Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deka Azka Rizky

Konsep Dunia Ide Plato adalah Bukti Surga tidak Membosankan

Sastra | Sunday, 20 Aug 2023, 23:03 WIB
Ilustrasi: Pinterest

Sewaktu kecil dulu saat sedang gemar-gemarnya membeli mainan, ingin sekali saya menyapu bersih semua model mainan yang ada di etalase. Tidak ada satupun yang tidak menarik. Apalagi jika kalian salah satu penyuka lego, setiap yang terpampang di etalase selalu memanjakan mata dan membuat siapa saja yang melihat ingin membeli untuk dijadikan koleksi dirumah.

Setelah mainan yang kita pilih dibeli, itu tidak akan cukup. Dilain kesempatan kita pasti meminta orang tua kita untuk membelikan mainan baru. Terus hingga semua hasrat terpenuhi. Begitulah kenangan masa kecil antara saya dan mainan-mainan saya. Sampai satu waktu mainan sudah menumpuk, beberapa yang tidak lagi menjadi pilihan utama biasanya diberikan kepada orang lain atau mungkin ada yang terbuang karena sudah tidak terlalu diperhatikan.

Bahkan belakangan saat saya beranjak dewasa, orang tua saya menjual mainan-mainan masa kecil ke tempat rongsokan. tak mengapa karena selama ini hanya dibiarkan menumpuk dirumah, tidak ada lagi yang memainkannya. Selain juga karena saya memiliki hobi baru yaitu mengoleksi kaset pita dan membaca buku filsafat.

Apa yang pernah terjadi dengan mainan-mainan ditoko terjadi lagi hari ini dan mungkin seterusnya. Ketertarikan saya terhadap musik menjadikan setiap kaset pita yang terpajang di etalase ingin saya borong habis. Mengulik lagu lawas yang didengarkan lewat kaset pita seperti ada sensasi tersendiri. Terlebih jika kaset yang kita dapat adalah kaset hasil rilisan-rilisan lama yang sudah cukup berumur. Tentu memilikinya akan sangat beruntung karena kaset-kaset itu hanya tersisa sedikit dipasaran alias limited.

Dari hobi dan semua kegemaran yang tidak ada habisnya, saya menarik kesimpulan tentang apa itu rasa bosan. Ditambah lagi setelah saya membaca buku filsafat tentang dunia ide Plato. Ini juga menjawab rasa penasaran saya ketika ditanya salah satu teman terkait kebosanan hidup di surga dalam sebuah obrolan iseng di kedai kopi.

Dalam percakapan di kedai kopi waktu itu, teman saya bertanya. Apakah surga yang penuh kesempurnaan akan menjadi sangat membosankan setelah manusia tinggal lama didalamnya? seperti pada umumnya manusia merasakan kebosanan ketika melakukan rutinitas yang statis atau itu-itu saja. Bayangkan betapa liarnya pembahasan kami waktu itu.

Terlepas dari konteks yang sedang dibicarakan yaitu soal hobi dan kegemaran. Saya akan coba mengkorelasikan hubungan antara yang sudah kita bahas sebelumnya dengan apa yang saya dan teman saya bahas di kedai kopi. Pada intinya adalah terkait rasa jenuh. Tentu saja berdasarkan pengetahuan terbatas yang saya baca dari buku filsafat Dunia Ide. Meski sedikit dan terbatas, saya pikir ini cukup membuktikan jika di surga nanti kehidupan manusia tidak akan membosankan seperti prasangka kita sebelumnya.

Menurut Plato, ide merupakan sesuatu yang memimpin pikiran manusia. Ide bukanlah hasil pemikiran subjektif, melainkan hasil pemikiran objektif. Ide lepas dari subjek yang berpikir. Plato juga berpendapat jika bentuk-bentuk yang ada di dunia tidak benar-benar nyata sebagaimana bentuk-bentuk abadi dan tidak berubah di Alam Ide.

Sederhananya seperti manusia dan bayangan manusia. Kira-kira mana yang lebih sempurna? atau mana yang lebih indah menurut indra penglihatan manusia? Bentuk manusia dalam wujud nyata atau struktur bayangan yang dihasilkan dari dirinya. Begitu pula bentuk es teh disiang hari yang lebih menggoda daripada bayang-bayang es teh itu sendiri. Manusia akan lebih berhasrat ketika sudah melihat bentuk asli dan mungkin lebih menarik dari khayalan yang diperkirakan sebelumnya.

Demikianlah surga, manusia mungkin bisa membayangkan seperti apa kehidupan di surga nanti. Hidup dengan kesempurnaan bahkan mustahil tanpa kekurangan. Dalam beberapa riwayat agama bahkan dijelaskan, semua yang kita butuhkan akan terpenuhi. Apakah ini tidak sama dengan konsep utopian paradoks? bukankah dengan begitu manusia akan merasakan bosan ketika semua keinginannya dikabulkan.

Cukup berkhayalnya jangan diteruskan. Karena menurut plato, bentuk-bentuk di dunia tidak lebih sempurna dari keabadian itu sendiri. Manusia mungkin bisa membayangkan betapa bosannya hidup disurga. Namun, bagaimana jika di surga tidak ada rasa bosan? Jika kita berpikir itu akan mustahil, bagaimana dengan pencapaian kita hari ini? bagaimana dengan rencana yang dahulu kita atur tapi tidak sesuai ekspektasi. Yang kita sangka akan berhasil tapi pada kenyatannya malah gagal karena bukan yang terbaik untuk kita. Bukankah tuhan sebaik-baik pembuat rencana?

Jadi jangan bayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi di surga nanti. Sebab, tuhan maha segalanya. Tuhan bisa mengatur yang ada menjadi tiada. Seperti tuhan menghadirkan hidayah, rezeki, jodoh dan kematian dari arah yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Kesimpulannya, rencana tuhan lebih baik dari dugaan manusia. Surga akan didesain menjadi tempat menyenangkan tanpa rasa bosan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image