Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Firman Setiaji

Peran Keluarga Ketika Negara Dilanda Konflik

Agama | Friday, 17 Nov 2023, 18:51 WIB

Menghadapi peperangan di negara kita adalah ujian yang menguji integritas dan kesatuan keluarga. Saat negara mengalami konflik bersenjata, keluarga menjadi kunci dalam mempertahankan harapan, cinta, dan ketahanan. Mereka harus menjaga kedekatan dan saling mendukung ditengah kondisi yang penuh ketidakpastian.

Baru-baru ini Minggu 12 November 2023 dunia dihebohkan dengan berita adanya konflik antara Hamas dan Israel. Konflik pastinya memberikan dampak yang bermacam-macam pada situasi dan kondisi negara, salah satunya kondisi keluarga ketika konflik terjadi. Maka bagaimanakah sikap yang mesti dilakukan ketika konflik terjadi di negara kita?

Ketika negara menghadapi peperangan, keluarga sering kali mengalami tekanan emosional dan ekonomi yang luar biasa. Mereka mungkin kehilangan tempat tinggal, sumber penghasilan, atau bahkan kehilangan anggota keluarga akibat konflik tersebut. Dalam situasi ini, sikap saling mendukung dan empati dari anggota keluarga sangatlah penting. Mereka harus menempatkan kepentingan keluarga di atas segalanya dan bersatu dalam usaha mempertahankan keselamatan dan keberlangsungan.

Selama peperangan, keluarga juga harus menjaga komunikasi yang baik dan terbuka satu sama lain. Ini penting dalam memastikan bahwa semua anggota keluarga tetap mendapat informasi dan dukungan yang mereka butuhkan. Di tengah ketidakpastian dan kecemasan, memberikan dukungan moral dan mempertahankan komunikasi yang kuat dapat membantu menjaga keseimbangan emosional dalam keluarga.

Selain itu, keluarga juga perlu untuk bersikap waspada dan berhati-hati, serta menjaga keamanan anggota keluarga. Mereka mungkin harus membuat rencana darurat, merencanakan rute evakuasi, dan mencari tempat perlindungan jika diperlukan. Keselamatan anggota keluarga harus diprioritaskan di atas segalanya.

Di samping menjaga keselamatan fisik, keluarga juga harus memelihara harapan dan semangat. Mereka harus menunjukkan kepada anggota keluarga yang lebih muda bahwa meskipun situasinya sulit, ada harapan untuk masa depan yang lebih baik. Ini bisa dilakukan dengan cara tetap melibatkan anak-anak dalam kegiatan pendidikan atau rekreasi yang memberikan mereka kesempatan untuk melupakan sejenak situasi konflik yang ada.


Ketika negara kita mengalami peperangan, keluarga juga harus tetap solidaritas dan saling membantu sesama anggota masyarakat. Hal ini tidak hanya mencakup membantu satu sama lain secara pribadi, tetapi juga melibatkan partisipasi dalam upaya kemanusiaan dan rekonstruksi setelah konflik berakhir. Keluarga yang bersatu dapat menjadi kekuatan yang mampu membangun kembali komunitas dan negara setelah peperangan reda.

Dalam kondisi peperangan, sikap berkeluarga yang paling penting adalah kebersamaan dan ketahanan. Melalui pemeliharaan ikatan emosional, komunikasi yang baik, dan solidaritas, keluarga bisa menjadi dasar kekuatan yang tak tergoyahkan ditengah kondisi sulit. Meskipun peperangan membawa cobaan yang besar, keluarga yang saling mendukung dan memelihara harapan akan mampu melalui rintangan ini bersama-sama.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image