rasul dan menyalurkan syahwat secara syah dan menciptakan rumah tangga yang sakinah dan mawaddah warahmah.
Selain perempuan,keindahanlainnya adalah anak Mereka adalah amanah
yang harus dipertanggungjawabkan orang tua kepada Allah SWT, anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayangnya. Dan anak juga investasi masa depan untuk kepentingan orang tua didunia dan akhirat. Oleh sebab itu orang tua mempunyai kewajiban memelihara, membesarkan, merawat, menyantuni, dan mendidik anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Dengan demikian hubungan anak dengan orang tua adalah hubungan tanggung jawab, hubungan kasih sayang dan hubungan masa depan. Ketiga hubungan ini membuat pembinaan dan pendidikan anak-anak sangat penting dalam kehidupan sebuah rumah tangga,Baik buruknya hubungan ini, akan menentukan eksistensi dan kualitas umat manusia dan umat Islam khususnya dimasa yang akan datang.
Dalam Al-Qur’an,setidaknya ada beberapa tipologi anak
Pertama. Anak sebagai perhiasan hidup, dikatakan sebagai perhiasan hidup karena seorang suami istri yang belum dianugerahkan Allah seorang anak, merasa rumah tangganya itu belum lengkap atau belum sempurna,jika kita sudah punya anak,tentu harus mempfungsikan mereka tidak hanya untuk memperindah rumah tangga tapi melupakan pembinaan mereka pendidikan Agama dan akhlak. Jika ini terjadi,maka maka anak hanya sebagai alat pelengkap secara fisik dapat dibanggakan, tetapi kualitas anak sangat mengecewakan.
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا(
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS. Al-Kahfi 18 : 46).
Tipologi yang kedua adalah Anak sebagai ujian, Anak dilahirkan bukan kehendak anak itu sendiri,.Karena itu.Allah menguji orang tua apakah kehadiran anak itu akan mendekatkan diri kepada Allah atau melalaikan orang tua dari mengingat Allah.Jika orangtua berhasil mendidik anaknya menjadi anak yang shaleh berarti anak menjadi kebanggaan orang tua,namun jika anak tidak dididik menjadi anak yang baik,mereka justru membawa fitnah bagi orang tua, Mereka akan membuat orang tua malu karena pola tingkah laku akan selalu dikaitkan dengan orang tuanya.
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allah-lah pahal yang besar”.(QS. Al-Anfal 8 : 28).
Tipologi Ketiga adalah Anak sebagai musuh, Anakdikatakan sebagai musuh apabila orang tua tidak berhasil mendidik anak menjadi anak yang shaleh, menjadi anak yang taat kepada Allah dan Rasulnya, serta kepada kedua orang tua, Tingkah laku mereka senantiasa berbuat hal-hal yang melanggar norma agama dan norma hukum,norma ssusila,adab kebiasaan sehingga mmebuat orangtua marah kenakalan mereka juga membuat malu orang tuanya. Jika mengajak amar ma’ruf nahi munkar orang lain,tapi justru anaknya tidak bisa dikendalikan .jika orang tua membangun,tapi justru anak yang merusak,maka disinilah posisi anak menjadi musuh bagi kedua orang tuanya.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isteri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka”. (QS. At-Thagabun 64 : 14).
Tipologi yang keempat adalah Anak sebagai cahaya mata, dalam Al-Qur’an diistilahkan dengan QurratuA’yun (cahaya mata) permata hati, sangat menyenangkan dilihat dari segi pendidikan anak berhasil dengan baik dan sukses. Dalam bidang agama anak senantiasa berbakti kepada kedua orang tua, berbakti dan taat kepada Allah dan RasulNya dan senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama manusia, mempunyai kepedulian terhadap lingkungan, Inilah anak menjadi kebanggaan bagi orang tua karena sangat menyenangkan bagi kedua orang tuanya, apalagi ketika orang tua sudah tua dipeliharanya diperlakukan dengan ma’ruf didoakan baik masih hidup maupun kedua orang tua telah tiada.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَامِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَاقُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan sebagai cahaya mata (Penyenang hati kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Al-Furqan 25 : 74).
Anak yang shaleh tidak dilahirkan tetapi dibentuk melalui proses pendidikan. Rasulullah SAW mengatakan bahwa setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah orang tuanyalah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani atau Majusi tergantung kedua orang tuanya oleh sebab itu kewajiban orang tuanyalah memelihara, menyayangi, mengasuh untuk mengembangkan fitrahnya serta potensi yang ada pada anak sehingga dapat berkembang dengan baik dan positip, demikian sebaliknya jika fitrah dan potensi yang ada pada anak tidak dikembangkan maka anak menjadi penghuni-penghuni neraka yang akan merugikan dirinya dan keluarganya.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka .”. (QS. At-Tahrim 66 : 6).
Pendidikan anak menjadi anak yang shaleh ditanamkan sejak hubungan suami isteri, anak masih dalam kandungan, ketika dilahirkan dan ketika sejak bayi hingga mencapai tingkat dewasa disinilah peran orang tua sangat menentukan dan membentuk pribadi si anak tersebut. Imam Ghazali mengatakan bahwa “Jika anak dibesarkan dengan makanan yang lezat-lezat dan pakaian yang mewah-mewah maka dia besar dia akan mengerahkan kemampuan, untuk makan yang enak-enak dan pakaian yang mewah.”
Demikian ada sebuah puisi yang perlu kita renungkan sebagai orang tua yang berjudul “Children lear they live”.
1. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki,
2. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan ia belajar berkelahi,
3. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
4. Jika anak dibesarkan dengan hinaan ia belajar menyesali diri,
5. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar menahan diri,
6. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri,
7. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai,
8. Jika anak dibesarkan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan,
9. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya,
10. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Pendidikan anak menurut konsep Islam sebagaimana Lukmanul Hakim mendidik putra-putrinya yang dimulai penanaman Aqidah atau keimanan Aqidaah dan keimanan merupakan fondasi, diatasnyalah tertanam nilai Ketuhanan. Aqidah merupakan perjanjian suci atau luhur antara hamba dengan Tuhannya dan ini sangat penting sebagai modal dasar bagi anak dalam menjalankan roda kehidupan nanti, (QS. Lukman ayat 13 dan 16).
Setelah pondasi kuat,lantas ditanamakan nilai ibadah. Ibadah merupakan hubungan manusia dengan Allah. Betapapun ringan ibadah itu, jika tidak dibiasakan akan terasa berat (QS. Lukman: 17).
Penamaan nilai-nilai akhlak berupa penanaman akhlak moral merupakan hal yang utama dalam membentuk watak dan moral anak agar apabila anak mendapat ujian dan cobaan dia tetap sabar dan tabah dalam menerima segala cobaan (QS. Lukman: 17).
Pendidikan dakwah merupakan hal yang penting bagi pendidikan anak. Karena dengan pendidikan dakwah itulah mempersiapkan keterlibatan anak dalam amar ma’ruf nahi munkar. Keterlibatan anak dalam menyampaikan nilai-nilai Ilahi yang merupakan tugas pokok para Rasul dan Nabi yang wajib dilanjutkan dan diteruskan oleh para pewaris-pewaris Nabi termasuk anak-anak kita. Jadi, mempersiapkan anak-anak sebagai generasi penerus risalah Rasul adalah kewajiban setiap orang tua dan setiap kaum muslimin. Perhatikan firman Allah
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ(
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar ”. (QS. Lukman 31: 17)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.