Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agil Fahrezi

Mengapa Islam Begitu Berpengaruh dalam Politik Timur Tengah?

Agama | 2025-12-14 12:45:08
Sumber:Pixabay

Islam hampir selalu hadir dalam setiap pembahasan mengenai politik Timur Tengah. Namun, penjelasan yang sering diajukan cenderung menyederhanakan persoalan, seolah-olah pengaruh Islam semata-mata disebabkan oleh faktor mayoritas penduduk. Pandangan semacam ini mengabaikan dinamika yang lebih mendasar. Pengaruh Islam dalam politik Timur Tengah justru berakar pada sejarah pembentukan negara, karakter ajaran Islam yang menyentuh ruang publik, serta kegagalan negara modern dalam membangun legitimasi yang kuat.

Agama dan Kekuasaan yang Sejak Awal Menyatu

Berbeda dengan pengalaman Eropa, di mana negara modern lahir melalui proses panjang pemisahan antara gereja dan kekuasaan politik, sejarah Timur Tengah menunjukkan pola yang berbeda. Dalam Islam, sejak awal, agama dan kekuasaan berjalan beriringan. Nabi Muhammad tidak hanya berperan sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai kepala pemerintahan dan penegak hukum.Model ini berlanjut pada masa kekhalifahan, yang menjadikan otoritas agama sebagai sumber utama legitimasi politik. Karena itu, konsep pemisahan total antara agama dan negara tidak pernah benar-benar mengakar dalam sejarah politik Islam. Ketika negara-bangsa modern diperkenalkan pada abad ke-20 seiring runtuhnya kekhalifahan dan masuknya kolonialisme Barat negara hadir sebagai struktur administratif baru, tetapi kehilangan kedalaman legitimasi historis di mata masyarakat. Islam, dalam konteks ini, tetap dipandang sebagai sumber nilai yang autentik dan tidak terputus dari pengalaman sejarah masyarakat Timur Tengah.

Islam sebagai Kerangka Moral dalam Ruang Publik

Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan antarmanusia. Konsep keadilan, kepemimpinan, dan tanggung jawab sosial merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Karena itu, ekspektasi masyarakat terhadap kekuasaan politik tidak hanya bersifat teknokratis, tetapi juga moral.Upaya negara-negara Timur Tengah untuk mengadopsi sistem politik sekuler sering kali gagal memenuhi ekspektasi ini. Nasionalisme dan sosialisme Arab, misalnya, menjanjikan kemajuan dan keadilan, tetapi dalam praktiknya justru melahirkan rezim otoriter dan ketimpangan. Ketika negara gagal menghadirkan keadilan dan kesejahteraan, Islam kembali menjadi rujukan moral dan simbol perlawanan terhadap kekuasaan yang dianggap tidak sah.Dalam konteks ini, menguatnya peran Islam dalam politik tidak dapat dipahami sebagai bentuk penolakan terhadap modernitas, melainkan sebagai respons terhadap kegagalan negara.

Perbedaan Aliran dan Legitimasi Politik

Pengaruh Islam dalam politik Timur Tengah juga tidak lepas dari perbedaan aliran, terutama antara Sunni dan Syiah. Keduanya memiliki pandangan yang berbeda mengenai legitimasi kekuasaan.Tradisi Sunni cenderung menekankan stabilitas dan ketertiban, sehingga banyak pemerintahan di kawasan ini berusaha memperoleh legitimasi melalui simbol dan institusi Islam Sunni. Sementara itu, tradisi Syiah memiliki narasi kuat tentang keadilan dan perlawanan terhadap kekuasaan yang dianggap zalim. Hal ini terlihat jelas dalam sistem politik Iran, di mana otoritas agama secara formal memegang peran penting dalam pemerintahan.Konflik politik yang kerap disebut sebagai konflik sektarian sering kali lebih tepat dipahami sebagai perebutan legitimasi kekuasaan, dengan agama menjadi bahasa politik yang digunakan oleh masing-masing pihak.

Islam Politik dan Tantangan Negara Modern

Kebangkitan Islam politik dalam beberapa dekade terakhir tidak terjadi secara tiba-tiba. Ia muncul di tengah kekecewaan terhadap negara yang gagal memberikan ruang partisipasi, keadilan, dan kesejahteraan. Dalam situasi tersebut, Islam menjadi satu-satunya bahasa politik yang masih dipercaya oleh sebagian besar masyarakat.Ini tidak berarti bahwa setiap bentuk Islam politik selalu membawa solusi. Namun, menafikannya sebagai ancaman semata justru mengabaikan akar persoalan yang lebih mendasar, yaitu lemahnya legitimasi negara modern di kawasan Timur Tengah.

Penutup

Islam hampir selalu hadir dalam setiap pembahasan mengenai politik Timur Tengah. Namun, penjelasan yang sering diajukan cenderung menyederhanakan persoalan, seolah-olah pengaruh Islam semata-mata disebabkan oleh faktor mayoritas penduduk. Pandangan semacam ini mengabaikan dinamika yang lebih mendasar. Pengaruh Islam dalam politik Timur Tengah justru berakar pada sejarah pembentukan negara, karakter ajaran Islam yang menyentuh ruang publik, serta kegagalan negara modern dalam membangun legitimasi yang kuat.

Referensi:

Hourani, Albert. 1991. A History of the Arab Peoples. London: Faber and Faber.
Nasr, Vali. 2006. The Shia Revival: How Conflicts within Islam Will Shape the Future. New York: W. W. Norton & Company.
Roy, Olivier. 1994. The Failure of Political Islam. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Penulis:

R.M.Agil Fahrezi, Ilmu Hubungan Internasional. Universitas Sriwijaya

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image