Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Primandha Rachma Auzia

Keistimewan Berbuat Birrul Walidain

Agama | Tuesday, 21 Nov 2023, 22:18 WIB

Jasa orang tua memang tak terkalahkan, merekalah yang merawat kita selama ini mulai dari kandungan sampai dewasa, hingga kita sukses nantinya. Ada perumpamaan yang berkata, “Kebaikan seorang ayah lebih tinggi daripada gunung dan kebaikan seorang ibu lebih dalam dari laut.” Hal ini mendeskripsikan saking tidak terhingga kasih sayang dari kedua orang tua yang merawat anaknya.

Ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua sebagai berikut :

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا ؕ اِمَّا يَـبۡلُغَنَّ عِنۡدَكَ الۡكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوۡ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوۡلًا كَرِيۡمً

”Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. “ (Q.S. Al-Isra 17:23)

Ilustrasi anak yang membantu orang tua (sumber : https://www.pexels.com/id)
Ilustrasi anak yang membantu orang tua (sumber : https://www.pexels.com/id)

Keutamaan Anak Berbakti Kepada Orang Tua di Kajian Surah Al-Isra (17:23)

Dalam kajian ayat diatas membahas mengenai berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain). Saking utamanya berbuat baik kepada orang tua perintah ini dalam Al-Qur’an dijadikan sebagai kewajiban yang penting di antara kewajiban-kewajiban yang lain, maka diletakkan oleh Allah dalam urutan kedua sesudah kewajiban manusia untuk bertauhid atau hanya menyembah kepada-Nya.

Keutamaan berbuat birrul walidain juga bertambah karena hal inilah yang mempengaruhi hisab kita ketika ingin masuk surga. Sering kali kita mendengar di telapak kaki ibulah surga berada, dan di kaki ayah kita akan menemukan pelajaran perjuangan hidup. Rasullah Sallallahu A'laihi Wasallam. bersabda pada suatu hadist :

“Celakalah dia, celakalah dia, celakalah dia.” Rasulullah ditanya, “Siapa dia wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati orang tuanya, salah satu atau keduanya telah berusia lanjut, kemudian ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim)

Selain itu pada surah Al-Isra ayat 23, anak dilarang untuk berkata yang buruk kepada kedua orang tua. Sekalipun itu adalah perkataan buruk terendah yaitu “ah”. Hal ini merupakan perbuatan ta’affuf yang berarti sebuah kekesalan atau keluhan. Apalagi melakukan intihar atau membentak kepada orang tua serta memperlakukan mereka dengan sikap yang kasar.

Alasan tidak boleh mengucapkan hal yang tidak baik pada orang tua, yaitu karena mereka memiliki ingatan sensitive dan sangat peka terutama terhadap hal-hal yang menyangkut anaknya yang dilakukan saat muda.

Oleh karena itu Allah memerintahakan untuk bertutur kata kepada orang tua dengan perkatan yang mulia. Bagaimanakah perkataan yang mulia itu ? yaitu perkataan yang baik, sopan, lembut dan menghormati kepada orang tua. Penghormatan juga bisa dilakukan dalam bentuk gestur, yaitu ketika anak berbicara pada orang tua dalam keadaan duduk maka kita pun duduk dan tidak berdiri. Ini merupakan suatu adab menunjukan rasa hormat dengan perilaku yang sesuai.

Jika anak mengabdikan diri kepada orang yang lebih tua, maka ia dapat memperoleh harinya yang berkah, berumur panjang dan mendapat doa yang baik dari orang tua. Dengan demikian berbakti kepada orang tua merupakan suatu kewajiban yang memiliki nilai-nilai mendalam dan mulia dalam ajaran Islam. ***

Dosen Pengampu: Dr. Hamidullah Mahmud, Lc. M. A.

Oleh : Primandha Rachma Auzia - UIN Jakarta - Prodi Jurnalistik

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image