Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ita Wahyuni

Pasca Gempa, Muhasabah Harus Ada

Agama | Monday, 10 Jul 2023, 08:20 WIB

Oleh: Ita Wahyuni, S.Pd.I.(Pemerhati Masalah Sosial)

Gempa bumi berkekuatan 4,6 magnitudo menggetarkan Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Gempa terjadi pada Senin (20/6) pukul 12.43 WIB. BMKG menjelaskan, pusat gempa berada di 47 km tenggara Mahakam Ulu dengan kedalaman 10 km. Getaran gempa inipun terasa di Mahakam Ulu dan Samarinda.

Kepala Pusat Gempa Bumi BMKG, Daryono, mengatakan gempa itu dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser (strike-slip). Lebih jauh, ia membeberkan data terkait pusat gempa di Kalimantan sejak 1999 hingga 2018. Terungkap Kalimantan Timur sudah diguncang gempa sebanyak 56 kali (Kumparan.com, 20/06/2023).

Sepekan berikutnya, gempa dengan magnitudo 4,0 kembali mengguncang wilayah Mahakam Ulu pada hari Selasa, 27 Juni 2023, pukul 3:44:5 WITA. Berdasarkan laporan masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di Mahakam Ulu dengan intensitas II-III MMI, yaitu getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Hingga saat ini tidak terdapat laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan gempa bumi tersebut. Berdasarkan hasil monitoring BMKG juga belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (Tempo.co, 27/06/2023).

Gempa di Kalimantan ini merupakan kejadian langka, mengingat pulau ini cenderung aman dari gempa. Kalimantan juga tidak dilewati sabuk vulkanik aktif, dan karenanya, tidak ada gunung berapi aktif sebagai penyebab gempa vulkanik. Pada 2019, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, pernah menjelaskan, Pulau Kalimantan adalah satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan relatif paling rendah.

Dwikorita memaparkan, kondisi seismisitas Pulau Kalimantan yang relatif rendah ini berdasarkan sejumlah fakta. Di antaranya pertama, wilayah Pulau Kalimantan memiliki jumlah struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit daripada pulau-pulau lain di Indonesia.
Kedua, wilayah Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust), sehingga suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat dengan akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng.Ketiga, beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya sudah berumur tersier sehingga segmentasinya banyak yang sudah tidak aktif lagi dalam memicu gempa (Kaltimkece.id, 21/06/2023).

Namun demikian, bukan berarti pulau terbesar ketiga di dunia ini aman dari guncangan. Sejumlah gempa di Kalimantan telah dicatat BMKG dalam beberapa tahun terakhir. Uniknya, seluruh gempa yang melanda Kalimantan justru berjenis tektonik, yang ditimbulkan dari pergerakan lempengan bumi.
Peristiwa gempa tersebut bukanlah sekedar bencana alam biasa tanpa makna. Karena tidak mungkin Allah SWT menciptakan sesuatu yang sia-sia. Harus disadari, bencana alam merupakan bukti kemahakuasaan Allah. Sehingga, kita seharusnya menyadari betapa manusia ini sangat lemah dan tak berdaya di hadapan kemahakuasaan Allah.

Lebih dari itu, musibah yang terjadi juga merupakan teguran sekaligus peringatan agar kita terdorong untuk rajin melakukan muhasabah (introspeksi diri). Dengan begitu, setiap Muslim bisa mengukur sejauh mana ia telah benar-benar menaati seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya. Serta, akan terdorong untuk terus berupaya menjadi hamba yang selalu taat kepada Allah SWT serta menjauhi maksiat.

Karenanya, muhasabah tentu sangat penting. Apalagi, jika kita berkaca pada sistem sekulerisme hari ini akan didapati banyak orang yang bermaksiat seperti biasa. Melakukan banyak dosa tanpa takut siksa. Penguasa dan wakil rakyat tetap menerapkan hukum-hukum kufur yang bertentangan dengan syara'. Para ulama pun seolah tetap merasa ‘nyaman’ dengan tidak diberlakukannya hukum-hukum dari Sang Pencipta.

Kaum Muslim secara umum juga sepertinya tetap merasa ‘santai‘ dengan berbagai kemaksiatan dan kezaliman yang ada. Padahal Allah SWT berfirman: "Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Ataukah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu? Kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Alangkah hebatnya kemurkaan-Ku" (TQS al-Mulk: 16-18).

Maka dari itu, seorang muslim harus meyakini bahwa segala bencana yang menimpa manusia adalah sunnatullah yang tidak mungkin dia kuasa melawannya. Bencana harus senantiasa diwaspadai dan direnungkan demi meraih ridla Allah SWT yang akan menjadi nikmat baginya bukan menjadi siksa. Adapun peranan negara sebagai pemelihara urusan umat haruslah dominan. Sebab, negaralah yang harus menguatkan mitigasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Wallahua'lam bishshawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image