Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Renungan Seorang Ayah : Tidak Semua Orang Sepertinya

Curhat | Sunday, 22 Oct 2023, 09:08 WIB

Maaf, kalau saya tidak bisa menyebutkan namanya saking jiwa saya terguncang sebagai seorang ayah. Bagaimana rasanya, walaupun sosok ayah adalah seorang laki-laki, melihat banyak gadis remaja dirusak kehormatannya, diperdaya, dieksploitasi hanya karena nafsu dan materi sehingga pupuslah masa depannya. Tentunya tak ada yang kuat untuk melihat kenyataannya. Peristiwanya di Kota Bandung beberapa waktu lalu dan di sanalah saya tinggal sebagai seorang ayah. Saya ayah dari tiga anak dengan memiliki satu orang puteri.

Seperti kata ungkapan bahwa kejahatan bisa muncul dari niat dan kesempatan. Saya mengesampingkan anak-anak perempuan yang jadi korban itu, mungkin lugu dan tak berdosa. Tapi niat jahat dan kesempatannya memang dirancang oleh sipelaku dengan berkedok sebagai lembaga Pendidikan. Itu modus saja, tetapi yang nyata oknum lelaki ini telah mencoreng harga diri semua lelaki. Dia hanya berpikir kepentingannya tanpa mempedulikan kehidupan orang lain. Tetapi ingat tidak semua orang seperti dia, dan masih banyak orang-orang yang memang berjuang dengan ketulusannya.

Kehadiran ayah begitu penting bagi puterinya termasuk menjadi wali baginya. (Foto : Dokumen Pribadi)

Saya jadi mengerti ketika lelaki itu menjadikan agama sebagai kedok saja untuk mendapatkan keuntungan duniawi dan malah mengemis-ngemis untuk membiayai apa yang telah diusahakannya. Sebaliknya di luaran sana saya masih mendapati orang-orang yang berjuang untuk orang lain dengan dasar agama yang benar. Mereka bekerja secera tulus untuk anak-anak yang tidak beruntung. Saya bersyukur dipertemukan dengan mereka walau bukan berjenis kelamin laki-laki tetapi mereka telah membagi cintanya bagi orang lain dan tetap memelihara sebuah kehidupan di atas tanpa harus merusaknya.

Mereka itu adalah Endang Yuli Purwati (guru wanita yang mengurusi banyak anak yang terbuang), Imas Masitoh (wanita penjual gorengan yang mengurus anak yatim piatu) dan Bening Selaksahat (wanita yang mendidik anak-anak autis)i. Mereka bisa berjuang dan mampu memberikan cintanya karena ketulusan para suami yang notabene kaum lelaki yang menjadi pendamping hidupnya. Artinya, kita masih bisa melihat realita di mana masih banyak orang yang mau berjuang, bekerja keras, membagi cintanya dan menggembleng anak-anak itu secara baik untuk mendapatkan haknya untuk dicintai dan mampu meraih cita-cita seperti yang diinginkannya. Ini bukan pekerjaan mudah bagi ketiganya tetapi mereka ikhlaskan semua apa yang dilakukannya kepada Sang Khalik hingga tangan Tuhan pun ikut membantunya sampai anak-anak itu kemudian muncul menjadi manusia yang sempurna dan tak harus terbuang dari kehidupan.

Tentu saja, menjaga satu orang anak gadis saja sama artinya dengan menjaga seluruh kehidupan di atas dunia ini. Kebaikan seperti ini jelas sangat diperintahkan oleh agama. Kebaikan yang dilakukan tentu akan melahirkan kebaikan yang lain. Karenanya melakukan kebaikan kepada siapapun takkan pernah sia-sia. Untuk itulah maka sosok ayah sangat penting untuk mendampingi anak gadis tumbuh menjadi Wanita dewasa dan seorang ayah akan dihormati dan dihargai anak-anaknya Ketika ia mampu membimbing mereka meraih cita-citanya. Jadilah lelaki yang bisa membimbing isteri dan juga anak-anak sehingga akan terbentuk kebahagiaan pada keluarganya.

Kehadiran Rasulullah yang membawa Islam merupakan tonggak sejarah di mana wanita setara dengan pria dan perlu dijaga kehormatannya di manapun mereka berada. Umar bin Khatab sangat menyesal Ketika harus mengubur anak perempuannya dan setelah paham hal yang sesungguhnya maka Umar menjadi sayang kepada siapapun. Dengan melihat kisah ini sesungguhnya sangat diharapkan sekali jika seorang bukan mencari nafkah untuk keluarganya semata melainkan seorang ayah dituntut untuk membentuk kokohnya aqidah bagi anak gadisnya, membimbing tata cara ibadah yang benar, menjadikannya sebagai sosok yang berakhlak mulia serta mengarahkannya untuk mampu memiliki ilmu yang bermanfaat juga tangguh di dalam menghadaoi kehidupan.

Ada baiknya jika seorang ayah mampu menghadirkan sebuah kenyataan yang bisa membuat aman, nyaman dan bisa membahagiakan anak gadisnya sampai kelak dipersunting oleh lelaki yang saleh. Dan untuk bisa membuat puteri kita salehah maka dari itu terlebih dahulu salehlah orangtuanya. Tanpa ada keteladanan yang baik dari seorang ayah maka sang puteri takkan tahu dan tidak mengerti kepada siapa ia harus belajar. Terlebih jika seorang ayah mampu mendidik anaknya dengan baik maka puterinya akan kokoh memegang agama dan menjadikannya akan terjaga dari virus-virus kehidupan yang membhayakan dirinya.

Menjadi ayah yang hebat dan mampu memberi bekal agama yang cukup kepada puterinya bukan persoalan mudah, akantetapi sesungguhnya taka da yang sulit asalkan kita mau berjuang keras untuk melakukannya. Allah akan mempermudah untuk urusan kebaikan. Juga yang tak kalah pentingnya selain itu adalah selain menjaga dan memelihara anak gadisnya, seorang ayah pun mesti mampu mengajarkan puterinya bagimana seharusnya ia memilih jodoh yang baik menurut agama serta mempersiapkan dia menjadi Wanita hebat karena akan menjadi ibu untuk melahirkan anak-anak yang kokoh tauhid, aqidah dan juga akhlaknya.

Oleh karenanya, bagi semua ayah yang ada agar terus mengerahkan kemampuannya untuk mendidik dan membentuk karakter yang baik baik bagi puteri-puterinya serta berusaha menjaga mereka dari hal-hal yang bisa merugikan masa depannya. Kepada siapa lagi seorang anak puteri kecuali ia akan mengadu kepada ayahnya. Ayah yang baik adalah ayah yang senantiasa peduli dan khawatir terhadap kehidupan anak gadisnya. Semoga kita semua kaum pria bsia menjadi ayah yang baik yang senantiasa dicintai dan disayangi oleh puteri tercintanya.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image