Perilaku Self Harm di Kalangan Remaja
Edukasi | 2024-04-03 23:21:16Remaja adalah fase yang penuh perubahan, tantangan, dan tekanan. Mereka menghadapi berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial, seringkali tanpa memiliki keterampilan dan dukungan yang cukup untuk mengatasi tantangan ini. Salah satu tanggapan yang tidak sehat terhadap tekanan ini adalah perilaku self harm, yang sayangnya semakin umum di kalangan remaja. Artikel ini akan membahas perilaku self harm di kalangan remaja, mengurai tanda-tanda, penyebab, dan upaya membantu yang dapat dilakukan oleh orangtua, pendidik, dan masyarakat.
Pengertian Perilaku Self Harm
Perilaku self harm, yang juga dikenal sebagai self injury, merujuk pada tindakan seseorang yang menyakiti diri sendiri secara sengaja. Tindakan ini dapat melibatkan pemotongan, membakar diri, memukul diri sendiri, atau bahkan konsumsi zat-zat berbahaya. Perilaku self harm bukanlah tanda dari masalah kesehatan mental yang spesifik, tetapi seringkali terkait dengan masalah seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, atau trauma.
Tanda-Tanda Perilaku Self Harm
Perilaku self harm tidak selalu mudah terlihat, tetapi ada beberapa tanda yang mungkin mengindikasikan bahwa seorang remaja terlibat dalam perilaku ini:
1. Luka fisik yang tak wajar atau sering muncul, seperti luka-luka sayatan atau lecet pada pergelangan tangan, lengan, atau paha.
2. Koleksi alat-alat berbahaya, seperti pisau, gunting, atau korek api yang mungkin digunakan untuk self harm.
3. Perubahan drastis dalam pakaian, seperti memakai lapisan berlebihan atau lengan panjang bahkan dalam cuaca panas.
4. Keluhan tentang tekanan emosional yang konstan, perasaan kosong, depresi, atau kecemasan yang tampaknya tak terkendali.
5. Menarik diri dari aktivitas sosial, teman-teman, atau keluarga.
Penyebab Perilaku Self Harm di Kalangan Remaja
Penyebab perilaku self harm sangat kompleks dan bervariasi dari individu ke individu. Beberapa faktor yang umumnya terkait dengan self harm di kalangan remaja, yaitu:
1. Beberapa remaja menghadapi tekanan dari sekolah, teman-teman, keluarga, dan perkembangan identitas diri mereka sendiri. Ini dapat menyebabkan perasaan stres, depresi, dan kecemasan yang mendorong self harm sebagai coping.
2. Banyak remaja yang terlibat dalam perilaku self harm menghadapi masalah kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan makan. Self harm mungkin menjadi cara bagi mereka untuk mengatasi perasaan negatif yang intens.
3. Pengalaman trauma, seperti pelecehan seksual atau fisik, juga dapat menjadi penyebab self harm. Individu mungkin merasa bahwa self harm adalah cara untuk meredakan rasa sakit atau marah yang terkait dengan pengalaman traumatis.
4. Beberapa remaja mungkin merasa terdorong untuk memenuhi standar sosial atau ideal kecantikan yang tidak realistis, yang dapat mengarah pada gangguan makan. Ketika mereka merasa tidak bisa memenuhi tuntutan ini, mereka mungkin menggunakan self harm sebagai kontrol.
5. Remaja yang merasa terisolasi atau kurang mendapatkan dukungan yang memadai dari keluarga atau teman-teman mereka mungkin merasa terdorong untuk mencari pelarian dalam self harm.
Upaya Pencegahan Perilaku Self Harm pada Remaja
Mengatasi perilaku self harm di kalangan remaja memerlukan pendekatan yang komprehensif dan mendalam. Beberapa upaya yang dapat membantu, seperti:
1. Keluarga dapat memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung remaja yang mengalami self harm. Mendengarkan, memberikan dukungan, dan mencari bantuan profesional adalah langkah-langkah penting yang dapat diambil oleh keluarga.
2. Konselor atau terapis yang berpengalaman dalam masalah kesehatan mental dan self harm dapat membantu remaja dalam mengatasi masalah mereka. Terapi juga dapat membantu remaja mengidentifikasi pemikiran dan perasaan negatif mereka serta menggantinya dengan yang lebih positif.
3. Remaja perlu mempelajari pengelolaan emosi, komunikasi yang sehat, dan cara mengatasi tekanan secara produktif. Program-program keterampilan kehidupan seperti itu dapat membantu mereka merasa lebih siap menghadapi perubahan dan tekanan.
4. Meningkatkan kesadaran tentang self harm di kalangan remaja. Sekolah dan komunitas dapat menyelenggarakan program-program pendidikan tentang masalah ini. Selain itu, mengurangi stigma terkait self harm dan masalah kesehatan mental secara umum juga sangat penting.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.