
APBN Selalu Defisit Setiap Tahun, Apa Penyebabnya?
Pendidikan dan Literasi | 2023-10-01 14:05:18Pada tahun 2021 APBN mengalami defisit sebesar Rp.775,1 T atau 77% dari target yang ditetapkan, di tahun 2022 APBN defisit sebesar 2,38% dari PDB atau Rp. 464,33 T, dan di tahun 2023 ditetapkan defisit sebesar 2,84% dari PDB atau Rp.598,2 T.
Kenapa APBN selalu mengalami defisit, Apa penyebab sebenarnya?
Sebenarnya dalam penyusunan APBN itu biasanya diberikan dua pilihan antara kebijakan defisit atau surplus. Nah, Kebijakan defisit itu menjadi pilihan untuk tujuan makro ekonomi, dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga pemerintah banyak melakukan pengeluaran. Tetapi jika tujuannya untuk mengendalikan pertumbuhan ekonomi maka pemerintah akan mengurangi jumlah pengeluarannya. Indonesia sendiripun menjadikan kebijakan defisit menjadi salah satu pilihan utamanya. Mulai tahun 2003 APBN anggaran kita sudah defisit bahkan bisa dikatakan mulai dari priode orde lama, orde baru, sampai masa pemerintahan sekarang pun kebijakan defisit ini terus dipertahankan.
Alasan utama terjadinya defisit karena, adanya gap antara penerimaan dan pengeluaran. Dimana penerimaan lebih rendah daripada tingkat pengeluaran terutama pengeluaran rutin, hal ini mengharuskan pemerintah untuk memperbesar pengeluaran yang ditunjukkan untuk menggenjot produksi sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan defisit itu, diharapkan dapat memacu perekonomian untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, karena setiap adanya penambahan pengeluaran, maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi asal ditujukan untuk belanja yang produktif.
Contohnya, Ketika covid 19 melanda Indonesia pemerintah terus saja memperlebar defisit dari sewajarnya. Hal itu dilakukan karena perekonomian indonesia melambat dan memiliki dampak buruk terhadap masyarakat, seperti banyaknya UMKM yang terpaksa tutup karena penurunan daya beli masyarakat, banyaknya perusahaan yang gulung tikar dan mem-PHK karyawan nya menjadikan semakin banyaknya tingkat pengangguran di Indonesia, banyak bahkan hampir semua tempat pariwisata yang menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat tutup akibat dampak covid 19. Maka dari itu pemerintah menambah alokasi belanja nya untuk menahan perburukan dari dampak virus tersebut.
Bukan hanya itu saja, seperti yang kita ketahui bahwasannya Indonesia masih mengalami ketertinggalan infrastruktur dan masalah konektivitas yang menimbulkan tingginya biaya ekonomi yang ditanggung oleh masyarakat hingga rendahnya daya saing nasional inilah yang menjadi dasar pemerintah untuk terus melakukan pembangunan infrastruktur demi mengejar ketertinggalan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kondisi krisis ekonomi pun akan berimbas kepada anggaran negara hal itu memaksa pemerintah untuk mengadakan pengeluaran yang ekstra untuk memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia.
Defisit anggaran bukan hanya karena pengelola keuangan yang menginginkan selisih kekurangan anggaran, defisit itu ada karena keharusan pemerintah untuk menjaga perekonomian dan melindungi masyarakat. Penurunan defisit dapat terjadi ketika penerimaan negara meningkat lebih besar dibandingkan dengan perkiraan pengeluaranya, adapun yang menyebabkan rendahnya pengeluaran yaitu pertama, tertundanya penyelesaian anggaran, kedua rendahnya pembiayaan subsidi dan pembayaran bunga utang luar negeri, seperti yang kita ketahui bahwa kita mendapatkan subsidi listrik dan bbm dari pemerintah, kemeterian keuangan menganggarkan untuk subsidi dan kompensasi bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp. 339,6 triliun pada tahun 2023 ini, jika subsidi dicabut dimaksudkan untuk menurunkan defisit APBN maka dampaknya menyebabkan turunnya daya beli masyarakat terutama pada kalangan bawah. Ketiga, tertundanya beberapa penarikan pinjaman luar negeri, Keempat, terlambatnya otorisasi pembelanjaan dana-dana proyek.
Penggunaan defisit anggaran untuk pembiayaan konsumsi akan membahayakan perekonomian dalam jangka panjang, namun di sisi lain kebijakan defisit merupakan kebijakan yang tidak dapat dihindari. Tetapi apabila pembiayaan defisit anggaran tersebut digunakan untuk memperluas kapasitas produksi dan memperkuat anggaran maka tidak akan memberatkan generasi mendatang. Defisit anggaran harus terus diarahkan pada mekanisme pemanfaatan yaitu jenis penggunaannya dan kelembagaan yang menjadi efektivitas dari penggunaannya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.