Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Haqi Amru

Fenomena Bahasa Gaul Yang Marak Digunakan Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pendidikan dan Literasi | 2023-07-12 08:43:43

Remaja zaman sekarang cenderung menggunakan gaya bahasa yang nyeleneh dan bermacam-macam yang pada dasarnya tidak sesuai dengan penggunaan Bahasa Indonesia yang benar. Bahasa gaul, saat ini tentunya para remaja cenderung menggunakan bahasa yang campur aduk dan terkesan di-imbuhi oleh bahasa asing yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya generasi orang tua akan asing apabila bahasa gaul terderang ditelinga mereka karena perbedaan zaman yang berbanding terbalik dengan gaya bahasa sekarang.

Eksistensi bahasa gaul makin bertambahnya waktu kian bertambah pula pemakai dan kata tambahan yang digunakan. Bahasa Indonesia pun mulai bergeser penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari karena masyarakat menganggap apabila tidak mengerti bahasa gaul berarti masyarakat tersebut akan ditandai sebagai orang yang tidak kekinian dan ketinggalan zaman. Bahasa-bahasa gaul ini makin menjamur dikalangan masyarakat, bahkan sering pula dijumpai digunakan dalam kondisi formal maupun non-formal yang secara tidak langsung menggeser penggunaan bahasa Indonesia.

Bahasa gaul adalah gaya bahasa yang merupakan perkembangan atau modifikasi dari berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Indonesia sehingga bahasa gaul tidak memiliki sebuah struktur gaya bahasa yang pasti. Sebagian besar katakata dalam bahasa gaul remaja merupakan terjemahan, singkatan, maupun pelesetan. Namun, terkadang diciptakan pula kata-kata asing yang susah untuk dipahami dan dicari asal mulanya misalnya seperti kata “Anjay” untuk mengutarakan rasa kagum, kata “Anjir” untuk menunjukkan ekspresi seseorang ketika kaget dan kata “Gabut” untuk menujukkan bila seseorang sedang bosan atau tidak melakukan apa-apa. Ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri yaitu bersifat ringkas, terkesan cepat, baru, dan kreatif. Kata-kata dan pelafalan yang digunakan cenderung pendek, sedangkan kata-kata yang lebih panjang akan diringkas menggunakan proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek. Contohnya saja seperti pada penggunaan “Gue” yang saat ini banyak digunakan oleh kebanyakan orang (terutama orang dari Suku Betawi) untuk menyebut “Saya/Aku” namun telah berkembang luas dan digunakan oleh kalangan remaja diberbagai daerah yang terkesan tidak cocok menggunakannya, kata “Lebay atau Alay” yang merupakan hiperbola dan singkatan dari kata “berlebihan”, kata “Santuy” yang merupakan plesetan dari kata “santai”, penggunaan sisipan “e” seperti contohnya pada kata “temen” yang merupakan bentukan dari kata “teman” dan baru-baru ini sempat meluasnya istilah bahasa Jaksel(Jakarta Selatan) yaitu penggunaan fenomena ketika seseorang berkomunikasi lalu ditambahkan kosakata bahasa Inggris seperti : “so, which is, flexing, well, btw, dan masih banyak lagi”. Kata-kata tersebut akan diucap secara tidak sengaja dan terus menerus. Penggunaan istilah tersebut seakan sudah melekat dilidah masyarakat,

Pada era milenial saat ini penggunaan bahasa gaul yang makin marak digunakan oleh masyarakat tidak luput dari pengaruh kemajuan globalisasi yang penyebarannya melalui media elektronik seperti penggunaan media televisi, radio, serta media sosial yang tentunya menjadi faktor pendukung dalam maraknya penggunaan bahasa gaul ini. Media-media tersebut berpengaruh besar karena menjadi hiburan dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, seperti pada siaran televisi, radio dan dan media sosial yang penggunaan bahasanya tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Terutama tulisan-tulisan para anak remaja yang mengekspresikan perasaan atau gagasan mereka di media sosial seperti Facebook, Twitter, Whatsapp, Instagram, dll. Penggunaan bahasa asing yang dilihat diberbagai media tersebut tentunya merupakan hal baru yang akan disukai, ditiru, dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari yang akan terus berlanjut dan disebar luaskan ketika masyarakat berkomunikasi.

Untuk menghindari penggunaan bahasa gaul yang marak digunakan oleh masyarakat secara berlebihan yang tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang akan bermuculan lagi istilah aneh yang lain tentunya dibutuhkan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia dan ditanamkan dalam diri agar semakin lama bahasa Indonesia tidak rusak dan hilang yang merupakan jati diri bangsa. Fenomena bahasa gaul ini merupakan hal yang patut diwaspadai karena eksistensi bahasa Indonesia dapat tergeser dan melupakan bahasa baku yang ditakutkan akan menjadi ancaman dimasa yang mendatang. Tidak bisa dipungkiri bahasa gaul merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dihindari dan mungkin akan sulit untuk lepas dari masyarakat terutama pada kalangan remaja.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image