Pertimbangan Bioetika Terhadap Tanaman Transgenik
Eduaksi | 2023-06-12 15:51:04Apa Sih Tanaman Tansgenik Itu?
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa genetika dengan bantuan bioteknologi. Tanaman transgenik gennya telah disisipi gen dari organisme lain sehingga menghasilkan tanaman dengan sifat yang diinginkan. Banyak tanaman yang sudah dilakukan rekayasa genetik seperti tomat,padi,jagung,kapas, dan lain-lain. Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman (M.K.Sateesh, 2008). Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, yaitu bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah ber-hasil dikembangkan oleh manusia. Sejak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kebutuhan komersial dan peningkatan tanaman terus dilakukan manusia (M.K. Sateesh, 2008). Tanaman transgenik pertama yang berhasil diproduksi dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996 (Kathleen Laura Hefferon, 2009). Pada tahun 2004, lebih dari 80 juta hektare tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan kedelai transgenik (Alxander, 2007)
Bagaimana Persepsi masyarakat terhadap tanaman transgenik?
Konsumsi tanaman transgenik masih banyak terdapat pro dan kontra. Masyarakat yang pro melihat dari sisi pemenuhan kebutuhan pangan dan menganggap tanaman transgenik tidak berbahaya sedangkan masyarakat yang kontra khawatir tanaman transgenik menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan karena belum ada penelitian dan evaluasi lebih lanjut yang mendetail.
“Saya tidak ragu mengkonsumsi tanaman transgenik” ,” tidak ada dampak buruk yang saya rasakan sampai sekarang. Jadi aman saja “ ujar ibu Sri salah satu masyarakat pro terhadap tanaman transgenik. (Sabtu 11/6).
“ saya kebetulan petani sayur mbak. Jadi saya lebih memilih transgenik karena dia tahan hama jadi tidak perlu banyak biaya di obat hamanya dan hasilnya lebih melimpah menurut saya “,” saya biasanya mengkonsumsi tomat transgenik. Karena lebih keras dan tidak cepat busuk “ .Tambahnya
“Saya masih ragu mengkonsumsi tanaman transgenik. Karena takut ada dampak negatif saja di dalam tubuh” ujar Shafira salah satu masyarakat kontra terhadap tanaman transgenik. Sabtu (11/6).
“Saya takut karena kan belum dengar saya penelitian lebih lanjut tentang resikonya. Jadi belum berani. Apalagi ibu saya pernah terkena cancer jadi saya menghindari tanaman transgenik ini “ tambahnya.
Berdasarkan literatur tentang masyarakat pro dan kontra terhadap tanaman transgenik. Menurut Widodo 2004,Masyarakat yang pro pada penggunaan tanaman transgenik berdasarkan pada asumsi bahwa dalam dunia pertanian tanaman pangan dan kehutanan, transgenetika dapat dikatakan bertujuan mulia, yaitu demi keuntungan petani maupun pengolah hasil pertanian. Sebagian besar tanaman budidaya transgenik berupa tanaman-tanaman yang memiliki ketahanan terhadap hama serangga.
Berdasarkan catatan pengembangan teknologi transgenik, kita juga mengetahui keuntungan lain tanaman transgenik adalah menghasilkan varietas yang mampu menjadi media penetralisasi polusi lingkungan, seperti kapas transgenik yang dapat menyerap kandungan merkuri dari tanah yang terkontaminasi, atau pohon jenis mustard transgenik yang digunakan untuk menyerap selenium dalam jumlah yang membahayakan kepentingan manusia (Irawan, 2006). Ketahanan terhadap serangga dikarenakan tanaman ini mampu memproduksi toksin bakteri Bacillus thuringiensis, agen pengendali hama (serangga) secara organik, karena telah disisipi gen penghasil toksin tersebut. Adanya kemampuan ini menurunkan penggunaan herbisida, zat kimia pertanian (agrochemicals) yang biasa digunakan untuk mengendalikan tanaman pengganggu (gulma). Sehingga efisiensi pertanian menjadi meningkat. Contoh tanaman transgenik yang tahan hama ini misalnya kapas Bt, kedelai Bt dan jagung Bt (Widodo, 2004).
Tanaman transgenik yang diintroduksi dengan antibiotik Kanamicyn R (Kan R) jika dikonsumsi oleh manusia diduga dapat menyebabkan resistensi bakteri dalam tubuh manusia akibat pemaparan dengan antibiotik secara kontinu. Bantahan yang sementara muncul adalah hanya kecil sekali probabilitas pertukaran (transfer) horizontal gen Kan-R dari tanaman ke usus manusia karena gen tersebut telah bergabung (inkorporasi) dengan tanaman dan tanaman tidak memiliki gen untuk menggabungkannya dengan gen manusia (Motulo, dalam Darmasiwi, 2007).
