Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arief Nurharyadi

Perempuan dan Idul Adha yang Saya (tidak) Sukai ?

Agama | Wednesday, 28 Jun 2023, 21:42 WIB

Keluarga merupakan inti dari suatu masyarakat, dimana dalam keluarga terdapat Ayah, Ibu dan anak. Orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik merupakan hal yang umum, proses pendidikan dalam pengertian yang luas dan hal ini mencangkup beberapa hal yaitu,

1. Pendidikan Jasmani.

Dimulai dari proses Pernikahan Laki-laki dan Perempuan memerlukan kesehatan dan gizi yang memadai untuk mendapatkan anak-anak yang berkualitas, masa mengandung, bayi dan tumbuh kembangnya.

2. Pendidikan Akal.

Sejak kandungan hingga lahir maka proses pembentukkan Akal anak dipengaruhi oleh Keluarganya walaupun anak-anak mengikuti pendidikan formal atau institusi lainnya akan tetapi keluarga tempat membuka dan

menumbuhkan bakat-bakat, minat dan kemampuan akalnya, memperoleh kebiasaan – kebiasaan dan sikap intelektual

yang sehat serta melatih indra kemampuan-kemampuan akal tersebut.

3. Pendidikan Agama.

Agama sebagai pedoman kehidupan maka merupakan hal vital dalam pendidikan kehidupan anak-anak, baik dan benar diajarkan berdasarkan nilai-nilai agama. Nilai-nilai seperti Ketauhidan, Kejujuran, Kasih sayang, Ketaatan dan lain sebagainya.

4. Pendidikan Ahlaq.

Ahlak merupakan tindakan kebaikan berdasarkan agama dan salah satu pengajarannya melalui ketauladanan yang sangat erat dengan lingkungan yaitu keluarga.

Dari semua pendidikan ini jika berhasil maka akan menghasilkan keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah yaitu keluarga yang Tentram/ damai, cinta kasih dan mendapat rahmat-Nya.

Hari ini proses pendidikan diatas mengalami banyak hambatan dan tantangan seperti tergambar dari berita-berita mengenai kasus Pornografi, Narkoba, Kekerasan, Hedonisme, SIPILIS (Sekulerisme, Pluralisme dan Liberisme) dan lain sebagainya. Kemajuan tehnologi seperti internet, handphone, Artificial Intelegent (Kecerdasan Buatan) dan lain-lain semestinya dapat membantu menyaring hal buruk diatas akan tetapi malah sebaliknya, Selingkuh Tehnologi dan Keburukan memporak-porandakan Ahlak, Jasmani dan Peradaban yang ada. Sebagai Keluarga Muslim maka Allah SWT telah memberi contoh bagaimana pembentukan keluarga sehingga dapat selamat dunia akhirat. Salah satu tauladan keluarga ada dalam keluarga Nabi Ibrahim AS yang di informasikan di dalam Al Quran.

SEJARAH

Sarah adalah istri pertama nabi Ibrahim AS, ia adalah perempuan tercantik setelah Siti Hawa. Selain cantik, ia juga cerdas, religius dan taat kepada suami. Karena hal ini maka beliau taat mengikuti Nabi Ibrahim AS berdakwah dan pada suatu ketika mereka hijrah dari Babilonia ke Mesir karena warga Babilonia yang menyembah Berhala tidak menerima dakwah nabi Ibrahim AS. Pada saat itu Raja mesir adalah Raja Amr bin Amru Al-Qais bin Mailun. Raja ini bersifat Hedon dengan senang pesta dan berfoya-foya juga suka mencari perempuan cantik apapun statusnya jika perempuan itu sudah menikah maka Ia akan memaksakan kehendaknya dengan memenjarakan suaminya.

