Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nilna Nur Afifah

Larangan Melakukan Tindakan Self Harm dan Pencegahannya

Agama | Monday, 11 Dec 2023, 18:11 WIB
Sumber: ar.inspiredpencil.com

Belakangan ini ramai dibicarakan dimedia sosial mengenai tindakan menyakiti diri sendiri (self harm), seperti contoh anak SMP yang menyayat tangannya sendiri menggunakan benda tajam. Fenomena ini tampaknya telah menjadi tren dikalangan remaja saat ini. Self harm adalah perilaku yang disengaja dimana seseorang melukai dirinya sendiri dengan benda tajam yang dapat menyebabkan luka pada tubuh. Biasanya tindakan ini dilakukan dengan sengaja tanpa ada niat untuk melakukan bunuh diri. Berdasarkan ilmu psikologi, tindakan menyakiti diri sendiri bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti perasaan sedih yang berlebihan, depresi, merasa rendah diri serta kecenderungan memiliki sifat cemas. Dalam Islam, tindakan menyakiti diri sendiri (self harm) dianggap sebagai perbuatan yang diharamkan.

Agama Islam memiliki prinsip-prinsip yang menekankan pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan tubuh. Sehingga, melukai diri sendiri dengan sengaja dianggap sebagai perbuatan zalim, karena manusia memiliki tanggung jawab untuk merawat dan menjaga tubuh yeng telah dianugrahkan oleh Allah. Bahkan di dalam Al-Qur’an maupun Hadis Nabi, telah menekankan perlunya menjauhi perbuatan yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain. Keselamatan dan kesejahteraan individu dianggap sebagai hak yang harus dijaga dengan baik. Oleh karena itu, tindakan menyakiti diri sendiri bertentangan dengan prinsip-prinsip kehidupan Islam yang mengajarkan kasih sayang, perdamaian, dan menjauhi segala bentuk kezaliman, termasuk terhadap diri sendiri. Adapun hadis yang menjelaskan tentang larangan melakukan kemudharatan pada diri sendiri, terdapat dalam Muwatha’ Malik nomor 1234:

حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ

Artinya: Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari 'Amru bin Yahya Al Muzani dari Bapaknya bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tidak boleh membuat kemudharatan pada diri sendiri dan membuat kemudharatan pada orang lain." (HR. Imam Malik 1234)

Dari hadis tersebut, dapat kita ketahui bahwa dalam syariat Islam, tindakan yang membahayakan diri sendiri atau orang lain merupakan perbuatan yang dilarang. Maka kita sebagai seorang muslim tidak dibenarkan melakukan tindakan yang menyebabkan risiko atau bahaya terhadap diri sendiri maupun sesama muslim tanpa alasan yang benar. Dalam perspektif keagamaan, self harm dianggap sebagai perbuatan zalim yang sia-sia bahkan berpotensi menghancurkan kehidupan yang telah dianugerahkan oleh Allah swt. Umat muslim hendaknya memahami betapa berharganya ia dimata Allah. Seseorang yang mempunyai keinginan untuk melakukan tindakan self harm akibat luka batin yang dirasakan, bukanlah jalan keluar yang dianjurkan. Sebagai gantinya, orang yang merasakan luka batin dari masa lalu disarankan untuk mengalihkan fokus mereka kepada hal-hal yang positif.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecenderungan melakukan self harm, yakni melalui metode Tazkiyah Al-nafs (penyucian jiwa). Metode ini dilakukan untuk menyembuhkan manusia dari moral yang menyimpang. Tazkiyah al-nafs melibatkan proses intropeksi diri yang mendalam untuk mengenali dan memahami lapisan-lapisan perilaku nafsu manusia. Dengan demikian seseorang dapat lebih sadar terhadap aspek-aspek negatif dari diri mereka. Dengan menyelami diri mereka sendiri melalui proses tazkiyah al-nafs, mereka dapat membentuk kesadaran moral yang lebih baik dan memperkuat kontrol diri terhadap godaan nafsu yang dapat menyimpang dari norma-norma moral Islam. Metode ini bertujuan meningkatkan seseorang dari tingkat yang lebih rendah menuju taraf yang lebih tinggi dalam hal sikap, sifat, kepribadian, dan karakter. Proses ini mempertimbangkan aspek-aspek moral dan spiritual yang menjadi landasan bagi perkembangan pribadi. Ketika seseorang secara terus-menerus melakukan tazkiyah al-nafs pada karakter kepribadiannya, Allah akan mengangkatnya ke tingkat keimanan yang lebih tinggi. Sebagaimana firman Allah dalam surah Asy-Syams ayat 9&10, yang berbunyi :

قَدْاَفۡلَحَ مَنۡ زَكّٰٮهَا (٩) وَقَدۡ خَابَ مَنۡ دَسّٰٮهَا (١٠)

Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams : 9-10)

Ayat tersebut menegaskan pentingnya mensucikan diri dalam kehidupan manusia, jiwa yang suci diyakini dapat menciptakan perilaku yang baik dan moral yang tinggi, karena jiwa memiliki peran penting dalam menentukan baik atau buruknya suatu perbuatan. Dengan menjalankan tazkiyah al-nafs atau proses mensucikan jiwa, manusia diharapkan dapat mencapai kebahagiaan tertinggi. Sebaliknya penderitaan manusia mencapai puncaknya, ketika jiwa dibiarkan mengalir tanpa kendali sesuai dengan naluri alamiahnya. Naluri yang tidak terkendali dapat membawa manusia kepada perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, kehidupan yang penuh penderitaan dapat dihindari dengan mengambil jalan tazkiyah al-nafs sebagai upaya untuk mengendalikan dan mensucikan jiwa. Metode tazkiyah al-nafs (penyucian jiwa) dalam Islam muncul sebagai pendekatan holistik untuk mencegah tindakan self harm atau menyakiti diri sendiri.

Kesimpulan dari penerapan metode ini menunjukkan bahwa tazkiyah al-nafs bukan hanya sekadar upaya memahami diri, tetapi juga merupakan sarana pencegahan yang efektif terhadap potensi bahaya tindakan merusak diri. Dalam konteks pencegahan self harm, tazkiyah al-nafs mengajarkan seseorang untuk memahami akar penyebab emosi negatif dan ketidakpuasan diri. Melalui refleksi diri dan introspeksi, seseorang dapat mengidentifikasi sumber kegelisahan dan melibatkan diri dalam proses penyucian jiwa. Metode ini menekankan pentingnya menggali ke dalam diri sendiri untuk menemukan solusi konstruktif yang tidak melibatkan tindakan merugikan diri. Proses ini melibatkan pembangunan kekuatan batin, peningkatan kesadaran akan nilai-nilai moral, dan penanaman sikap positif terhadap diri sendiri. Dengan demikian, tazkiyah al-nafs memberikan pondasi yang kuat untuk membangun kesejahteraan mental dan spiritual, yang pada gilirannya dapat mengurangi risiko tindakan self harm. Selain itu, tazkiyah al-nafs juga mengajarkan kesadaran terhadap hubungan individu dengan Allah. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, seseorang akan merasakan perlindungan dan dukungan, yang dapat menjadi sumber kekuatan untuk mengatasi cobaan dan kesulitan hidup.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image