Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image rania pramudita

Bener Nggak Sih Maiko, Geisha, dan Oiran Itu Sama?

Sejarah | Wednesday, 01 Nov 2023, 21:30 WIB

Mendengar kata oiran dan geisha pasti sudah tidak asing bagi kita para penyuka budaya Jepang, tetapi meskipun begitu masih banyak yang salah mengartikan bahwa pekerjaan mereka sama yaitu wanita penghibur atau pekerja seks komersial (PSK) di era Edo tetapi nyata nya pekerjaan mereka sangat lah berbeda namun tetap saling berkaitan.

Kanji Geisha (芸者) memiliki arti seniman, geisha sendiri memiliki tugas untuk menghibur para tamu dengan berbagai cara seperti menungkan teh atau sake, bernyanyi, menari, seperti menjadi teman berbincang, dan memainkan alat music gesek yang biasa di sebut shaminsen, ada beberapa geisha yang terkenal karena mengubah music sendiri yang berirama “melankolis”. Geisha juga dikenal dengan istilah geiko yang merupakan istilah khas daerah Kansai untuk memanggil sosok Geisha. Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan ke-19 dan masih ada sampai sekarang walaupun jumlahnya sudah tidak sebanyak dulu.

Perjuangan untuk menjadi Geisha ini tidak mudah lho! Pelatihan menjadi Geisha bisa berlangsung selama lima tahun atau lebih. Nah, sebelum menjadi Geisha, para gadis ini disebut sebagai Maiko, gadis yang sedang belajar mengabdikan hidup nya untuk kebudayaan Jepang dengan cara menjadi seorang Geisha, biasa nya mereka berumur antara 15-20 tahun tetapi pada beberapa kasus, ada juga yang sudah menjadi Maiko semenjak umur 6 tahun. Asal-usul Maiko ini berasal dari para wanita penyaji teh dan dango (makanan Jepang yang terbuat dari tepung beras) untuk pengunjung Kuil Yakasa dan Kitano Tenamgu sekitar 300 tahun yang lalu. Pekerjaan Maiko ini juga hampir sama dengan Geisha, yang membedakan hanyalah gelar mereka. Kalau sebutan gampang nya sih Maiko itu gadis magang Geisha, dan Geisha adalah penghibur para tamu dengan cara bermain music atau menari.

Rumah-rumah Geisha ini disebut sebagai Okiya, Okiya ini membawa gadis-gadis yang mayoritas nya berasal dari keluarga miskin dan kemudian melatih mereka, Okiya juga menggelarkan pentas seni dan para gadis Maiko ini akan dipasangkan dengan Geisha sebagai mentor pribadi. Pelatihan yang para Maiko dapatkan ini tidak hanya sekedar belajar banyak bentuk seni seperti bermain alat musik, menari, namun mereka juga mendapatkan banyak pelajaran untuk kehidupan mereka.

Nah sekarang bagaimana cara membedakan antara Maiko dan Geisha? Perbedaan ini sebenarnya cukup terlihat dengan jelas seperti Maiko mengenakan alas kaki “pokkuri” yang tingginya 10 cm sedangkan Geisha mengenakan sandal tradisional Jepang bernama “zori” atau “geta”, sanggul Maiko menggunakan rambut asli mereka sedangkan Geisha menggunakan wig, Maiko mengenakan kimono furisode panjang dengan warna-warna yang cenderung terang seperti warna merah muda pucat sedangkan Geisha mengenakan kimono gaya dewasa dengan warna-warna cantik atau klasik seperi hitam dan biru tua, untuk make up Maiko selalu menerapkan riasan putih sedangkan Geisha biasanya melakukan ini lebih jarang seiring bertambahnya usia mereka, kecuali untuk acara formal dan tarian, untuk aksesoris rambut para Maiko biasa mengenekan jepit rambut atau biasa disebut “hanakanzashi” yang cenderung ramai agar terkesan mewah atau imut sedangkan para Geisha tidak mengenakan hanakanzashi mewah melainkan hanya ornamen sederhana.

