Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image niqi carrera

Capek Hadapi Persoalan Kebocoran Data Digital? Perlu Kenali Teknologi Web3

Teknologi | Thursday, 19 Oct 2023, 09:24 WIB
Web3 solusi kebocoran data digital pexels.com/Kevin Ku

Pada era digital ini, berita tentang kebocoran data telah menjadi hal yang umum. Salah satu insiden terbaru adalah dugaan kebocoran data 34 juta data paspor WNI. Salah satu solusi praktis yang bisa ditawarkan adalah dengan memahami teknologi Web3.

Dugaan kebocoran data yang baru-baru ini mencuat disampaikan oleh Teguh Aprianto melalui akun Twitternya. Dalam twitnya, dia melampirkan tangkapan layar laman yang menawarkan data tersebut.

Data tersebut mencakup 34.900.867 informasi pribadi dengan ukuran fail sebesar 4 GB, dan ditawarkan dengan harga US$10 ribu atau setara dengan Rp150 jutaan. Dengan insiden ini, pertanyaan tentang efektivitas langkah-langkah keamanan data pribadi di Indonesia muncul, terutama karena kejadian serupa juga pernah terjadi pada aplikasi PeduliLindungi dan MyPertamina.

Kritik pun bermunculan terkait dengan kebocoran data yang terus terjadi. Alfons Tanujaya, seorang pakar keamanan siber, menyoroti ketidakmampuan untuk menjaga data pribadi dengan baik.

Ia menganggap pemerintah bisa mencegah kebocoran data dengan menerapkan standar internasional seperti ISO 27001 dan 27701 sebagai pedoman dalam perlindungan data pribadi. Selain itu, ia menilai bahwa dalam hal pengamanan data, pemerintah masih kalah dari sektor swasta yang lebih cekatan dalam melakukan evaluasi setelah mengalami kebocoran data.

Di sisi lain, pemerintah membela diri dengan mengklaim bahwa data biometrik pemegang paspor RI aman dan tidak ada kebocoran database. Direktur Jenderal Imigrasi Kemenkumham, Silmy Karim, menyatakan bahwa data yang diduga bocor adalah data teks dengan struktur yang tidak lagi digunakan oleh Ditjen Imigrasi.

Kebocoran data bukan masalah yang baru, dan tampaknya masih terjadi secara teratur. Selama tahun 2022 saja, sudah ada tujuh kasus kebocoran data yang mencuat. Kejadian pertama adalah kebocoran data Bank Indonesia pada Januari 2022.

Selanjutnya, kebocoran data pelamar kerja di PT Pertamina Training and Consulting (PTC) yang berisi CV, nama lengkap, nomor ponsel, alamat rumah, tempat dan tanggal lahir, ijazah, transkrip akademik, dan kartu BPJS.

Kemudian, ada kebocoran data 21.000 perusahaan di Indonesia sebesar 347 GB yang meliputi data laporan keuangan, Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) direksi dan komisaris, serta NPWP perusahaan.

Dilanjutkan dengan kebocoran data 17 juta pelanggan PLN, data pengguna IndiHome sebanyak 26,7 juta, 52 GB data pelanggan Jasa Marga Toll-Road Operator (JMTO), dan data pasien rumah sakit sebesar 720 GB.

Masalah kebocoran data juga telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, termasuk kasus besar seperti kebocoran data pengguna dan merchant Tokopedia serta beberapa insiden lainnya.

Dalam menghadapi tantangan ini, teknologi Web3 muncul sebagai solusi yang menarik. Web3 adalah generasi ketiga internet yang menawarkan visi jaringan yang terdesentralisasi, aman, dan berbasis trustless serta permissionless.

Dalam ekosistem Web3, pengguna memiliki kendali lebih besar atas data pribadi mereka dan dapat berpartisipasi dalam pengaturan dan kepemilikan jaringan tersebut.

Web3 berfokus pada beberapa karakteristik utama:

- Trustless dan Permissionless: Web3 memungkinkan pengguna untuk berinteraksi secara langsung, tanpa perlu perantara atau kepercayaan kepada pihak ketiga.

- Self-Governance: Sistem DAO (Decentralized Autonomous Organization) di Web3 memungkinkan pengguna berpartisipasi dalam menentukan kebijakan platform.

- Data Ownership: Data pribadi pengguna tidak dimonetisasi dalam ekosistem Web3, dan platform tidak memiliki akses ke data tersebut.

Dengan demikian, Web3 menawarkan solusi yang dapat membantu mengatasi masalah kebocoran data yang sering terjadi dalam ekosistem Web2.

Dengan konsep Web3, pengguna memiliki kendali lebih besar atas data pribadi mereka, dan transaksi dalam jaringan Web3 didasarkan pada teknologi blockchain yang sangat aman.

Ketika lebih banyak perusahaan dan pemerintah mulai menjelajahi potensi Web3 dan menerapkannya dalam praktik, kita mungkin akan melihat pengurangan insiden kebocoran data dan peningkatan dalam keamanan data pribadi.

Namun, peralihan ke Web3 akan memerlukan kerja keras, edukasi, dan kerjasama dari semua pemangku kepentingan untuk mencapai visi ini.

Kesimpulannya, Web3 adalah langkah maju yang menjanjikan dalam menghadapi persoalan kebocoran data. Ini adalah saat yang tepat untuk mulai memahami teknologi ini dan bagaimana ia dapat membantu kita membangun masa depan internet yang lebih aman dan terdesentralisasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image