Kecantikan Sarah yang terlihat oleh para antek kerajaan maka dilaporkan ke Raja sehingga nabi Ibrahim AS dan Sarah diharuskan menghadap Raja. Ketika menghadap Raja maka Ibrahim memberitahu bahwa Sarah adalah Saudarinya bukan istrinya (berbohong), hal ini untuk menyelamatkan keduanya. Sebelum menghadap sang Raja maka Sarah melakukan Sholat dan ia berdoa:

"Ya Allah, sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan rasul-Mu serta aku selalu memelihara kehormatanku. Janganlah Engkau biarkan orang itu merusak kesucianku!"

ketika Raja akan menyentuh Sarah, tubuhnya kaku dan kejang. Hal ini membuat Sarah Khawatir jika Raja tewas maka pengawal akan menangkapnya maka ia berdoa lagi kepada Allah dan Raja itu pun normal kembali akan tetapi ia tetap berusaha menyentuh Sarah sehingga Sarah berdoa kembali yang membuat kembali Raja kaku. Kejadian ini terulang beberapa kali dan akhirnya sang Raja sadar bahwa ada kekuatan dahsyat yang menjaga Sarah, maka Ia memanggil pengawal dan memerintahkan mereka untuk memberikan Siti Hajar kepada Sarah untuk melayaninya dan membebaskan Sarah dan nabi Ibrahim AS.

Pernikahan Sarah dan nabi Ibrahim yang sudah cukup lama namun belum mendapat anak membuat Sarah sedih karena berharap adanya penerus untuk melanjutkan dakwah, salah satu inisiatifnya adalah menyarankan nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar. Secara status sosial Sarah yang keturunan bangsawan dan juga nabi Ibrahim maka pernikahan mereka merupakan pernikahan yang segolongan, jika dilihat dari seleksi maka Siti Hajar sudah lulus dari penilaian Sarah selain itu juga ini mengamankan pernikahan mereka karena beberapa hal seperti status Sosial Sarah serta pengawasan bersama dalam membentuk kekuatan dakwah bersama.

Alhamdulillah karena ijin-Nya maka Siti Hajar mengandung dan melahirkan seorang anak yang diberi Ismail AS, Ketika hal ini terjadi ada beberapa info yang merupakan dinamika kehidupan yang perlu di telaah lebih lanjut yaitu Siti Hajar merasa lebih karena dapat menghasilkan keturunan dan Sarah merasa Cemburu atau tersisih sehingga mulailah gesekan-gesekan keduanya karena mereka masih tinggal dalam lokasi yang sama (Kanaan, Palestina).

Setelah situasi ini datanglah perintah Allah SWT kepada nabi Ibrahim untuk membawa Siti Hajar dan Ismail ke lembah tandus dan sepi yang saat ini di sebut dengan mekkah. Mereka melakukan perjalanan yang cukup jauh dari Palestina ke Mekkah dengan Siti Hajar menggendong Ismail dan ketika menemukan bekas persinggahan sederhana dari kayu maka nabi Ibrahim berdiam bersama disana. Selanjutnya beliau meninggalkan Siti Hajar dan Ismail yang di ikuti oleh Siti Hajar dan menanyakan "apakah Engkau akan meninggalkan kami di tempat yang tandus dan sepi ini ?...". Apakah Allah SWT memerintahkan kamu wahai suamiku?”

“Benar,” jawab Ibrahim.

Siti Hajar dengan yakin berkata, "Jika Allah SWT yang memerintahkan hal ini, pasti tidak akan menelantarkan kami !"..

Seperti diriwayatkan 2 sejarawan, At-Tabari (838-923 M) dan Ibnu al Atsir (1160-1233 M), Nabi Ibrahim AS meninggalkan Siti Hajar dan Ismail.

Jika hari ini hal ini dilakukan maka bisa jadi sudah termasuk dalam pasal penganiayaan Hak Asasi Manusia, dan Komnas Hak & Perempuan akan menanganinya dan bisa jadi kasus akan viral...? He-he...

