Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aisyah Aziszah Amantri

Ketika Negara dan Adat Sama-Sama Mengatur Hidup Manusia

Sastra | 2025-12-30 11:13:54
dokumen pribadi.

Dalam banyak cerita, kekerasan sering digambarkan sebagai tindakan fisik yang brutal. Namun, cerpen "Bagaimana Saya Bertemu Orang yang Telah Saya Eksekusi" karya Era Ari Astanto dan cerpen "Merebut Tanah karya I Putu Supartika, menunjukkan bahwa kekerasan tidak selalu hadir dalam bentuk pukulan, senjata, atau api. Kekerasan juga bisa bekerja dengan cara yang lebih rapi dan bahkan dianggap wajar.Tulisan ini menggunakan teori Michel Foucault tentang kuasa dan disiplin.

Menurut Foucault, kuasa tidak hanya dijalankan lewat kekerasan langsung, tetapi melalui aturan, prosedur, dan sistem yang membentuk cara berpikir manusia. Kuasa membuat individu patuh bukan karena dipaksa secara fisik, tetapi karena merasa bahwa kepatuhan tersebut adalah hal yang normal.Dalam cerpen "Bagaimana Saya Bertemu Orang yang Telah Saya Eksekusi", pembaca diajak masuk ke dunia seorang eksekutor negara yang bekerja menjalankan hukuman mati. Tokoh “saya” digambarkan menjalankan tugasnya secara rapi dan tanpa banyak pertanyaan. Proses eksekusi disajikan sebagai prosedur teknis yang steril, seolah-olah nyawa manusia hanyalah bagian dari administrasi.

Melalui pemikiran Foucault, negara dalam cerpen ini tidak perlu terus-menerus menunjukkan kekerasan secara terbuka. Kuasa negara bekerja lewat disiplin seperti, seragam, protokol, bahasa birokrasi, dan sistem hukum. Tokoh eksekutor bukan hanya pelaku kekerasan, tetapi juga korban dari sistem disiplin tersebut. Ia kehilangan ruang untuk berpikir secara moral karena telah dibentuk menjadi alat yang taat. Ketika kemudian ia bertemu kembali dengan orang-orang yang secara administratif telah ia eksekusi, krisis batin pun muncul. Peristiwa ini membuka celah bahwa sistem yang terlihat rapi ternyata menyimpan manipulasi dan kebohongan.

Sementara itu, cerpen "Merebut Tanah" menghadirkan bentuk kuasa yang berbeda. Sudarma berhadapan dengan kekuatan adat yang mengklaim tanah warisan keluarganya. Meskipun ia menang secara hukum negara, keputusan tersebut justru memicu amarah komunitas adat. Kekerasan tidak langsung muncul dari individu tertentu, melainkan dari massa yang bergerak atas nama tradisi dan kehormatan bersama.Dalam perspektif Foucault, adat dalam cerpen ini berfungsi sebagai sistem kuasa yang menormalisasi kepatuhan. Warga desa sejak lama telah didisiplinkan untuk percaya bahwa melawan adat adalah kesalahan besar. Karena itu, kekerasan yang dilakukan terhadap Sudarma tidak dianggap sebagai tindakan kriminal, melainkan sebagai pembelaan terhadap nilai kolektif. Kuasa bekerja lewat rasa takut, tekanan sosial, dan pengawasan komunitas, bukan semata-mata melalui hukum tertulis.

Jika dibandingkan, negara dalam cerpen pertama dan adat dalam cerpen kedua tampak berbeda, tetapi keduanya memiliki cara kerja yang mirip. Keduanya menciptakan sistem yang mengatur tubuh, pikiran, dan pilihan individu. Negara melakukannya melalui hukum dan birokrasi, sedangkan adat melakukannya melalui norma dan solidaritas kolektif. Dalam dua konteks tersebut, individu sama-sama kehilangan kebebasan untuk menentukan hidupnya sendiri.

Melalui dua cerpen ini, pembaca dapat menyadari bahwa kekerasan tidak selalu hadir dalam bentuk yang kasar. Justru kekerasan yang paling kuat sering kali bekerja secara halus, tersembunyi, dan dilegitimasi oleh sistem yang dianggap sah. Dengan pendekatan Michel Foucault, kedua cerpen ini memperlihatkan bagaimana kuasa dapat merampas kemanusiaan tanpa harus selalu menumpahkan darah secara langsung.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image