Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alfi Syah

Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Fenomena Pemilu

Politik | Friday, 15 Dec 2023, 08:55 WIB

Pemilu telah datang, saatnya indonesia memberikan pembaharuan, dengan pemimpin baru yang berkompeten dan berwawasan. Indonesia membutuhkan pemimpin yang siap diberikan amanah oleh lebih dari 20 juta penduduk di Indonesia, pemimpin yang mampu memberikan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia, pemimpin yang mampu mendengarkan dan mewakili segala kegelisahan seluruh rakyatnya.

Pemilu menjadi pintu gerbang bagi masyarakat indonesia untuk menentukan masa depan indonesia kedepannya. Seluruh masyarakat diberikan kesempatan untuk memilih dan menentukan akan menjadi apa indonesia in beberapa tahun kedepan. Dengan melihat bagaimana partai-partai menawarkan orang-orang yang dirasa memilki kecakapan untuk dipilih oleh rakyat sebagai perwakilan nya dalam kursi pemerintahan.

Pemilihan presiden merupakan salah satu agenda yang akan dilaksanakan. 3 pasangan calon yang dipecaya mampu untuk memimpin ditawarkan. rakyat harus mampu untuk memlih siapa diantara ketiga pasangan ini yang mampu untuk mengevaluasi dan memperbaiki negri yang sudah berdiri 78 tahun ini. dengan penuh semangat dan pantang menyerah sehingga satu persatu masalah di negri tercinta ini akan diselesaikan dengan visi misi yang dibawakan, dan dengannya akan mampu untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang sudah bertahun-tahun hidup dan permasalahan yang akan datang di masa depan.

Setiap pasangan calon memilki program dan misi yang berbeda. ketiganya memilki cara yang berbeda pula dalam menyampaikannya. sehingga ketiga pasangan calon akan menempati hati di masing-masing masyarakat Indonesia. Hal ini lah yang nantinya akan menjadi kegundahan dan memaksa masyarakat untuk berpikir ulang, siapakah diantara mereka ini yang layak diberi amanah dan kepercayaan untuk memimpin negara ini.

Akan tetapi seringkali bagi masyarakat awam tidak terlalu mempusingkan argumen-argumen dan program yang disampaikan. seringkali masayraakt justru lebih mementingkan sisi emosional dalam pemilihan sehingga hakikat dari misi dan program yang diberikan oleh para pasangan calon maenjadi bias dan tidak di hiraukan. walaupun menurut data dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) tahun 2022 dari penduduk Indonesia yang berjumlah 275.36 juta jiwa hanya 23,61% saja yang tidak sekolah atau sekolah, akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa dari keseluruhan penduduk tidak semuanya mengerti politik dan mampu memposisikan diri secara bijak dalam pesta demokrasi ini.

Karena hal ini lah seringkali dalam pemilu khusus nya pemilihan presiden terjadi konflik-konflik antar masyarakat karena masyarakat mau tidak mau harus terjun di dalam pemilu yang berkonotasi politik, sementara mereka belum begitu paham terhadap hal ini dan hanya bermodalkan sisi emosional saja tanpa mengindahkan sisi logis di dalamnya.

Beberapa permasalahan yang seringkali hadir pada situasi seperti ini adalah penyebaran hoaks, fitnah dan disinformasi. seringkali kita temui di tengah-tengah masyarakat, desas desus untuk tidak memilih atau untuk memilih suatu pasangan tertentu hanya karena mendapat informasi yang seringkali diragukan kebenarannya, dan tidak lain hal ini bertujuan untuk menjatuhkan satu sama lain demi kepentingan “politik”

Hal lain yang sering kita temu adalah manipulasi politik, hanya karena suatu kelompok tertentu gila akan suara masyarakat sehingga dengan sadar membenarkan segala cara hanya untuk mendapatkan suara. seperti misalnya suap, ancaman, atau bahkan intimidasi. secara jelas hal ini melanggar dari konsep pelaksanaan pemilu di Indonesia dimana masyarakat tidak mendapatkan hak dalam kebebasan memilih.

Selain itu masih banyak lagi tantangan- tantangan yang terjadi di masyarakat seperti paritisipasi masyarakt yang rendah, kecurangan, dan lain-lain

Hal ini sesungguhnya benar-benar bertolak belakang dari fungsi pancasila bagi masyarakat Indonesia. fungsi pancasila sebagai sumber etika, moral dan budaya seakan-akan menghilang dan kabur dari pandangan masyarakat. menjadikan masyarakat lupa akan kewajiban nya untuk selalu bersikap bijak dalam menanggapi situasi politik.

Pancasila sebagai etika politik seharusnya mampu memberikan kebebasan-kebebasan bagi setiap individu untuk ikut partisipasi dalam suasana politik di tengah masyarakat khususnya di masa pemilu ini. kebebasan untuk bersuara dan berdialog. sehingga diharapkan memperkecil kemungkinan disinformasi dan masyarakat mendapatkan hak nya untuk menerima informasi yang kredibel dan mampu dipertanggungjawabkan.

Fungsi pancasila ini tidak akan terjadi hanya bila dilakukan oleh satu dua individu saja akan tetapi seluruh aspek dari masyarakt maupun pemerintah mempunyai kewajiban untuk menghidupan fungsi pancasila ini, oleh karena itu baik itu masyarakt maupun pemerintah akan memilki kesadaran sebagai bangsa indonesia yang berpegang pada pancasila dan mampu bersikap bijak dalam fenomena poltik 2024 kali ini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image