Oiran (花魁) merupakan singkatan dari Oira no tokoro no nee-san (おいらの所の姉さん) yang artinya “kakak perempuan dari tempat kita” dan kemudian disingkat menjadi Oiran. Oiran bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) di Yoshiwara Yuuyaku (吉原遊廓) Yoshiwara adalah daerah yang sekarang dikenal dekat dengan Nihonbashi, Tokyo (日本橋) sedangkan Yuuyaku merupakan kompleks atau blok untuk para pekerja seks yang sudah diakui oleh pemerintah. Walaupun pekerjaan mereka seperti itu para Oiran ini merupakan wanita yang berpangkat tinggi yang bahkan lebih tinggi dari para pelanggan mereka sendiri.  

Rumah para Oiran ini disebut “Harimise”, para Oiran akan duduk berbaris di belakang jeruji besi dan pelanggan akan memilih pekerja seks atau yuujyo (遊女) yang mereka inginkan tetapi Oiran tidak bekerja di harimise ini, para pelanggan harus menggunakan rumah teh atau biasa disebut Chaya (茶屋) sebagai perantara. Para pelanggan juga harus membuktikan bahwa mereka mempunyai banyak uang dan memiliki kekuasaan untuk bermain bersama Oiran. Untuk menerima layanan Oiran tidak cukup hanya dengan memiliki banyak uang saja namun para pelanggan harus bertemu dengan Oiran setidaknya 3 kali lalu Oiran akan menentukan pelanggan mana yang layak menerima layanannya. Pada peretemuan pertama, Oiran akan duduk berjauhan dengan pelanggannya dan tidak makan, minum, ataupun berbicara dengan mereka. Pertemuan kedua, Oiran hanya akan duduk lebih dekat dengan pelanggannya dan tetap tidak minum, makan, dan berbicara dengannya. Pertemuan ketiga, pelanggan akan menjadi najimi (馴染み) yang artinya pelanggan sudah akrab dan pelanggan memiliki nampan dan sepasang sumpit dengan namanya dan mereka harus membayar najimikin (馴染み金) atau uang untuk layanan Oiran dan Oiran akan memberikan layananya. Tetapi Oiran juga berhak menolak pelanggannya karena Oiran memiliki status sosial yang lebih tinggi dari pelanggannya. Saat jamuan makan, Oiran duduk di kamiza (上座) dan pelanggan duduk di shimaza (下座) di Jepang orang dengan status sosial lebih tinggi akan duduk di kamiza namun perbedaan yang ini hanya berlaku di Yoshiwara Yuuyaku.

Untuk menjadi Oiran sendiri ada 3 tahapan, yaitu yang pertama Kamuro, yang bertugas melayani Oiran dan mempelajari kode etik yukaku yang akan diajari oleh yuujyo senior, biasanya dilakukan oleh anak-anak berumur 10 tahun. Lalu yang kedua, Shinzuo, biasanya anak-anak berusia remaja sekitar umur 15-16 tahun yang akan diseleksi untuk menentukan siapa yang pantas menjadi Oiran. Dan setelah lulus 2 tahap tersebut, maka bisa disiapkan menjadi Oiran. Tidak semua orang bisa menjadi Oiran karena mereka harus ahli dalam bidang seni seperti kaligrafi, ikebana (seni merangkai bunga), tata cara upacara minum teh, menulis puisi, dan ahli dalam bermain musik seperti alat musik koto dan shaminsen, mereka juga harus kuat secara fisik karena berat kimono Oiran bisa mencapai 20 kg dan ornament yang ada di rambut mereka bisa mencapai 10 kg. Selain itu mereka juga harus pandai berbicara, mempelajari karya sastra Jepang klasik dan keterampilan untuk bermain Igo (sejenis permainan catus khas Jepang) dengan banyaknya keterampilan yang dimiliki, Oiran sering juga disebut sebagai “wanita ideal”.

Disaat para pelanggan memanggil Oiran sebelum pertemuan ketiga kalinya maka para Geisha yang akan menghibur para tamu dengan cara memainkan alat musik shamisen, bernyanyi, menari, dan menuangkan teh sambil berbincang kepada para tamu sembari menunggu menunggu Oiran datang. Jadi dapat disimpulkan bahwa Maiko, Geisha, dan Oiran adalah pekerjaan yang berbeda tetapi tetap saling berkaitan. Maiko adalah orang yang berpenampilan mirip Geisha di Kyoto dan Jepang Barat atau lebih mudahnya mereka adalah gadis magang Geisha, dan Geisha adalah penghibur, penari, peracik teh, seniman para tamu disaat mereka menunggu Oiran datang, dan Oiran adalah pekerja seks komersial (PSK) yang memiliki status sosial tinggi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image