Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image AchSin

Amil dan Kesombongan

Filantropi | Wednesday, 01 Nov 2023, 13:10 WIB

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi & Associate Expert FOZ)

Seorang amil idealnya seorang yang ramah, penyayang dan lemah lembut. Namun karena amil juga masih manusia, tak bisa semua disetel sama layaknya robot, yang semua bisa standar dan tak sedikitpun berbeda. Wajar kemudian di tengah amil, bisa juga muncul sejumlah amil yang tak sesuai harapan. Ada amil yang tak ramah, tak berlaku lemah lembut, bahkan ada saja juga yang tampak arogan atau sombong.

Kesombongan ini bisa melekat pada siapa saja, termasuk pada seorang amil zakat, nadzhir wakaf atau aktivis sosial lainnya. Mereka yang sombong ini tak jarang punya posisi yang bagus di lembaga amil zakatnya. Nah, ini semakin membuat situasinya makin rumit. Hal ini karena umumnya sifat sombong atau takabur, makin tinggi kedudukan atau makin penting posisi seorang atau suatu pihak yang sombong, maka akan semakin mampu mempersulit orang lain, bahkan mampu merendahkan pihak lainnya.

Karena itulah, sifat sombong atau takabur ini menjadi masalah yang sangat serius. Bahkan dalam kisah Nabi Adam AS, karena sifat sombong ini pula yang menyebabkan setan terusir dari surga dan kemudian dikutuk oleh Allah selama-lamanya. Padahal kita tahu, Ketika itu setan adalah makhluk yang telah ada sebelumnya di Syurga dan selalu taat beribadah pada Allah SWT. Namun karena ada rasa sombong pada dirinya, setan merasa lebih baik, lebih hebat dan bahkan berani menentang keputusan Allah SWT.

Godaan kesombongan awalnya mungkin sangat halus dan terasa adanya. Awalnya rasa ini mungkin sangat sedikit, dan bahkan lembut sekali. Perlahan ia saat sudah masuk ke hati, ia makin menguat dan akhirnya mampu memporakporandakan pertahanan hati agar terus bersih dan terhindar dari noda kesombongan. Orang yang awalnya merasa tawadhu (rendah hati), kalau tak hati-hati bisa saja terjungkal akibat masuknya rasa sombong dalam dirinya. Bahkan kadang, karena merasa ia sudah baik, tawadhu dan cukup taat, tak terasa justru sebenarnya ia tak sengaja sedang menunjukkan sikap takabburnya di hadapan orang lain.

Terkait tentang sikap takabbur ini Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga siapa yang di dalam hatinya ada kesombongan walau seberat debu” (HR Muslim).

Sombong sekali lagi soal serius, bahkan Allah SWT benar-benar mengharamkan surga untuk dimasuki orang-orang takabbur. Takabbur sejatinya hanya layak bagi Allah yang memang memiliki keagungan sempurna. Sedang seluruh makhluk hanya sekadar menerima kemurahan dari-Nya.

Dalam Al Qur’an, ada salah satu nasihat Luqman yang termaktub dalam Surat Luqman ayat 18: "Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri."

Terkait soal kesombongan ini, ada pertanyaan menarik, “Pantaskah sebenarnya orang bersikap takabbur?. Sesungguhnya semua kebaikan yang ada di diri kita semata-mata hanya berkat kemurahan dari Allah SWT. Ada usaha memang yang kita lakukan, namun sejatinya bila usaha itu tak Allah takdirkan terjadi, hal itu tak mungkin terjadi. Bahkan jika Allah menghendaki, kita bisa berada dalam kondisi yang rendah, bahkan hina. Ekstrem-nya, bahkan bisa saja kalau Allah kehendaki kita bisa terlahir miskin, cacat, atau bahkan terlahir sebagai kambing atau Binatang hina lainnya.

Dengan penjelasan tadi, bagi seluruh amil zakat, mari kita hindari hal-hal yang menjurus pada hadirnya kesombongan diri kita. Teruslah juga berhati-hati dari bahaya kesombongan ini. Jika penyakit ini datang, kita perlahan akan sengsara. Langkah kehati-hatian penting bagi amil, dan Langkah ini bisa dimulai dengan mengenali ciri-ciri kesombongan. Rasulullah SAW bersabda: “Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia” (HR Muslim).

Dan jika dalam hati kita ada satu dari dua hal ini, atau kedua-duanya ada, itu pertanda kita telah masuk dalam deretan orang-orang sombong. Teruslah tawadhu, rendah hati dan menjaga diri selalu dekat dengan Allah SWT. Saat yang sama, kita juga senantiasa melantunkan do’a agar kita semua dijauhkan dari kesombongan ini.

Inilah salah satu do’a untuk bekal kita agar dijauhkan dari sikap sombong atau arogan : "Allahumma inna nas-aluka min kulli khairin maa sa-alaka minhu nabiyyuka Muhammadin wa naudzubika min kulli syarrin maasta'adzaka minhu nabiyyuka muhammadin. Wa antal musta'anu wa alaikal-balaghu wa la haula wa la quwwata illa billah".

Yang artinya, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu segala kebajikan sebagaimana yang dimohon oleh nabi-Mu Muhammad. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala kejelekan sebagaimana yang Nabi-Mu Muhammad mohon perlindungan. Engkaulah Yang Maha Pemberi Pertolongan, dan kepada-Mulah puncak segala pengharapan. Tiada daya upaya untuk meninggalkan maksiat dan tiada kekuatan untuk melakukan ibadah kecuali atas pertolongan Allah".

Wallahu’alam Bishowwab.

Ditulis di Balairung Hotel, Selasa, 31 Oktober 2023

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image