Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Percepatan Kaderisasi Hanya Sebatas Ilusi

Politik | Sunday, 02 Jul 2023, 22:41 WIB

Percepatan Kaderisasi Hanya Sebatas Ilusi

Wacana tentang percepatan kaderisasi bukanlah suatu hal baru yang tak lagi asing di telinga kita sebagai kader PMII Jogja, apalagi yang sudah menjalani proses sebagai kader selama 3 tahun lamanya. Gagasan yang tidak pernah lelah untuk selalu dibicarakan setiap tahunnya dan setiap pergantian pengurus pada setiap masanya. Memang sudah menjadi wacana lama soal percepatan kaderisasi, mulai dari tahun 2019-an akhir atau pada masa sdr. MA, mungkin juga sebelumnya, namun yang benar-benar menjadi wacana pasti sekaligus tercipta gagasan baru yakni percepatan kaderisasi dan juga pengangkatan terkait isu-isu pendidikan terlahir sejak tahun 2021, yakni pada masa sdr. DSAY ketika memegang nahkoda gerakan.

Gagasan ini bukanlah khayalan semu semata, melainkan gagasan yang tercipta dari keresahan bersama kader-kader PMII Jogja terkhusus Komisariat UIN Sunan Kalijaga dan seluruh naungannya. Butuh banyak malam dan menghabiskan ratusan cangkir kopi demi terciptanya gagasan tersebut. Singkat cerita, berdasarkan kajian dan pembacaan mendalam yang dipelopori angkatan 2017 melanjutkan estafet kepengurusan angkatan 2016, terwujudlah gagasan tentang percepatan kaderasi atau simpelnya mereka menyebut dengan istilah peremajaan kaderisasi dengan maksimal masa periode hanya 6 bulan lamanya. Hal ini dilandasi dengan mangkraknya kader pasca rayon yang selalu menganggur setelah masa baktinya sebagai pengurus rayon telah usai. Dengan harapan besar agar proses kaderisasi tidak ada yang timpang dan menjadi lebih rapi dan tertata untuk saat itu dan juga kedepannya.

Namun apa kiranya yang menjadikan gagasan ini tidak pernah terwujud sampai hari ini, yaitu pada tahun 2023. Mulai dari tombak kepemimpinan yang dipegang oleh sdr. DSAY sampai sekarang tombak kepemimpinan yang dilanjutkan oleh sdr. AJ. Degradasi yang bagaimanakah yang dialami oleh kader masa kini, yang kemudian sampai saat ini gagasan yang sebegitu eloknya tidak kunjung terealisasi. Apakah ruang-ruang diskursus ilmu pengetahuan sudah mulai runtuh? Apakah sudah tidak ada lagi rasa empati kader satu dengan yang lain untuk berbicara terhadap kemunduran organisasi? Ataukah dengan besarnya rasa apatis dan individualis kader hari ini sehingga hanya memikirkan dirinya sendiri dan lupa terkait andir dan ansos yang pernah dipelajarinya dulu? Lalu apa sebenarnya yang kemudian mendasari kemunduran gerakan hari ini hingga gagasan atau wacana yang selalu diperbincangkan hanya menjadi ilusi belaka.

Sudah selayaknya menjadi insan organisatoris melakukan sebuah refleksi gerakan, mengadakan sebuah evaluasi diri terhadap organisasi, lalu membuat masterplan untuk kemajuan organisasi, kemudian merealisasikannya hingga tercipta suatu action yang bisa kita sebut dengan harakah atau gerakan yang nyata. Bukan malah menjadikan post struktural hanya untuk kepentingan politik semata, memperjuangkan kepentingan antar kelompok atau senior, sehingga lalai akan tanggungjawabnya untuk kemajuan kaderisasi atau bahkan regenarasi.

Sebagai sahabat yang hanya bisa mengingatkan. Kader hari ini mungkin harus berani mengejawantahkan terkait deradikalisasi gerakan yang dulu pernah digagas oleh Mas Slamet Efendi Yusuf, sehingga dapat melahirkan gerakan-gerakan baru yang mampu memberikan manfaat dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukan. Upaya lain yang mungkin bisa dilakukan ialah dengan memperkuat idealisme dengan menghidupkan kembali lingkaran-lingkaran diskusi terkait ilmu pengetahuan, agar khazanah keilmuan di diri serta jiwa kader semakin bertambah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image