Polemik Ma'had Al-Zaytun
Rembuk | 2023-08-06 07:14:52Siapa yang tidak kenal Al-Zaytun. Sebuah pondok pesantren yang cukup terkenal dan modern. Para siswanya tidak hanya dari dalam negeri tapi juga mancanegara. Pondok pesantren itu dipimpin oleh Panji Gumilang.
Dididrikan pada tanggal 13 Agustus 1996, dengan luas lahan 1200 hektar. Terletak di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Pesanttren yang megah yang mempunayai swasembada pangan yang sukses. Terutama untuk kebutuhan pangan para santri. Fasilitas yang baik dan serba modern ada di Alzytun. Para siswa tidak memasak mereka cukup belajar saja, karena semua sudah terlayani dengan baik.
Namun di balik perkembangan pesantren yang modern dadan pesat, cukup menarik perhatian, yaitu terdapat hal yang amat ganjil. Keganjilan itu tampak di media sosial yang sudah beredar luas. Bila diamati dalam media sosial terdapat pernyataan dan perilaku Panji Gumilang selaku pimpinan Pondok pesantren yang sangat kontroversial.
Hal-hal yang tampak konroversial yaitu Panji Gumilang megucapkan salam gaya Yahudi, menyatakan Al-Qura’an adalah perkataan Nabi Muhammad. Dapat dilihat dalam video Youtub yang berdar di antaranya dalam khotbah jumat dinyatakan “Qala nabiyu filquranilkarim” yang artinya nabi bersabda di dalam Al-Qur’an yang mulia. Kemudian ia mewacanakan bahwa khatib Jumat boleh dilakukan oleh wanita. Fenomena ini merupakan penyimpangan dari kesapakatan para ulama fiqih (jumhur) di seluruh dunia.
Pandangan dan sikap panji gumilang lainnya adalah menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan pemikirannya sendiri. Ia enggan merujuk kepada para ulama yang yang masyhur, termasuk juga kepada para perawi hadis. Dan banyak lagi pola tingkah Panji Gumilang yang tampak menyimpang.
Namun di balik penyimpangannya itu, diakui bahwa Panji Gumilang adalah orang yang pandai bergaul dari tingkat pejabat dalam negeri dan luar negeri. Di situlah dukungan kemajuan Ma’had Al-Zaytun.
Kementerian Agama
Dari beberapa penyimpangan yang ada yang sudah beredar di masyarakat, dan banyak laporan yang sudah dilayangkan oleh berbagai kalangan, maka Kementerian Agama memiliki hak prerogatif untuk menyelamatkan para anak didik dari gaya pemikiran Panji Gumilang.
Bila kita menengok ke masa lalu yaitu masa pemerintahan Gus Dur. Dulu lembaga Pendidikan Islam Cendikia berada di bawah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Suatu lembaga pendidikan yang berbasis teknologi dan bernuansa keagamaan (keislaman), yang didirikan oleh Menristek BJ Habibie ketika itu.
Kemudian Pada masa Gus Dur menjadi presiden, Insan Cendikia dialihkan ke Kementerian Agama, dulu namanya Departemen Agama. Menteri Riset dan teknologinya ketika itu adalah AS Hikam. Pada saat itu tidak ada indikasi penyimpangan pemahaman keagamaan oleh pihak BPPT, hanya saja karena bernuansa keagamaan (Islam) maka Insan Cendikia diakuisisi oleh Departemen Agama.
Terkait dengan polemik Al-Zaytun ini, demi keselamatan anak bangsa yang berada di Ma’had tersebut, masyarakat berharap agar Al-Zaytun dapan diinisiasi penyelamatannya oleh Kemenag. Sebab Kemenag sudah memilki pengalaman pada masa lalu di zaman pemerintahan Gus Dur ketika itu, seperti yang disebutkan tadi.
Kemenag juga dapat menawarkannya kepada Pesantren Gontor. Sebab tradisi progresivitas dan semangat kedisiplinan pendidikannya senafas dengan gontor. Mengingat bahwa Panji Gumilang adalah salah satu alumni Gontor.
Kemenag juga dapat menwarkan kepada pesantren-pesantren terkenal dan terbaik yang berada di bawah naungan NU atau Muhammadiyah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.