Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deka Azka Rizky

Mencari Ketenangan Dalam Tumpukan Jerami

Sastra | Monday, 21 Aug 2023, 20:33 WIB
Ilustrasi: Pinterest

Saya cukup terkesan dengan sikap beberapa teman saya yang hobi bercanda. Bukan berarti beberapa teman saya itu tidak memiliki masalah dalam hidupnya, tapi lebih kepada menyiasati masalah dengan tertawa. Sikap-sikap seperti ini menjadi pandangan baru bagi saya untuk senantiasa bersyukur dalam setiap kondisi dan situasi. tak peduli masalah macam apa yang akan mendera diri kita hari ini atau didepan nanti.

Dalam satu momen saat saya sedang galau-galaunya perihal masa depan yang masih belum jelas arahnya. Seorang teman ditempat magang sekaligus guru dengan santainya duduk dimeja kantor, mengolah ratusan foto yang baru saja ia tangkap sambil mendengarkan musik dangdut yang sedang nge-trend belakangan ini. Hidupnya seperti tanpa beban, meski saya tahu ia adalah seorang bapak dan pekerja keras yang tak kenal lelah ketika memotret dilapangan.

Atau cerita teman saya yang lain dikedai kopi, ia adalah seorang headbar atau kepala barista di tempat kerja part time saya. Diwaktu kedai sedang ada masalah, saya tidak pernah melihat teman saya ini mengeluh seperti kebanyakan orang mengeluh. Mungkin saja ia adalah tipe yang kurang ekspresif, tapi ketenangannya dalam bersikap sekali lagi membuat saya berpikir ulang tentang bagaimana memaknai kehidupan dengan sebenar-benarnya.

Dari kejadian-kejadian yang saya alami ketika bertemu dengan teman-teman saya itu, membuat diri saya tersadar. Bahwa nikmat tuhan bisa dengan sederhana kita rasakan, tak perlu pergi ketempat-tempat indah yang memanjakan mata. Karena kita bisa mengatur diri kita, ketenangan kita, seperti apa kita memaknai kehidupan dan lain sebagainya. Namun, percayalah jika masalah adalah satu keniscayaan yang tidak akan jauh dari diri manusia.

Untuk apa kita mencari ketenangan dalam setumpuk jerami? jika pada hakikatnya jerami adalah sumber sebuah masalah. Bukankah kehidupan di dunia akan selalu dikelilingi oleh dosa dan kesalahan? Lalu untuk apa menghindar dari masalah jika dunia adalah sumber masalah. Maka tidak ada cara lain untuk menyelesaikan masalah selain menghadapinya.

Seperti pepatah Soe Hok Gie yang sangat ikonis "Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita mengerti tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah." begitu seperti tertulis dalam bukunya yang berjudul Catatan Seorang Demostran

Berulang kali saya mengkhwatirkan masa depan, tapi berulang kali pula saya tertampar oleh sikap teman-teman saya yang seolah berkata jika hidup tidak perlu dikhawatirkan. Mungkin karena selama ini saya terlalu bertindak sesuka hati, tidak pernah melibatkan tuhan dalam setiap urusan. Sebab saya percaya, ada satu tindakan yang itu tidak bisa kita tentukan sendiri, tapi butuh kekuatan metafisika diluar jangkauan manusia untuk mendukung suatu kelancaran.

Contohnya saat saya sedang mengejar narasumber untuk kelengkapan statement video dokumenter yang sedang saya produksi. Saya mungkin bisa memilih narasumber untuk menjawab dan melengkapi riset. Saya juga bisa berkomunikasi terkait tempat dan waktu pasti untuk bertemu dengan narasumber. Namun, didepan ketika waktu dan tempat yang ditentukan telah tiba. Bisa saja narasumber mendadak memiliki agenda lain yang itu memungkinkan pertemuan saya dengan dia tidak terlaksana. Sehingga, kita tetap membutuhkan pengaturan tuhan dalam implementasi kehidupan beserta semua kegiatan yang ada didalamnya.

Dengan demikian, saya ingin berpesan untuk kita semua. Teruslah berserah kepada tuhan. Karena tidak ada kesedihan yang abadi juga tidak ada kesenangan yang abadi. Bumi selalu berotasi mengakibatkan waktu siang dan malam yang matahari dan bulan saling bergantian menjalankan fungsinya masing-masing.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image