Bagi lingkungan, tanaman transgenik diyakini dapat berdampak buruk. Salah satu dampaknya adalah polusi gen. Tanaman transgenik yang dapat dikatakan super karena memiliki kelebihan dibandingkan tanaman asli dapat menyaingi dan tanaman asli sehingga dapat mengancam keberlanjutan kehidupan tanaman asli. Tanaman transgenik yang langsung dilepas ke alam, tanpa evaluasi dampak terlebih dahulu juga ditakutkan dapat melakukan pertukaran gen dengan tanaman asli melalui penyebaran serbuk sari sehingga menyebabkan tanaman berubah menjadi tanaman transgenik seluruhnya atau dapat dikatakan terjadi penularan sifat termutasinya pada tanaman non transgenik. (Cahyadi, 2006).
Karena di alam banyak faktor yang berpengaruh, seperti angin, kupu-kupu, kumbang, tawon, dan burung. Tidak ada jaminan serbuk sari tidak berpindah ke kerabat tanaman itu atau gulma sehingga menjadi lebih kuat karena resisten terhadap hama. Jika kerabat dekat tanaman Bt berupa gulma, bisa-bisa menjadi resisten dan sukar dikendalikan. Terjadinya penyerbukan silang yang akan memindahkan gen-gen asing ke tanaman lain (gulma), bisa memunculkan gulma super yang resisten hama penyakit dan herbisida. Gen-gen pengendali hama yang menyebar ke tanaman liar itu akan melenyapkan secara besar-besaran spesies serangga dan hewan (Hartiko, dalam Susiyanti, 2003).
Pertimbangan bioetika terhadap tanaman transgenik
Seperti yang kita ketahui masih banyak terdapat pro dan kontra terhadap tanaman transgenik di masyarakat. Sehingga kemajuan ilmu perlu ada tanggung jawab moral yang harus di utamakan terhadap manusia dan lingkungan. Sebaiknya ilmuan harus bijak dalam menyikapi tanaman transgenik. Penggunaan tanaman transgenik yang bisa menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia maupun berdampak pada kerusakan lingkungan hendaknya dihentikan. Pembuatan tanaman transgenik besar-besaran untuk kepentingan pribadi tanpa meneliti resiko yang akan dialami manusia secara mendetail termasuk tidak beretika pada sesama makhluk hidup. Penggunaan dan distribusi besar-besaran tanaman transgenik tanpa meneliti resikonya terhadap alam secara mendetail menyebabkan manusia menjadi tidak beretika terhadap alam. Industrialisasi tanaman transgenik yang tergesa-gesa, karena ingin mencapai kesejahteraan, sehingga mengesampingkan semua pertimbangan di atas juga tidak beretika. Oleh karena itu etika membuat tanaman transgenik harus diteliti mendetail resikonya jika sekiranya menimbulkan dampak yang buruk harus dihentikan penggunaannya dan jika tidak menimbulkan dampak buruk bisa dilanjut penggunaanya.kita harus bijak dalam penggunaan tanaman transgenik ini.
Bioetika pada dasarnya membahas etika atau moral yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan. Pada awalnya bioetika dikemukakan oleh V.P. Potter dan merupakan ilmu yang digunakan untuk mempertahankan hidup dalam mengatasi kepunahan lingkungan dan mengatasi kepunahan manusia. Namun dalam perkembangannya, bioetika cenderung mengarah pada penanganan isu atau nilai etika yang timbul karena perkembangan iptek dan biomedis (Fitmawati, dkk, 2002).
Jika kita melihat dari sisi bidang kesehatan, maka tanaman transgenik ini dapat digunakan untuk mengatasi penyakit karena susunan gennya termutasi. Jika dari sisi bidang pertanian adanya bioteknologi tanaman transgenik ini memudahkan manusia dalam mengolah pertanian, dengan lahan yang sempit, ternyata tanaman yang dihasilkan lebih banyak dan berkualitas dari segi ukuran, rasa, mutu, serta tahan hama penyakit. Sehingga banyak petani yang beralih ke tanaman transgenik karena lebih kuat dan hemat biaya.
Sumber referensi
Cahyadi, F. 2006. Dampak Lingkungan Tanaman Transgenik.
http://www.satudunia.net/node/1178. Tanggal akses: 10 juni 2023
Darmasiwi, S. 2007. Amankah Mengkonsumsi Tanaman Transgenik?
http://id.shvoong.com/exactsciences/biology/1626834-amankah-mengkonsumsi-tanaman-transgenik/.10 juni 2023.
Fitmawati, dkk. 2002. Bioetika Dalam Pemanfaatan Keanekaragaman Plasma Nutfah
Tumbuhan. http://tumoutou.net/702_05123/group4_123.htm. Tanggal akses: 10 juni 2023.
Irawan, A. 2006. Ancaman dan Harapan Dari Komoditas Transgenik. KORAN TEMPO
Edisi 2006-08-06.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.