Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Malik Ibnu Zaman

Jurnalis Tidak Perlu Khawatir dengan Adanya AI, Bukan Ancaman Kok

Lomba | Thursday, 31 Aug 2023, 18:11 WIB
Sumber foto: Pixabay

Tentu kita tidak asing lagi dengan artificial intelligence, masyarakat menyebutnya dengan AI. Perkembangan kecerdasan buatan ini telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Memang perubahan adalah sebuah keniscayaan, tidak bisa dihindari, begitu juga dengan artificial intelligence. Mau tidak mau kita harus bersinggungan dengan artificial intelligence, agar kita tidak terlindas oleh zaman.

Banyak orang-orang dibuat heboh oleh artificial intelligence, sebab isu yang berkembang artificial intelligence ini bisa menggantikan beberapa pekerjaan. Akibatnya timbul kekhawatiran di masyarakat, mereka takut tersingkirkan dari pekerjaannya. Saya merasa ketakutan tersebut merupakan hal yang berlebihan. Ketakutan tersebut sama persis ketika dulu muncul robot, di mana robot digadang-gadang akan menggantikan tugas manusia, ketakutan tersebut pada akhirnya hilang seiring dengan perkembangan waktu.

Pas awal-awal ramai terkait perbincangan artificial intelligence, salah seorang teman menanyakan kepada saya, bagaimana respon saya berkaitan dengan hal itu dalam sudut pandang saya sebagai seorang jurnalis/penulis dengan adanya artificial intelligence. Saya pun menjawab kecerdasan buatan bisa memudahkan pekerjaan seorang wartawan, misalnya saya menggunakannya untuk transkrip wawancara.

Jika menggunakan manual tentu membutuhkan waktu lama untuk transkrip wawancara, tetapi jika menggunakan artificial intelligence bisa dalam waktu singkat. Sebelumnya dalam menuliskan berita, saya ini sering lama, penyebabnya karena saya membutuhkan waktu lama dalam melakukan transkrip wawancara, tetapi dengan adanya artificial intelligence bisa cepat dalam melakukan transkrip wawancara. Meskipun sekarang saya beralih ke manual lagi, karena kecerdasan buatan yang saya gunakan ada limit menit audio, jika melebihi ya bayar.

Kemudian saya menegaskan kepada kawan saya tersebut, bahwa yang perlu diingat adalah dalam menggunakan artificiall intelligince, seorang jurnalis atau penulis harus hati-hati dalam menggunakannya. Ibaratnya seperti pisau, jika menggunakannya dengan baik hasilnya akan baik, tetapi jika tidak baik ya akan tidak baik.

Salah seorang kawan saya yang lain kemudian menunjukan kepada saya, ia membuat tulisan berita dengan memanfaatkan artificial intelligence. Ia pun berseloroh bahwa pekerjaan saya nantinya akan tergantikan, saya pun hanya tersenyum saja. Kemudian saya meminta kepada teman saya untuk memperlihatkan hasil beritanya seperti apa. Justru setelah melihat hasil dari kawan saya ini malah membuat saya bingung, karena jauh dari kaidah jurnalistik.

Lalu saya mengucapkan kepada kawan saya bahwa wartawan adalah pekerjaan kaki, kata tersebut diungkapkan oleh Sindhunata, wartawan senior. Lebih lanjut saya menjelaskan kepada kawan saya, bahwa saya tidak khawatir dengan adanya artificial intelligence, karena membuat tulisan berita yang mendalam itu ya harus turun lapangan. Dengan kata lain harus melihat dan mendengarnya langsung.

Misalnya kita membuat tulisan berita tentang manusia kolong, kita tidak bisa serta merta hanya mengandalkan data saja, tetapi harus turun langsung melakukan wawancara dengan manusia kolong. Dengan begitu kita merasakan, melihat, mendengar bagaimana kehidupan mereka. Sehingga akan menghasilkan sebuah tulisan yang humanis.

Dengan demikian saya berkesimpulan bahwa jurnalis atau penulis atau wartawan tidak perlu khawatir dengan adanya artificial intelligence, bukan sebuah ancaman. Tetapi menjadi sebuah hal yang memudahkan, tetapi harus diingat harus selektif dalam menggunakannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image