Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Cahya Savitri

Resensi dan Apresiasi Novel Hati yang Damai Karya Nh. Dini

Sastra | Sunday, 29 Oct 2023, 21:07 WIB

Judul buku: Hati yang Damai

Sampul Novel "Hati yang Damai". Cr: Google.

Penulis: N.H Dini

Halaman: 68 halaman

Penerbit: Nusantara Bukittinggi

Tahun terbit: 1961

Pendahuluan

Sebagai bangsa Indonesia, sudah sepatutnya kita bangga bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang aktif dalam memproduksi karya-karya sastra, bahkan sejak sebelum tahun 1945. Indonesia yang kaya akan budaya, melahirkan penulis-penulis yang kreatif dan cerdas, sehingga budaya lama maupun baru, dapat diabadikan lewat tulisan. Dan tentu saja tulisan itulah yang memiliki power (kekuatan) untuk mengubah dunia. Dapat dipahami pula, bahwa novel ini menjadi penting karena pengarang wanita pada masa itu masih terbilang langka. Sebelumnya di Indonesia, telah lahir para perempuan novelis seperti Selasih (Sariamin/Seleguri), Hamidah (Fatimah Hasan Delais), S. Rukiah, dan lain-lain. Namun, tidak seperti Nh. Dini, mereka tidak dikenal oleh masyarakat luas.

Sinopsis

Novel dengan jumlah halaman sebanyak 68 halaman ini menceritakan tentang Dati yang kembali bertemu dengan bekas kekasihnya, Sidik, yang baru saja pindah ke kota tempat tinggalnya. Fisiknya boleh menua, tetapi semangatnya dalam mengejar cinta masih terlihat kuat. Pada saat itu, Dati hampir menyesal, bagaimana bisa ia mau datang menemui laki-laki itu. Dirinya telah bersuamikan seorang penerbang dan dianugrahkan dua orang anak. Namun, Sidik yang gigih dan semangat, tetap tidak peduli. Bahkan, ia berusaha memancing agar hubungan cinta mereka tetap berlangsung. Dahulu, dalam keluarganya, Dati dibesarkan dalam kekerasan. Ia tumbuh bersama keluarga yang membesarkannya dengan kekerasan. Tak ada tempat untuk bermanja-manja selayaknya anak pada orang tua. Untuk itu, karena kebahagiaan tidak ia dapatkan dalam keluarganya, Dati akhirnya mencari kebahagiaan di luar rumah, misalnya ia selalu bermanja-manja pada kawan-kawan prianya di luar rumah, termasuk kepada Sidik yang pernah menjadi kekasihnya. Sayangnya, hal tersebut terbawa hingga kehidupan rumah tangganya di kemudian hari. Wija menikah dengan Dati karena pemuda penerbang itu mencintai Dati. Sementara Dati, bahkan dalam waktu yang cukup lama, ia belum dapat mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Pada saat suaminya bertugas, secara tidak sengaja ia dipertemukan kembali dengan Sidik, bekas kekasihnya dulu. Ia kemudian membangun komunikasi kembali dengan intensif sehingga kedekatan mereka semakin erat.

Sidik dengan terus terang mengatakan bahwa ia masih mencintainya hingga kini walaupun keduanya sudah memiliki keluarga masing-masing. Terlebih lagi setelah datangnya Nardi yang merupakan sahabat Sidik sewaktu sekolah dahulu. Ia adalah orang yang menyebabkan perpisahan antara Sidik dan Dati kala itu. Namun Nardi kini hadir kembali dalam kehidupan Dati dan secara tidak sengaja menjadi dokter militer yang bertugas di tempat pangkalan yang sama dengan Wija. Hal itulah yang menyebabkan Dati menjadi gelisah dan bimbang. Ia menjadi tersiksa ketika suaminya pergi bertugas justru kemudian datang dua laki-laki masa lalunya yang memperebutkan dirinya. Saat Dati mendengar kabar bahwa pesawat yang dikemudikan Wija jatuh dan hilang, saat itulah Sidik mencoba merayu dan menggodanya. Dati yang sedang dalam keadaan duka tak sadar akan perbuatan yang dilakukannya. Perasaan menyesal dan berdosa kian hari kian membesar sehingga hidupnya menjadi tak tenang. Di lain waktu, Sidik kembali mencoba merayunya namun Dati telah menyadari bahwa perbuatan yang ia lakukan dengan Sidik adalah sebuah kesalahan. Dati berontak dan saat itulah Wija kembali dengan Nardi yang menyelamatkannya dari kecelakaan pesawat. Peristiwa hadirnya kembali Wija setelah kecelakaan pesawat membuat Dati menginsafi bahwa kedamaian dan kebahagiaan yang selama ini dicarinya justru ada pada diri Wija. Wija sendiri sebenarnya sudah mengetahui bahwa sejak awal Dati tidak pernah mencintainya. Namun, Wija tetap kembali kepada Dati dan anak-anaknya karena menurutnya keluarga adalah tempat untuk berpulang. Hal tersebutlah yang kemudian membuat keluarga mereka utuh kembali.

