Keterampilan Bertanya dan Implikasinya dalam Proses Pembelajaran
Pendidikan dan Literasi | 2023-08-26 06:26:11
Kemampuan untuk mengajukan pertanyaan adalah salah satu keterampilan kognitif yang paling mendasar, namun seringkali diremehkan dalam konteks pendidikan. Keterampilan ini tidak hanya penting dalam jalur karier tertentu tetapi juga krusial dalam setiap proses pembelajaran. Pertanyaan menghasilkan dialog; dialog memicu pemahaman. Sayangnya, pengamatan dalam lingkungan pendidikan kontemporer menunjukkan penurunan tajam dalam kemampuan dan kemauan siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Widodo, Yeti Sumiati, dan Cucu Setiawati (2006) yang berjudul "Peningkatan Kemampuan Siswa SD untuk Mengajukan Pertanyaan Produktif" dan diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, lebih lanjut menggarisbawahi bahwa memang terdapat berbagai kendala dalam mengembangkan keterampilan bertanya siswa. Selain itu, pendidik tampaknya kurang termotivasi untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan ini. Penyebabnya, mungkin berasal dari kurangnya pemahaman tentang teknik dan keterampilan bertanya, baik di antara para guru maupun siswa.
Dalam lingkungan akademik, bertanya memiliki berbagai fungsi yang luas. Misalnya, keterampilan bertanya mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran, memfasilitasi pemahaman konsep yang sulit, dan membantu dalam penilaian dan refleksi. Ketika berinquiri, siswa tidak hanya mencari pengetahuan, tetapi juga berusaha untuk memahami, mengevaluasi, dan menghubungkan pengetahuan tersebut dengan pemahaman yang sudah mereka miliki.
Namun, apa yang terjadi ketika siswa tidak mengajukan pertanyaan? Proses pembelajaran menjadi pasif. Tanpa pertanyaan, proses pembelajaran cenderung menjadi satu arah, dengan aliran informasi dari pendidik ke siswa tanpa interaksi yang substansial. Hal ini mengurangi kesempatan berharga bagi siswa untuk merenung, bertanya, dan memahami materi yang diajarkan. Selain itu, pendidik mungkin melewatkan kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman siswa dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran sesuai kebutuhan mereka.
Dalam konteks ini, terdapat tanggung jawab ganda. Siswa perlu didorong dan diajari untuk bertanya, sementara para pendidik perlu dilengkapi dengan keterampilan untuk memfasilitasi dan menjawab pertanyaan tersebut. Dalam banyak kasus, pendidik mungkin merasa tidak nyaman atau tidak siap untuk menjawab pertanyaan siswa, terutama jika pertanyaan tersebut di luar kurikulum yang telah ditetapkan. Namun, hal ini seharusnya bukanlah alasan untuk menghindarinya. Sebaliknya, hal tersebut seharusnya menjadi peluang untuk belajar bersama, di mana pendidik dan siswa terlibat bersama dalam pencarian pengetahuan.
Untuk mendorong lingkungan pembelajaran yang berorientasi pada pertanyaan, mungkin diperlukan perubahan paradigma. Pertama, pembelajaran berbasis pertanyaan harus diperkenalkan dan ditekankan dalam pelatihan guru. Para pendidik perlu dipersiapkan untuk menerima dan merespons pertanyaan, bukan hanya mengajar fakta dan konsep. Kedua, penting bagi siswa untuk diberi lebih banyak kesempatan untuk bertanya dan menyelidiki, bukan hanya duduk dan mendengarkan. Hal ini dapat dicapai melalui metode pengajaran yang lebih kolaboratif dan interaktif.
Ketiga, keterampilan bertanya siswa memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis memegang peranan penting dalam membentuk karakter siswa agar siap menghadapi berbagai situasi. Keterampilan bertanya tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan informasi, tetapi juga sebagai mekanisme untuk merangsang pemikiran analitis, evaluatif, dan reflektif. Melalui kemampuan bertanya, siswa diarahkan untuk mempertanyakan, menganalisis, dan memahami informasi dengan lebih mendalam.
Dalam konteks pembelajaran, keterampilan bertanya mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, membantu memecahkan masalah dengan sudut pandang yang beragam, serta membentuk sikap kritis yang penting dalam perkembangan mereka. Oleh karena itu, membangun keterampilan bertanya pada siswa sejalan dengan upaya memperkuat kemampuan berpikir kritis, yang pada gilirannya akan mempersiapkan mereka dengan baik untuk menghadapi kompleksitas dunia modern.
Dalam konteks yang lebih luas, masyarakat perlu menghargai dan mendorong rasa ingin tahu. Mengajukan pertanyaan seharusnya dilihat sebagai tanda kecerdasan, bukan ketidaktahuan atau bahkan kenakalan semata. Dengan cara ini, kita mungkin dapat membangkitkan semangat penyelidikan dan inovasi di kalangan generasi muda dan menghidupkan kembali gairah mereka dalam proses pembelajaran.
Secara keseluruhan, keterampilan bertanya berada di inti pendidikan yang efektif. Ini berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara kekurangan informasi dan pemahaman, antara pendidik dan siswa, dan antara pengetahuan yang sudah ada dan yang baru. Sebagai masyarakat, kita harus berkomitmen untuk membangun, merawat, dan memperkuat jembatan ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.