Dua Alasan Utama Kaum Quraisy Menolak Agama Muhammad
Sejarah | 2023-08-13 10:35:01DUA ALASAN UTAMA KAUM QURAISY MENOLAK AGAMA MUHAMMAD
Di tengah padan gurun nan luas dan gersang, Ka’bah tampak begitu gagah dan menjulang. Ia dikelilingi oleh tidak kurang dari 360 patung yang beraneka ragam bentuk maupun ukurannya. Berhala-berhala itu milik suku-suku Arab yang berada di kawasan Hijaz, Syam, Yaman, maupun Semenanjung Arab pada umumnya. Ketika mereka berkunjung ke Ka’bah, mereka akan menyembah Tuhannya masing-masing.
Pada dasarnya, kaum Quraisy bukanlah masyarakat pagan murni. Sebagian dari mereka masih mengakui bahwa Allah adalah Tuhan mereka. Hanya saja mereka sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menyembah Tuhan Allah itu, termasuk mereka juga tidak memiliki kitab suci, sebagaimana yang dimiliki oleh para Ahlul Kitab (kaum Yahudi dan Nasrani). Sisa-sisa keyakinan dari Ismail, leluhur mereka, masih tertanam di dalam sanubari mereka.
Mereka disebut kelompok hanifiyyah.
Lantas, mengapa sebagian besar mereka menolak keras agama yang dibawa Muhammad? Setidaknya ada dua alasan utama, yaitu:
1. Faktor Strata Sosial
Sekalipun Muhammad lahir dari Bani Hasyim, salah satu klan terkemuka di Mekah, namun dia bukan berasal dari klan aristokrat. Terlebih para pengikut awal dia berasal dari para budak, perempuan, dan kaum dhuafa.
Oleh karena itu, para pengikut Muhammad seringkali diremehkan. Bahkan, para budak maupun kaum dhuafa yang tidak memiliki seorang pelindung, mereka sering mendapatkan penganiayaan, pelecehan, hingga kekerasan fisik. Beberapa di antaranya dibunuh.
Para tetua dan pembesar Quraisy sudah barang tentu enggan mengikuti agama baru Muhammad. Karena dengan demikian, mereka mesti berkumpul bersama orang-orang yang memiliki strata sosial yang rendah, bahkan hina menurut mereka.
Pada masa itu, praktik diskriminasi sosial begitu kentara. Manusia dibeda-bedakan berdasarkan latar belakang garis keturunan, suku, kepemilikan harta, kedudukan, dll. Maka dari itu, salah satu tujuan diutusnya Muhammad kepada kaumnya adalah untuk menegakkan keseteraan di antara manusia, termasuk di dalamnya kesetaraan gender.
Sudah barang tentu, kaum Quraisy menentang keras misi (risalah) ini.
2. Faktor Sumber-sumber Ekonomi
Kota Mekah yang menjadi tujuan utama para peziarah dari kawasan semenanjung Arab merupakan pusat kota perdagangan yang sangat maju. Para pedagang dari negeri Yaman di selatan maupun dari Syam di utara serta negeri-negeri lainnya datang secara berkala. Termasuk para pedagang yang telah menetap dengan menyewa tanah.
Terlebih ada yang namanya suq. Para pedagang berkumpul dalam serangkaian pasar reguler yang diadakan setiap tahun di berbagai bagian tanah Arab, dan diatur sedemikian rupa agar mereka mengelilingi semenanjung itu dalam putaran searah jarum jam. Pasar pertama diadakan di Bahrain yang berpenduduk padat dan berakhir di sekitar Mekah, yaitu di Ukaz tak lama sebelum bulan haji, yaitu waktu untuk ziarah ke Ka’bah.
Suku Quraisy berhasil mendapatkan monopoli atas perdagangan utara-selatan. Mereka juga mampu mengontrol aktivitas perdagangan di dalam negeri Arab yang telah dirangsang oleh aliran masuk perdagangan internasional. Mereka bersandar sepenuhnya pada jual-beli komoditas, sehingga jika gagal, mereka akan mati kelaparan. Setiap orang, karenanya, terlibat di dalam perdagangan sebagai bankir, pemodal, atau pedagang.
Mekah harus menjadi tempat berkumpulnya para pedagang dan suku mana pun dengan bebas dan aman. Oleh karena itu, suku Quraisy menolak keras untuk terlibat dalam perang kesukuan dan mempertahankan posisi netral. Dengan amatt piawai, suku Quraisy menegakkan Haram, zona dengan radius sekitar 30 km yang berpusat di Ka’bah, yang di dalamnya semua bentuk kekerasan terlarang untuk dilakukan.
Perdagangan dan agama, dengan demikian, terkait erat di Mekah. Ziarah ke Ka’bah merupakan titik puncak siklus suq. Suku Quraisy mengumpulkan semua berhala suku-suku yang tergabung dalam konfederasi mereka dan memasangnya di Haram, sehingga para anggota suku hanya bisa menyembah berhala-berhala itu ketika mereka mengunjungi Mekah.
Sudah barang tentu agama baru yang dibawa Muhammad akan berlawanan dengan tradisi di atas. Dia mengajak hanya menyembah kepada Allah semata, Tuhan Yang Esa. Ia tidak akan menolerir adanya penyembahan terhadap berhala-hala, yang menurut dia hanyalah sebongkah batu atau kayu yang tak bisa berbuat apa-apa.
Apabila ajaran yang dibawa Muhammad dianut oleh penduduk Mekah dan menyebar ke kawasan Semenanjung Arab, tentu ini akan sangat berdampak pada perdagangan di Mekah. Kaum Quraisy akan kehilangan sumber mata pencaharian mereka, yang selama ini telah mendatangkan kekayaan dan prestise sosial bagi mereka.
*****
Keengganan suku Quraisy bergabung dengan mereka yang strata sosialnya rendah dan ketakutan mereka akan kehilangan sumber-sumber ekonomi inilah yang menjadi penyebab utama mereka menolak keras agama yang dibawa Muhammad.
Maka, mereka melakukan berbagai upaya untuk menahan laju perkembangan agama baru itu. Intimidasi, penganiayaan, isolasi, pengusiran, hingga pembunuhan.
Sekalipun demikian, jauh di lubuk hati mereka yang terdalam, sisa-sisa ajaran monoteisme Ibrahim masih tersimpan dan melekat.
Referensi:
Buku Muhammad Prophet for Our Time, karya Karen Amstrong.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.