Kelebihan

Kata Ajip Rosidi (1969: 178), kisah ini sangat mengharukan dan ditulis dengan halus mengajuk hati wanita, sedangkan Prihatmi (1977: 50) menyatakan bahwa novel ini mampu memukau perhatian pembaca. Seorang yang lembut, jujur, sederhana, dan selalu memilih kedamaian hati telah ditampilkan pengarang sebagai tokoh utama.

Seperti biasa, Nh. Dini selalu bisa membuat para pembaca tersihir dengan diksinya yang indah dan penuh dengan emosi. Kita sebagai pembaca turut merasakan bagaimana emosi serta perasaan terdalam Dati, hingga Asti. Banyak sekali hikmah serta pelajaran yang dapat kita petik. Salah satunya ialah bagaimana kita harus melihat sesuatu dengan cara pandang yang luas. Kita harus memahami bahwa seseorang melakukan hal itu pasti ada sebabnya. Inilah yang membuat novel ini menarik untuk dikaji dengan pendekatan psikologi sastra, di mana kita memahami perasaan, masalah-masalah, emosi, serta latar belakang tokoh. Juga, novel ini memberikan pelajaran bagi kita semua untuk tidak lari dari masalah. Sebab, sejauh apapun kita berlari dan menghindar dari masalah, masalah itu tidak dapat selesai dengan sendirinya. Kemudian, data-data pembuktian bahwa pada saat itu terjadi PRRI/Permesta tidak terlalu nampak, karena yang ditampilkan adalah nasib para penerbang dan istrinya. Lewat kehalusan-lah, Nh. Dini berkisah tentang masa lalu yang hadir, dan menjadi balutan cinta segi empat yang tampil dengan halus.

Kekurangan

Manusia tidak pernah luput dari kesalahan. Begitu juga dengan Nh. Dini beserta jajaran editornya. Ditemukan beberapa typo (kesalahan penulisan) pada beberapa kata. Kemudian, diksi nya begitu indah dan mengandung makna tersirat. Namun, hal itu terkadang justru malah membuat kita sebagai pembaca kesulitan memahami maknanya, sehingga harus dibaca berulang kali supaya paham.

Penutup

Secara umum, novel ini sangat layak untuk dibaca. Begitu banyak amanat yang dapat kita petik untuk dijadikan pelajaran hidup kita ke depannya. Sebagai seorang perempuan, sekaligus seorang mahasiswa Sastra Indonesia, saya sangat bangga terhadap Nh Dini. Sebab, beliau merupakan sosok perempuan yang sangat hebat dan inspiratif. Karyanya begitu menginspirasi, serta memotivasi para wanita. Terlebih lagi, pada zaman dahulu, orang-orang takut untuk menulis. Tetapi tidak dengan Nh. Dini. Beliau sosok yang berani menyuarakan suara perempuan, serta konsisten dalam menuangkan suara-suara itu ke dalam tulisan sastra. Walaupun tokoh-tokohnya di novel ini fiktif, tetapi ada hal tersendiri yang membuat novel ini terasa nyata dan hidup. Setelah membaca novel ini, mungkin kita menyadari bahwa banyak kejadian seperti itu di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembaca merasa dekat dan bisa memahami emosi para tokoh.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image