Tantangan Era Digital Menciptakan 'Tim Impian' antara Orang Tua dan Guru di Masa Depan Anak
Pendidikan | 2025-12-19 11:09:10
Di tengah derasnya perubahan sosial, teknologi, dan budaya, anak-anak menghadapi dinamika kehidupan yang jauh lebih kompleks dibandingkan generasi sebelumnya.
Tantangan literasi digital, tekanan akademik, pergeseran pola asuh, serta pengaruh media sosial membuat proses tumbuh kembang mereka berjalan dengan ritme yang semakin cepat dan penuh tuntutan. Dalam situasi ini, keluarga dan sekolah memegang peran krusial sebagai dua lingkungan utama yang membentuk karakter, kepribadian, dan kesiapan mental anak untuk menghadapi masa depan.
Keluarga: Fondasi Emosi dan Karakter yang Tidak Tergantikan
Para ahli perkembangan seperti Erik Erikson menekankan bahwa kebutuhan utama anak sejak dini adalah rasa aman, hubungan yang hangat, dan kedekatan emosional dengan orang tua. Ketika kebutuhan dasar ini terpenuhi, anak akan lebih mudah mengembangkan rasa percaya diri, kemampuan sosial, serta kontrol emosi.
Namun kenyataannya, banyak orang tua kini menghadapi tekanan pekerjaan yang membuat waktu bersama anak menjadi terbatas. Penelitian UNICEF (2023) menunjukkan bahwa lebih dari 60% anak usia sekolah menghabiskan waktu bersama gawai lebih lama dibanding interaksi tatap muka dengan keluarganya. Kondisi ini berdampak pada kemampuan komunikasi, perkembangan bahasa, dan stabilitas emosi anak.
Peran keluarga bukan hanya menyediakan tempat tinggal, tetapi juga ruang pertama tempat anak belajar nilai, etika, empati, dan keteraturan. Keteladanan orang tua jauh lebih efektif dibanding nasihat atau larangan. Sikap orang tua yang konsisten, penuh perhatian, dan responsif menjadi pondasi awal pembentukan karakter anak yang kuat dan resilien.
Sekolah: Ruang Pembentukan Sosial dan Akademik yang Membentuk Kemandirian
Sebagai lingkungan kedua paling berpengaruh setelah keluarga, sekolah berfungsi sebagai ruang anak untuk belajar berinteraksi, memahami perbedaan, mengenal aturan, serta melatih kemampuan berpikir dan berperilaku. Teori ekologi perkembangan Bronfenbrenner menegaskan bahwa sekolah sebagai “mikrosistem” memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan perilaku anak. Guru yang ramah, metode belajar aktif, serta budaya sekolah yang positif akan memperkuat kemampuan kognitif, disiplin, dan karakter sosial siswa.
Namun tantangan besar kini muncul mulai dari kasus perundungan (bullying), tekanan akademik yang berlebihan, hingga kurangnya komunikasi antara guru dan orang tua. Ketika sekolah terlalu fokus pada hasil akademik tanpa memperhatikan kebutuhan psikologis siswa, perkembangan anak cenderung tidak seimbang. Karena itu, sekolah perlu bukan hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga lingkungan yang aman, inklusif, dan mendukung pembentukan karakter.
Kolaborasi Rumah & Sekolah: Kunci Menghadapi Tantangan Perkembangan Anak Masa Kini
Di era informasi yang serba cepat, anak membutuhkan dua lingkungan yang saling menguatkan, bukan saling bertentangan. Data Kemdikbud (2024) menunjukkan bahwa sekolah yang memiliki komunikasi aktif dengan orang tua cenderung menghasilkan siswa dengan motivasi belajar tinggi dan perilaku yang lebih disiplin. Kolaborasi ideal dapat diwujudkan melalui:
1. Komunikasi rutin antara guru dan orang tua, sehingga perkembangan anak dapat dipantau secara berkelanjutan.
2. Keselarasan aturan dan nilai antara rumah dan sekolah, agar anak tidak bingung menghadapi dua standar yang berbeda.
3. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah, baik dalam pertemuan, seminar parenting, maupun kegiatan proyek.
4. Pendekatan disiplin positif, yang mengutamakan dialog, pemahaman, dan pembinaan daripada hukuman keras.
Ketika keluarga memberikan dukungan emosional dan sekolah menyediakan lingkungan belajar yang aman, anak tumbuh lebih stabil secara mental dan sosial. Inilah sinergi yang dibutuhkan generasi masa kini gabungan antara keamanan emosional di rumah dan stimulasi akademik serta sosial di sekolah.
Oleh: Linda marlince weni,Lintang darma putri, Muhammad Zidan Nurhakim Mahasiswa Pendidikan Pekolah Dasar, UNPAM.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
