Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adhyatnika Geusan Ulun

Salah Guna Kecerdasan Buatan di Perang Rusia-Ukraina

Rembuk | Wednesday, 16 Aug 2023, 14:29 WIB
Ilustrasi penggunaan kecerdasan buatan di perang. (pribadi)

Oleh: Adhyatnika Geusan Ulun

Artificial Intelligence (AI) yang dikenal sebagai kecerdasan buatan merupakan anugerah Tuhan. Kecerdasan buatan ini tentunya didesain untuk membantu manusia dalam mengatasi dan memenuhi kebutuhannya. Hampir semua sektor di kehidupan umat manusia yang sangat terbantu dengan kehadiran kecerdasan buatan.

Sektor ekonomi merupakan bidang yang sangat diuntungkan dengan adanya kecerdasan buatan. Cabang-cabang produksi yang ada di sektor ekonomi sangat masiv memanfaatkan teknologi AI.

Begitupun dengan sosial budaya. Sektor tersebut saat ini tidak terlepas dari kecerdasan buatan. Bahkan, piranti-piranti kecerdasan telah buatan menjadi kebutuhan utama dan telah menjadi fashion masyarakat dunia.

Adalah sektor milter yang gencar menggunakan kecerdasan buatan untuk strategi pertahanan dan keamanan. Di sektor ini, beragam alat utama sistem pertahanan utama (alusista) terus dikembangkan, bahkan menjadi trend saat semua negara berlomba memamerkan keberhasilan pengembangan alusista berbasis kecerdasan buatan.

Penggunaan kecerdasan buatan dalam pengembangan alusista menjadi ancaman tersendiri bagi keselamatan umat manusia diseluruh dunia. Negara-negara konflik terus unjuk kekuatan senjata milternya, termasuk produksi massal drone yang dipersenjatai.

Masyarakat dunia saat ini berada di bawah bayangan ancaman geopolitik akibat krisis Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, bahkan cenderung terus meluas dan berdampak di sektor ploitik, ekonomi, sosial dan budaya.

Krisis Rusia-Ukraina seolah mengambil tongkat estafet krisis dunia pasca Covid-19. Krisis yang berawal dari invasi Rusia pada 14 Februari 2022 tersebut, membuat masyarakat dunia semakin terhimpit, terutama negara-negara yang ekonominya sangat bergantung dari kedua negara konflik tersebut.

Sangat menarik, atau lebih tepatnya miris, ketika perang Rusia-Ukaraina beserta masing-masing negara-negara pendukungnya menggunakan kecerdasan buatan di medan pertempuran. Entah berapa ribu nyawa melayang saat pesawat nirawak yang berteknologi tinggi meluluhlantahkan kota-kota dan desa-desa yang ada di kedua negara konflik tersebut. Belum lagi, perang media sosial yang masiv untuk saling menjatuhkan kredibilitas masing-masing negara.

Sesungguhnya kehadiran kecerdasan buatan di dunia ini, seperti yang telah disinggung di atas, adalah untuk kemaslahatan umat manusia. Peran kecerdasan buatan di banyak sektor kehidupan adalah untuk membantu umat manusia mempercepat ketersedian kebutuhan hidup. Kehadiran kecerdasan buatan ini, pasti akan disepakai oleh siapapun, bukan untuk menghancurkan tatanan masyarakat dunia.

Jika Alfred Nobel, penemu dinamit, masih hidup tentu akan semakin menangis. Kemampuan manusia dalam merekayasa teknologi tentunya untuk kebaikan mereka sendiri. Sama halnya dengan para perancang kecerdasan buatan, pastinya akan senasib dengan Alfred Nobel. Menangis dan menyesali penyalahgunaan kecerdasan buatan.

Akhirnya, kecerdasan buatan yang digunakan dalam sektor militer, skala kecil maupun besar, termasuk untuk dalih pertahanan keamanan, tetap akan berdampak penyalahgunaan pada akhirnya. Semoga para pemimpin dunia semakin bijak dalam memanfaatkan kecerdasan buatan agar kehidupan dunia semakin damai sesuai dengan harapan umat manusia.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image