Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image elsageraryn

Menjadi Perempuan yang tidak Sempurna

Lainnnya | Tuesday, 30 May 2023, 21:03 WIB
https://www.fimela.com/health/read/5123555/5-tanda-kamu-perempuan-yang-sehat-dan-bahagia

Isu psikologis

Tingkat kesejahteraan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki dalam lingkup sosial dan budaya kita. Hal ini juga didukung oleh beberapa hasil penelitian psikologis, di mana gangguan psikologis lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Salah satu faktor utamanya yaitu bahwa penampilan fisik dan standar-standar yang ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.

Oleh karena itu, gambaran suram kondisi mental perempuan merupakan akibat dari perempuan terjebak dengan mitos kesempurnaan yang diciptakan masyarakat.

Menurut Freud, the father of psychoanalysis theory, menyatakan bahwa perempuan memang rentan mengalami kecemasan berlebihan dan memiliki kepribadian yang kurang stabil berdasarkan penjelasan biologis lainnya.

Namun, apa yang telah dinyatakan oleh Freud ini dikritik oleh beberapa psikoanalisis. Salah satunya ialah Melanie Klein, ia menyatakan bahwa faktor sosial dan budayalahyang lebih banyak berperan.

Perempuan

Banyak tuntutan diberikan kepada perempuan oleh masyarakat yang sebenarnya tidak masuk akal. Salah satunya adalah penampilan fisik. Salah satunya, bahwa untuk dianggap sebagai perempuan yang sempurna ialah harus cantik. Perempuan harus cantik sealami mungkin.

Kalau pun tidak cantik, ia harus mengganti “hal yang tidak sesuai standar itu” dengan pencapaian lain seperti berbakat di bidang akademik atau bakat-bakat lainnya. Dan masih banyak standar kesempurnaan yang telah ditentukan oleh masyarakat.

Seorang perempuan harus menikah pada usia tertentu yang lagi-lagi ditentukan oleh masyarakat, setelah menikah ia harus bisa memberikan anak. Setelah itu, ia harus mengurus anak-anaknya dengan baik dan ia harus menjadi seorang ibu yang baik, serta menjadi “kekasih” yang baik bagi suaminya yang lagi-lagi ditentukan oleh masyarakat.

Perempuan harus memenuhi peran itu semua untuk memenuhi standar yang lagi-lagi ditentukan oleh masyarakat.

Menjadi Bahagia

Lalu apa yang dapat perempuan lakukan dalam menghadapi budaya-budaya yang tidak masuk akal yang sudah tergolong sakit dan merugikan perempuan itu sendiri? Dalam hal ini terkesan lagi-lagi perempuan yang harus menyelesaikan masalah yang begitu rumit (saya bahkan tidak tahu sudah menyebutkan kata "lagi-lagi" ini berapa kali).

Pertama,kita sebagai perempuan hendaknya mengenali dan menemukan diri kita untuk bisa sampai pada penerimaan diri, menyelidiki diri sendiri dan bertanya kepada diri kita sendiri apa yang sesungguhnya kita inginkan sebagai perempuan.

Kedua,kita sebagai perempuan dapat mengabaikan dan menghilangkan standar-standar yang telah dibuat di masyarakat kita, dan tidak lagi mengikuti ideal masyarakat sehingga kita tidak lagi terkurung oleh hal-hal tersebut.

Kita dapat mendefinisikan diri kita sendiri.Tidak ada yang salah terlahir menjadi perempuan. Tidak ada yang salah dengan menjadi cantik asalkan tidak terobsesi dan tidak menjaditoxicuntuk diri kita sendiri dan orang lain.

Bahkan, tidak ada salahnya bila kita tidak cantik. Kita sebagai perempuan dapat mendefinisikan diri lebih luas dari sekadar penampilan fisik saja. Kita tidak diwajibkan untuk memenuhi standar atau ekspetasi yang ada di sekitar kita.

Namun, dalam hal ini kita juga perlu berhati-hati agar tidak salah paham tentang mengartikan “kebebasan” yang sesuai definisi dan harapan kita.Perempuan yang bahagia adalah menjadi perempuan yang bebas dari standar kesempurnaan yang begitu rumit untuk kita jelajahi yang telah diciptakan oleh masyarakat kita.

Perempuan yang bahagia adalah perempuan yang dapat mengenali dirinya sendiri, mengetahui apa yang sesungguhnya diinginkan, dan memaafkan diri sendiri dan menerima diri sendiri apa adanya. Karena sejatinya, perempuan itu tidak harus sempurna. Bahkan, faktanya: tidak ada manusia yang terlahir sempurna.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image