Setelah ditinggal nabi Ibrahim ternyata perbekalan Siti Hajar habis sehingga air susunya pun kering dan Ismail mulai menangis sehingga membuat Siti Hajar berikhtiar dengan berlari-lari sepanjang bukit shafa ke marwa sampai dengan 7x dimana sekarang ini perbuatan tersebut menjadi salah satu Rukun ibadah haji yaitu SAI. Alhamdulillahi Allah SWT memberikan pertolongan dengan adanya Malaikat Jibril yang mengibaskan sayapnya di pasir dekat kaki Ismail sehingga terpancar air dan Siti Hajar mengumpulkannya dengan tangan sambil berseru "Zam-zam...!"... dan sumber air ini sekarang di sebut dengan air ZAM-ZAM.

Dengan adanya sumber air maka kehidupan mereka dapat terus berlangsung dan Tumbuh kembang Ismail di bawah asuhan Siti Hajar dengan pendidikan Jasmani, Akal, Agama dan Ahlak menghasilkan anak yang religius, taat, sabar dan shaleh.

Sementara itu di Kanaan, Sarah dan Nabi Ibrahim tinggal suatu ketika di datangi beberapa orang (malaikat) di rumahnya yang merupakan utusan-Nya dan memberikan informasi bahwa akan menghukum kaum Luth (Sodom) karena kejahatannya serta kabar baik bahwa mereka akan di karunia seorang anak yang akan menjadi nabi (Ishak AS) dan keturunan mereka menjadi bangsa yang besar. Ash-Shaffat ayat 112–113 :

“Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang shaleh. Kami limpahkan keberkahan atas-Nya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.”

Saat melahirkan Ishak AS , Sarah berusia 91 tahun dan ibrahim AS berusia 100 tahun sedangkan Ismail berusia 14 tahun.

Karunia anak (Ishak AS) salah satu limpahan Allah SWT kepada Sarah karena ketaatan dan istiqomahnya dalam dakwah bersama nabi Ibrahim AS.

Berkurban adalah suatu yang biasa dan menjadi tradisi seperti yang dilakukan Habil dan Qabil untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dimana kurban berupa hasil bumi atau hewan yang mana kurban tersebut secara langsung bermanfaat kepada manusia karena Allah tidak memerlukan kurban-kurban tersebut melainkan Taqwa kita yang akan dihisab-Nya. Akan tetapi ritual berkurban ini mengalami penyelewengan menjadi manusia yang di kurbankan seperti pada saat gerhana Matahari agar matahari tetap bersinar atau kurban (misal kepala kerbau) yang dipersembahkan pada tempat seperti kawah gunung,Laut (melarung) dan lain sebagainya. Bisa saja kepala kerbau tersebut bermanfaat dimakan ikan-ikan didalam laut atau menjadi pupuk saat di tanam ditanah akan tetapi tidak bermanfaat langsung untuk manusia seperti ketika kita memotong hewan kurban dan membagikan kepada fakir miskin.

Menjadi hal biasa untuk mengurbankan manusia salah satunya adalah ketika Nabi Ibrahim AS akan mengurbankan nabi Ismail AS. Proses ketika akan dilakukan penyembelihan setan dan Iblis menggoda nabi Ibrahim AS sehingga Ibrahim melemparinya dengan kerikil dan saat ini disebut dengan jumrah ula (pertama) selanjutnya mereka membujuk Siti Hajar agar membatalkannya sehingga Siti Hajar pun melempari mereka dan saat ini tempat ini disebut dengan jumrah wustha (pertengahan), setelah itu mereka menggoda Ismail dan Ismail pun melempari mereka dengan kerikil dan tempat ini di sebut denga jumrah Aqoba. Ketika akan disembelih Allah SWT yang maha Pengasih lagi maha Penyayang mengganti kurban Ismail dengan seekor Domba.

Semua peristiwa diatas merupakan bagian dari ibadah Haji yang menjadi rukun islam ke-5 dimana hikmahnya adalah pengurbanan kita ditujukan hanya kepada Allah SWT dan semoga bagi kita yang belum berhaji dapat menunaikannya dengan mendapat haji yang mabrur dan mabruroh. Aamiin YRA.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image