Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rosita

Kecerdasan Buatan (AI) Merajalela, Bencana Demografi di Depan Mata

Teknologi | Friday, 01 Sep 2023, 00:18 WIB

Akhir-akhir ini terjadi demam AI di kalangan masyarakat karena pesatnya perkembangan teknologi masa kini. Bagamaina tidak? Sebuah teknologi yang secara ajaib menyajikan informasi atau pengetahuan secara cepat hanya dengan sebuah perintah yang di desain sedemikian rupa atas pertanyaan-pertanyaan manusia. Akan seperti apa jadinya dunia ini jika AI menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari kita. Dulu tidak pernah terbayangkan bagaimana internet merasuki lini kehidupan masyarakat yang kemudian semakin berkembangnya zaman teknologi juga mengalami peningkatan.

Keberadaan AI menaruh pro kontra di masyarakat, namun tidak menutup kemungkinan AI membantu pekerjaan manusia dalam bidang digital. Dalam perjalanannya, aplikasi-aplikasi lain kemudian menawarkan tools AI ke dalam program aplikasinya, seperti ChatGPT, Notion, dan lain sebagainya. AI sendiri dirancang dalam meniru kecerdasan manusia, baik itu kemampuan pengambilan keputusan, logika dan karakteristik kecerdasan lainnya. Diperkenalkan oleh seorang ilmuwan komputer Professor John McCarthy, ternyata konsep AI telah ada pada tahun 1956. Pada dasarnya AI ada untuk membantu manusia dalam memecahkan permasalahan dengan menawarkan solusi yang lebih mudah. Tidak hanya dibidang digital seperti google asistance, tetapi AI juga bermanfaat dalam bidang lainnya seperti pendidikan, ketahanan pangan, kesehatan, bahkan reformasi birokrasi.

Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan AI bisa saja berdampak buruk dalam project Indonesia Emas yang digaung-gaungkan pemerintah dalam upaya menjadi negara yang lebih maju. Puncak Indonesia emas pada tahun 2045 tersebut bisa saja runtuh dalam semalam karena usia produktif yang disiapkan akan memajukkan bangsa Indonesia ternyata banyak dari mereka yang menjadi pengangguran karena adanya peralihan tugas yang tadinya dikerjakan oleh manusia kini dengan cepat dikerjakan oleh sistem.

Pada saat ini kebanyakan anak muda memanfaatkan AI untuk membantu dalam berbagai aspek seperti tugas sekolah atau kuliah, pekerjaan rumah dan masih banyak lagi. Industri-industri yang berorientasi pada laba pun berpandangan bahwa dengan memanfaatkan AI ini selain praktis dalam menyelesaikan pekerjaan tetapi juga lebih murah jika harus menyewa jasa manusia. Hal inilah awal mula pergeseran peralihan pekerjaan manusia oleh sistem. Sumber dayanya mungkin sudah siap, tetapi ternyata lapangan pekerjaan tidak lagi membutuhkan. Kita tahu betul bahwa ada beberapa pekerjaan yang tidak serta merta dikerjakan oleh AI seperti dokter, psikolog, dan masih banyak lagi profesi lainnya yang tidak bisa dikendalikan langsung oleh AI, namun ada berapa persen usia produktif yang katanya Indonesia akan kebanjiran usia produktif di tahun emas tersebut bekerja sesuai profesi yang tidak dikerjakan oleh AI? Dari 9.640.148 mahasiswa yang terdaftar PDDikti, ada 1,9 juta anak muda yang tidak bisa merasakan bangku perkuliahan. Meskipun perguruan tinggi tidak menjamin kesuksesan seseorang, tetapi pendidikan tinggu bisa menjadi wadah pengembangan untuk mencapai setiap kesuksesan tersebut. Itu berarti pada tahun emas nanti bisa saja terjadi bencana demografi yang sangat diwanti-wanti tidak boleh terjadi. Kemudahan AI membantu proses mengurangi lapangan pekerjaan di masyarakat yang belum tentu sukses dalam setiap karirnya.

Ketika AI sudah melekat pada diri kita, susah sekali untuk melepaskan hal-hal yang sudah berada di zona nyaman. Bahkan AI dimanfaatkan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Mahasiswa misalnya kepepet deadline tugas sehingga menyalin tugas dengan bantuan AI tanpa ada proses parafrase terlebih dahulu. Kebiasaan ingin cepat instan ini akan mengubah perilaku anak muda yang seharusnya bekerja lebih keras, namun selalu berorientasi pada hasil dengan sedikit proses yang dilaluinya.

Lalu bagaimana AI yang merajalela ini dapat kita hindari agar tidak terjadi bencana demografi? Hal pertama adalah menjadi pribadi yang menikmati prosesnya. Segala hasil akhir tidak akan datang dengan instan sehingga anak muda rasanya perlu menyadari hal tersebut lebiha awal. Kemudian jadilah anak muda yang mencari seluas-luasnya bakat lain yang suatu saat nanti akan mendatangkan pekerjaan sehingga saat sudah bekerja dapat memiliki lebih dari satu pekerjaan. Terakhir, anak muda harus mudah beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi dunia yang secara cepat terus berfluktuasi dalam segi apapun.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image