Dampak Toxic Relationship Terhadap Kesehatan Mental: Apakah Kamu Relate?
Curhat | 2023-12-19 20:42:41Keinginan untuk memiliki pasangan yang baik merupakan suatu hal yang pasti didambakan oleh semua orang. Setiap orang pasti ingin mendapatkan dan membutuhkan perhatian dan support dari orang tersayangnya, salah satu contohnya adalah pasangannya. Tetapi, apakah kamu yakin kalau hubungan yang sedang kamu jalani ini merupakah hubungan yang sehat? Bagaimana kalau hubungan yang kamu jalani selama ini justru mengganggu kesehatan mental kamu? Yuk, simak artikel ini untuk mengetahui apakah kamu sedang menjalin hubungan yang toxic!
Suatu hubungan bisa disebut sebagai toxic relationship jika suatu hubungan tersebut sudah tidak lagi menimbulkan rasa nyaman untuk dijalani dan hal tersebut akan mengakibatkan saling menyakiti satu sama lain (Nadia Nurul Saskia et al., 2023) . Sebenarnya, toxic relationship ini tidak hanya terjadi pada hubungan romantis, tetapi toxic relationship ini juga bisa terjadi pada pertemanan bahkan hubungan antar keluarga. Toxic relationship memiliki berbagai bentuk seperti kekerasan secara verbal, kekerasan secara fisik, kekerasan secara seksual maupun kekerasan secara ekonomi (Putra & Purbaning, 2023) . Oleh karena itu, toxic relationship memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan fisik dan pastinya bagi kesehatan mental seseorang juga. Berikut ini merupakan dampak-dampak buruk toxic relationship terhadap kesehatan mental:
- Mengisolasi diri dari hubungan yang lebih sehat
Jika kamu secara terus-menerus berada di dalam hubungan yang toxic, sering mengalami stres dan merasa cemas, maka kamu akan merasa lelah secara fisik dan mental. Kamu akan merasa energi kamu sudah habis untuk sekedar berinteraksi dengan orang lain dan kamu akan mengisolasi diri kamu dari hubungan yang lebih sehat.
Jika kamu membutuhkan waktu sendiri untuk beristirahat itu merupakan hal yang wajar, tetapi jika kamu terus-menerus mengisolasi diri, justru itu akan menyebabkan kamu merasa kesepian dan akan membuat kesehatan mental kamu semakin buruk.
- Memiliki self esteem yang rendah
Seperti yang kita ketahui, toxic relationship memiliki beberapa bentuk. Hubungan yang toxic bisa menyebabkan kamu memiliki self esteem yang rendah jika pasangan kamu sering menghina atau merendahkan kamu. Kamu akan mulai memiliki pemikiran yang buruk tentang diri kamu sendiri seperti kamu tidak berharga dan kamu akan meragukan diri kamu sendiri. Jika kamu terlalu lama berada di hubungan yang toxic ini, lama-kelamaan kamu akan kehilangan kepercayaan diri kamu dan kamu akan selalu berpikiran buruk tentang diri kamu sendiri.
- Menimbulkan gangguan kecemamasan dan stres
Dampak dari hubungan yang toxic juga dapat menimbulkan gangguan kecemasan dan stres. Jika kamu berada dihubungan yang toxic dan kamu tidak segera mengakhiri hubungan tersebut bisa saja kamu akan memiliki gangguan kecemasan. Selain itu jika kamu terus-menerus merasa stres, maka kondisi fisik kamu juga akan menurun, karena jika kamumerasa stres kamu akan kehilangan nafsu makan dan hal tersebut bisa membuat kamu terkena berbagai penyakit (Rifayanti et al., 2022) .
- Hal negatif akan menjadi bagian dari hidup
Kamu akan terbiasa dengan hal-hal negatif di dalam hidup kamu jika kamu terlalu lama berada di dalam hubungan yang toxic. Kamu akan sulit untuk menghilangkan energi negatif yang mempengaruhi hidup kamu sehari-hari dan kamu akan cenderung memandang dunia dari perspektif yang negatif.
- Mengabaikan diri sendiri
Emosi negatif yang terus menumpuk akan membuat kamu mengabaikan diri sendiri. Emosi negatif yang menumpuk akan menghentikan kebiasaan yang sering kamu lakukan contoh seperti merawat diri. Selain itu, kamu juga mulai mengabaikan perasaan kamu sendiri dan akan lebih mementingkan orang lain dari pada diri kamu sendiri (Fadli, 2022) .
Bagi sebagian orang, untuk mengakhiri hubungan yang toxic tersebut membutuhkan waktu dan banyak pertimbangan. Seseorang dapat dikatakan berhasil untuk membuat keputusan jika orang tersebut dapat melibatkan kemampuannya untuk melakukan dan mendapatkan kesempatan dari keputusan yang telah diambil (Widiyanti, 2013) . Karena bisa saja seseorang yang telah mengakhiri hubungan tersebut masih terus diganggu oleh mantan pasangannya karena ia tidak terima dengan keputusan yang telah dibuat.
Oleh karena itu, jika kamu merasa kamu berada di dalam hubungan yang toxic dan ingin segara keluar dari hubungan itu, kamu harus memiliki tekad yang bulat dan keberanian untuk memutuskan keputusan tersebut. Kamu juga bisa menceritakan hal-hal yang kamu alami ke orang terdekat kamu dan jika kamu mengalami ancaman-ancaman yang membuat kamu merasa tidak aman dan takut, kamu bisa melaporkan hal tersebut ke pihak yang berwajib. Semoga dengan artikel ini kamu bisa lebih peduli dengan diri kamu sendiri serta teman-teman kamu yang berada di dalam hubungan yang toxic dan semoga kamu bisa keluar dari lingkungan yang negatif ya!
Referensi
Fadli, R. (2022, October 24). 5 Dampak Toxic Relationship bagi Kesehatan Mental. Halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/5-dampak-toxic-relationship-bagi-kesehatan-mental
Nadia Nurul Saskia, Fairus Prihatin Idris, & Sumiaty. (2023). Perilaku Toxic Relationship Terhadap Kesehatan Remaja Di Kota Makassar. Window of Public Health Journal, 525–538. https://doi.org/10.33096/woph.v4i3.829
Putra, D. A., & Purbaning, P. H. (2023). Fenomena Toxic Relationship dalam Berpacaran. Solution: Journal of Counselling and Personal Development, 5(1), 54–62.
Rifayanti, R., Sofia, L., Purba, T. D. U., Amanda, S. P., & Merary, S. (2022). Phenomenological Studies: Adolescent Toxic Relationships. European Journal of Humanities and Social Sciences, 2(6), 23–29. https://doi.org/10.24018/ejsocial.2022.2.6.337
Widiyanti, P. D. R. (2013). Studi Kasus mengenai Decision Making untuk Keluar dari Abusive Relationship pada Remaja Akhir. CALYPTRA, 1(1), 1–10. https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/32
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.