Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Giyoto

Guru Ngaji dan Kesederhanaan

Guru Menulis | Saturday, 02 Sep 2023, 11:24 WIB

Desa Watu Sigar terhampar indah di tengah perbukitan, tinggallah seorang guru ngaji bernama Ustadzah Zahra. Dia adalah seorang wanita yang bijaksana dan rendah hati. Ustadzah Zahra mengabdikan hidupnya untuk mengajarkan agama kepada anak-anak desa tersebut.

Setiap pagi, Ustadzah Zahra berjalan kaki melalui jalan berbatu menuju surau di desa itu. Ia membawa Al-Qur'an yang usang, tetapi penuh dengan pengetahuan dan kearifan. Anak-anak desa selalu menunggu dengan penuh semangat kedatangan Ustadzah Zahra. Mereka berkumpul di bawah pohon besar di sekitar surau untuk belajar agama. Tidak peduli cuaca, Ustadzah Zahra dengan sabar dan penuh kasih mengajar mereka tentang nilai-nilai kehidupan dan kebaikan.

Suatu hari, Pak Danu seorang pengusaha kaya sedang melintas melihat Ustadzah Zahra mengajar di bawah pohon.

Pak Danu berkata, "Ustadzah Zahra, mengapa kau mengajar di bawah pohon? Kau layak untuk mengajar di tempat yang lebih baik."

Ustadzah Zahra pun menjawab, "Terima kasih atas perhatiannya, tetapi Aku merasa bahwa kesederhanaan adalah kekayaan terbesar yang dimiliki oleh seorang guru ngaji. Di bawah pohon ini, Aku merasa dekat dengan alam dan murid-muridku. Tempat dan materi bukanlah ukuran keberhasilan dalam mengajar agama."

Pengusaha tersebut terkesan oleh kata-kata Ustadzah Zahra dan memutuskan untuk memberikan sumbangan untuk membangun sebuah madrasah yang megah di desa tersebut.

Namun, saat Ustadzah Zahra mendengar kabar tentang sumbangan tersebut, dia dengan rendah hati menolaknya.

Ustadzah Zahra berkata, "Terima kasih atas kebaikan hatimu, tetapi saya rasa tidak perlu membangun madrasah yang mewah. Desa ini sudah memiliki keindahan yang cukup dengan surau kecil dan pohon ini sebagai tempat belajar. Biarkanlah sumbanganmu membantu mereka yang membutuhkan di luar sini."

Ucapan Ustadzah Zahra membuat pengusaha tersebut terinspirasi dan memutuskan untuk menggunakan sumbangan tersebut untuk membangun sebuah yayasan pendidikan untuk anak-anak miskin di desa-desa terpencil.

Setiap hari, Ustadzah Zahra tetap setia mengajar di bawah pohon besar di surau kecil. Murid-muridnya tumbuh dengan pengetahuan dan kebaikan yang diajarkan olehnya. Mereka belajar tentang kesederhanaan, cinta kasih, dan penghargaan terhadap nilai-nilai agama.

Ustadzah Zahra tetap hidup dengan sederhana, tidak pernah mengubah cara hidupnya meskipun mendapat penghargaan dan pengakuan dari masyarakat. Baginya kesederhanaan adalah inti dari kehidupan dan ajaran agama yang dia anut. Dia terus memberikan teladan yang baik kepada murid-muridnya tentang pentingnya menjaga hati yang rendah hati dan melayani sesama.

Suatu hari, sebuah peristiwa mengguncang desa tersebut. Terjadi banjir besar yang menghancurkan banyak rumah dan mengancam keselamatan penduduk desa. Ustadzah Zahra dengan segera bergerak untuk membantu.

Dia membuka pintu surau kecil untuk menjadi tempat perlindungan sementara bagi warga yang terdampak banjir. Ustadzah Zahra juga meminta murid-muridnya dan masyarakat setempat untuk saling membantu dalam memberikan bantuan dan makanan kepada para korban banjir.

Meskipun hanya memiliki sedikit barang-barang pribadi, Ustadzah Zahra dengan tulus membagikannya kepada mereka yang membutuhkan. Dia membuktikan bahwa kesederhanaan bukanlah tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi tentang seberapa besar keinginan kita untuk membantu dan berbagi dengan orang lain.

Dalam waktu singkat, berita tentang kesederhanaan dan kebaikan Ustadzah Zahra menyebar ke desa-desa sekitar. Banyak orang yang terinspirasi oleh tindakannya dan mulai mengikuti jejaknya, mendedikasikan waktu dan sumber daya mereka untuk membantu sesama.

Ustadzah Zahra tidak pernah berhenti mengajarkan nilai-nilai agama dan kesederhanaan kepada murid-muridnya. Dia mengingatkan mereka bahwa tindakan kecil dari kasih sayang dan kepedulian dapat memiliki dampak besar pada kehidupan orang lain.

Hingga akhir hayatnya, Ustadzah Zahra tetap hidup dengan sederhana dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. Dia meninggalkan warisan yang tak ternilai dalam bentuk ketulusan, kebaikan, dan pengabdian kepada sesama.

Kisah tentang Ustadzah Zahra mengajarkan kepada kita bahwa kesederhanaan bukanlah kekurangan, tetapi sebuah kekayaan yang dapat memberikan dampak positif pada kehidupan orang lain. Melalui kesederhanaan dan cinta kasih, kita dapat menjadi teladan yang baik dan membantu menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua orang di sekitar kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image