Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Septian Wahyu Rahmanto

Social Comparison pada Anak Muda, Positif atau Negatif?

Gaya Hidup | Saturday, 26 Aug 2023, 14:42 WIB
Foto: Bulat Silvia / Alamy Stock Photo

Perkembangan teknologi adalah salah satu yang mempengaruhi psikologis manusia dengan perubahan dan perkembangannya dari waktu ke waktu yang bertahan dan bisa kita rasakan hingga saat ini. Salah satu produk dari perkembangan teknologi lainnya adalah informasi yang tidak terbatas tempat dan waktu, contohnya marketplace online.

Di dalam marketplace, biasanya orang akan membanding-bandingkan produk sebelum membelinya. Ketika melihat-lihat produk, membandingkan dan memilih, muncul respon psikologis tertentu seperti perasaan senang, penasaran, kondisi pikiran yang fokus, dll. Meskipun produk itu belum pernah mereka lihat dan coba secara langsung.

Hal tidak jauh dengan perkembangan teknologi lainnya yaitu media sosial. Ketika orang melihat postingan orang lain di media sosial, akan muncul juga berbagai respon psikologis. Ada yang ketika melihat postingan orang lain merespon dengan positif seperti ikut senang, tersenyum, bersemangat, terinspirasi, dll. Namun ada juga yang merespon dengan negatif seperti, iri, marah, merasa tidak puas, merasa gagal, kecewa, dll.

Salah satu penyebab respon negatif terhadap apa yang dilihat adalah social comparison. Dalam psikologi, social comparison atau perbandingan sosial ialah proses di mana individu mengevaluasi kemampuan, pendapat, sikap, perasaan, ciri fisik, pencapaian, atau aspek diri mereka sendiri dalam kaitannya dengan individu lain dan/atau kelompok lain (Festinger 1954; Gibbons dan Buunk 1999; Lyubomirsky dan Ross 1997).

Setiap kali orang menerima informasi tentang bagaimana keadaan orang lain, apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan orang lain, atau apa yang telah dicapai dan gagal dicapai orang lain, mereka cenderung menghubungkan informasi tersebut dengan diri mereka sendiri (Dunning & Hayes, 1996).

Dengan media sosial, perbandingan manusia menjadi lebih mudah diakses daripada sebelumnya. Dulu kita baru bisa mengetahui apa yang orang tampilkan, baik itu pencapaian, materi, dll dengan melihat atau bertemu (tatap muka) dan mendapat informasi langsung. Namun sekarang kita bisa mengetahui apa yang orang tampilkan melalui media sosial. Akhirnya karena informasi yang masuk sangat banyak, kita bisa membandingkan banyak hal antara diri kita dengan apa yang kita lihat di media sosial (social comparison).

Dr. Claire Nakajima, Psikolog Residen di New York City, menjelaskan bahwa membandingkan diri dengan orang lain, yang didorong oleh iri atau kecemburuan dapat mengarah pada rasa tidak aman (insecure), berdampak negatif pada harga diri (self-esteem), dan ini dapat menyebabkan perasaan cemas dan depresi.

Jadi, cara kita menilai atau memandang apa yang orang lain tampilkan yang berdampak pada positif atau negatifnya social comparison.

Jika kita berpikir bahwa membandingkan diri dengan orang lain adalah untuk mengevaluasi diri supaya menjadi lebih baik atau untuk memiliki role model dalam suatu bidang maka itu tidak masalah. Hal tersebut membuat kita termotivasi untuk melakukan usaha dan berubah menjadi lebih baik dan di sisi lain kita tidak stres.

Yang masalah, jika kita berpikir bahwa membandingkan diri dengan orang lain adalah supaya kita bisa lebih dari dia, atau supaya kita tidak memiliki saingan. Selain itu jika kita membandingkan diri dengan orang lain supaya kita sama dengan dia, itu bisa menjadi masalah, karena kita akan meletakkan standar diri kita seperti orang lain dan kita tidak menjadi diri kita sendiri.

Yang mesti kita pahami, bahwa selama ini kita terlalu fokus pada apa yang ditampilkan orang lain, baik secara tatap muka ataupun melalui media sosial. Padahal kita tidak pernah tahu proses kehidupan yang dilalui orang di balik apa yang mereka tampilkan tersebut.

Bisa jadi apa yang mereka tampilkan adalah reward karena mereka sudah melalui kondisi lika-liku bahkan luka. Bisa jadi apa yang mereka tampilkan untuk menginspirasi orang lain. Banyak motif yang tidak kita ketahui dibalik apa yang orang lain tampilkan.

Apa yang kita miliki saat ini, itulah yang terbaik. Allah sudah memberikan kepada hambaNya sesuai porsinya masing-masing. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya membuat diri kita lelah, memiliki pikiran negatif, tidak berkembang. Maka fokus pada apa yang kita miliki dan kembangkan versi diri kita sendiri. Bersainglah dengan diri kita kemarin atau di masa lalu, sehingga kita akan senantiasa berkembang dan tanpa kita sadari ternyata kita telah memiliki kemajuan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image