Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image mugiyono ruswadinata

Bekerja Setengah Hati, Berkarya Setengah Jiwa

Sinau | Sunday, 10 Dec 2023, 06:14 WIB

Kisah tentang seorang tukang yang setelah bekerja sekian lama ingin pensiun karena merasa telah banyak menghasilkan namun tidak mendapat apresiasi, mungkin sudah sering kita baca atau kita dengar sebelumnya. Sebagai pengingat, mari kita ulang kembali bagian penting dari kisah ini. Keinginan untuk pensiun, kemudian direspon majikan sang tukang dengan cara meminta untuk dibuatkan karya terakhir sebelum betul- betul meninggalkan pekerjaan yang telah digelutinya selama ini.

Dengan perasaan setengah hati, tukang tersebut mengerjakan karya terakhirnya dengan terburu-buru karena segera ingin pergi dari tempat tersebut. Tidak ada langkah-langkah detail pengerjaan yang biasa dilakukan saat dulu mengerjakan sebuah projek, dikerjakan asal selesai karena mengganggap pekerjaan teakhir ini sebagai beban yang tak seharusnya dikerjakan. Pekerjaan yang dilakukan setengah hati ini menghasilkan karya setengah jiwa, yang tidak hanya hampa nilai tapi juga kehilangan banyak sentuhan terbaik yang selama ini menjadi ciri khas tukang tersebut dalam berekspresi.

Singkat cerita, setelah merasa selesai dengan pekerjaannya, tukang tersebut kembali ke majikannya dengan mempersembahkan karya terakhirnya tadi. Nah, yang menarik ternyata buah karya terakhir yang justru lahir dari keengganan melakukan yang terbaik, malah diberikan oleh majikan sebagai hadiah perpisahan. Sang tukang hanya tertunduk lesu, menyadari kekeliruan sikap dan perilakunya yang justru berbalik menjadi bencana di hari tuanya.

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah sederhana ini adalah bahwa apapun yang kita lakukan sejatinya akan kembali pada diri kita, apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Hukum sebab akibat tidak pernah bertukar satu sama lain, dia mengikuti apa yang telah digariskan Allah tanpa pengurangan sedikitpun.

Jika kita bekerja dengan kesungguhan hati untuk mempersembahkan karya terbaik yang sesuai dengan dorongan jiwa, maka yang akan kita dapatkan adalah balasan terbaik yang akan menentramkan batin kita. Tak perlu kita menunggu orang lain bereaksi memberikan apresiasi, karena yang akan kita dapatkan kelelahan yang tak berujung dan kekecewaan yang menumpuk kelabu di sudut hati.

Bekerjalah dengan sepenuh hati, berkaryalah dengan sepenuh jiwa karena tidak akan salah amanah memilih pundak, seperti halnya tidak akan beralih sedikitpun balasan kebaikan yang kita lakukan, kecuali akan terus memberi keberkahan hidup yang mungkin tidak hanya untuk diri kita sendiri melainkan untuk orang-orang di sekitar kita.

One thing lead to another, satu kondisi merupakan prakondisi untuk hal lainnya yang lebih besar. Jika kita mampu menjawab satu tantangan, maka sesungguhnya akan ada tantangan lain yang dipersiapkan untuk kita. Semakin bijak kita menghadapi sebuah kondisi, maka kita akan dihadapkan pada kondisi yang memaksa kita untuk naik tingkat menjadi lebih baik lagi.

Balasan untuk kebaikan adalah beratus kebaikan lainnya, mungkin bukan saat ini, bukan untuk kita, tapi dirasakan oleh orang-orang disekitar kita, di waktu-waktu yang tak pernah kita sangka sebelumnya, maka itulah yang disebut berkah. Kebaikan yang terus bertambah, dan menjadi energi yang mendorong kebaikan lainnya terjadi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image