Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Linda Pratiwi

Trapesium Usia Itu Apa Sih

Eduaksi | 2023-05-29 22:38:08
Dokumen pribadi

Trapesium Usia

Refleksi dan Peran, Nilai Guru Penggerak

Oleh :

Linda Pratiwi CGP_8

Trapesium ? membaca kata trapesium dibuku panduan calon guru penggerak, jangan-jangan disuruh menghitung luas trapesium kah saya ? atau apa yaa

Tenang trapesium disini bukan pelajaran matematika ya, trapesium disini adalah diagram trapesium usia dimana nantinya CGP diharapkan dapat mengidentifikasi nilai-nilai diri sendiri yang selama ini melekat dalam pribadinya dan juga dapat menyatakan peran guru penggerak yang sudah melekat dalam diri cgp tersebut.

Baiklah kita mulai saja berikut saya akan berbagi mengenai;

Peristiwa positif dan negative apa yang pernah saya alami saat usia sekolah, siapa saja yang terlibat, dan dampak emosi apa saja yang saya rasakan.

Sebelumnya perkenalkan saya seorang wanita yang lahir dan besar di keluarga yang kedua orang tuanya keduanya bekerja. Memiliki orang tua bekerja membentuk pribadi saya menjadi seseorang yang mandiri, tapi disisi lain banyak peristiwa dalam hidup saya yang luput dari pikiran orang tua.

Peristiwa itu terjadi saat saya duduk di bangku kelas 6, orang tua bekerja membuat saya kurang mendapatkan perhatian dan bimbingan dalam belajar, sehingga ada beberapa mata pelajaran saya yang nilainya jelek. Belum lagi perasaan takut yang saya rasakan ketika pulang sekolah. Kurangnya komunikasi membuat permasalahan itu berlarut sampai saya kelas 6 SD.

Peristiwa setelah ulangan Matematika, saya mendapatkan nilai jelek, guru tersebut meminta saya berdiri di bangku saya sambil mengangkat salah satu tangan dan kaki. Malu, marah, sedih, muak, dengan sosok guru tersebut. Kenapa bapak tidak bertanya pada saya kenapa nilai matematika saya jelek ? kenapa bapak menghukum saya di kelas sehingga saya dilihat oleh semua teman-teman saya. Tatapan mata bapak seolah menghakimi saya. Jatuh mental saya, membuat saya membenci bapak dan pelajaran bapak.

Entah kenapa, saya yakin dari deretan peristiwa saat saya di bangku Sekolah Dasar itu banyak, pasti tidak hanya kisah yang sedih, kisah yang bahagia juga pasti ada. Tapi hanya peristiwa yang kelas 6 saja yang terekam dimemori saya sampai saat ini.

Berjalannya waktu ingatan tentang kejadian itu masih suka muncul dipikiran , saya seperti ingin membuktikan dan memberi tahu bagaimana caranya mendidik siswa.

Ada yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga, berjalannya waktu, bertambahnya usia, bertambah juga kematangan emosional saya. Belajar untuk tidak menyalahkan kodisi yang ada , berusaha untuk bersyukur, saya terus mencoba menggali potensi yang saya punya dengan seorang guru di sekolah menengah pertama. Beliau guru Matematika tetapi pintar bermain Keyboard. Pak Yadi namanya, beliau dengan sabar mengajarkan matematika kepada saya. Beliau bilang ‘kamu itu sebetulnya bisa , hanya kurang latihan dan bimbingan saja’. Kalimat mungkin cukup menghibur saya dan meyakinkan diri saya “oh.. saya juga bias ko”. Kemudian dari beliau saya dikenalkan dengan ekstrakulikuler paduan suara, mengikuti volly putri. Kegiatan ini berlanjut sampai saya duduk di bangku SMA., dan mengantarkan saya menjadi pemain Volly putri terbaik disekolah membuat saya sangat senang, gembira, kepercayaan diri meningkat

Mengapa saya bisa mengingat dengan jelas kedua peristiwa di atas ?

Meskipun sudah 21 sampai 27 tahun yang lalu saya masih mengingat dengan jelas peristiwa tersebut, karena keduanya sangat membekas di hati saya yang memberikan makna yang mendalam. Peristiwa negative yang terjadi memotivasi diri saya untuk bias bersikap lebih baik lagi kepada siswa, belajar untuk mau mendengarkan orang lain dan mencari solusi bersama-sama sesuai dengan kebutuhan siswa.

Peristiwa positif membuat saya bangga bahwa tidak jago matematika tidak apa –apa saya dapat menggali potensi yang lain yang ada pada diri saya yang dapat membuat diri sendiri bahagia, bangga untuk menjalankannya, juga dapat menularkan pikiran positif bagi orang banyak

Lalu peran guru terkait trapesium usia tersebut itu apa ya ?

Seperti yang saya katakana sebelumnya jika pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman akan membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik lagi. Belajar dari peristiwa yang pernah diri sendiri alami dan berbuat lebih baik lagi kedepannya untuk orang lain.

Begitu juga peran kita sebagai guru, dari peristiwa yang saya alami, saya belajar untuk menuntun bukan menuntut murid saya untuk mendapatkan nilai matematika yang bagus. Menuntun murid saya untuk keluar dari rasa takut , menuntun murid saya untuk berkembang sesuai dengan potensi yang mereka sukai (sesuai dengan kodratnya)

Adapun nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang guru

"Dari pengalaman hidup kamu akan belajar , dari belajar kamu akan mengajar; dengan mengajar kamu akan belajar."

"Murid tidak membutuhkan guru yang sempurna. Tapi murid membutuhkan guru yang membuat mereka bahagia.

“Guru itu menuntun bukan menuntut murid”

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image