Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bung Maja

Menjaga Guyub Rukun di Tengah Euforia Pilpres

Edukasi | Friday, 27 Oct 2023, 14:04 WIB
WA Group

Sobat pembaca tentu pernah mendengar ungkapan: “Politik Secukupnya, Berkawan Selamanya”. Atau yang lain lagi: “Dipertemukan di facebook, dikumpulkan di WA Group alumni, dipisahkan oleh Pilpres”. Ungkapan-ungkapan itu benar adanya, pastinya itu buah dari perenungan atas yang sudah terjadi sebelumnya, koyaknya persatuan akibat copras-capres.

Masing-masing dari kita memiliki pengalaman berinteraksi sosial di berbagai platform, misalnya whatsapp, facebook, instagram atau X (twitter). Namun kali ini penulis hendak fokus pada WA Group.

Mulanya interaksi sosial berjalan baik-baik saja ketika berbicara topik yang bersifat “common interest” atau kepentingan semua pihak, misalnya terkait sharing informasi umum, hobi, sharing kata-kata bijak, atau nasehat yang bersifat universal.

Baca juga:

Bijak Bersosial Media di dalam WA Group

Belilah Dagangan dari Pedagang ini

Namun ketika sudah ada yang sharing junjungan politik atau preferensi politik, ibarat merebus air, mulai terdengar bunyi halus, yang nantinya akan membuat air bergejolak diiringi suara berisik ketika air sudah panas. Begitu analogi jika di WA group jika sudah ada yang bicara terkait junjungannya atau preferensinya hingga melampau batas.

Membicarakan pilihan pribadi soal copras-capres di WA group memiliki sisi negatif:

1. Membanggakan secara berlebihan capres pilihan sendiri.

2. Menjelekkan capres yang lain.

3. Counter dari teman yang berbeda pendapat. Saling bersahut-sahutan, tak jarang diiringi dengan kata-kata yang kurang santun.

4. Berseteru dengan yang beda pilihan. Indikasi perseteruan dengan ditandai left group, atau blokir terhadap yang berbeda pendapat. Suami-istripun bisa berantem gara-gara beda pilihan.

5. Mengabaikan WA group yang anggotanya heterogen dan sensitif sara. WA group dibuat eksklusif oleh yang getol membicarakan politik yang sarat dengan negative campaign, seolah semua anggota group satu preferensi dengannya.

Sebaiknya tidak bicara point 1 & 2 di atas, namun bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Hormati anggota group yang lain yang berbeda pilihan

2. Jangan menjelek-jelekkan karena anggota yang berbeda piliihan bisa tersinggung.

Diskusi sehat di WA group tidak akan tercipta karena fanatisme pilihan sendiri yang dianggap paling baik. Hilang obyektivitas, jauh dari manfaat “mencerahkan”.

Menurut hemat penulis, perlakukan WA group sebagaimana mestinya agar tidak tercipta perpecahan. Bicarakan yang umum untuk kepentingan bersama. Jika pun sharing terkait pilpres, share hal-hal yang informatif: program capres, saling mengingatkan jadwal pilihan dan lokasi TPS dan semacamnya.

Mari saling menahan diri membicarakan hal-hal yang potensial melukai teman kita di media sosial, apalagi tetangga kita sendiri. Lebih runyam lagi karena antar tetangga bisa tidak bertegur-sapa. Mari kita utamakan pertemanan atau kerukunan dengan tetangga kita. Mari kita ciptakan guyub rukun yang hakiki, saling membantu dan berinteraksi dengan nyaman tanpa dinodai pilihan politik yang berbeda. Biarlah soal pilihan politik itu kita tempatkan di ranah pribadi, hanya dibicarakan dengan pihak yang satu frekwensi.

Depok, 27 Oktober 2023 11.28

Juslich Hanafi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image