Refleksitas Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Eduaksi | 2024-04-01 10:36:11Ki Hajar Dewantara atau lebih dikenal dengan nama aslinya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat merupakan salah satu tokoh yang mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dan menjadi tokoh yang mandiri, progresif, dan berpengaruh dengan pemikirannya tentang pendidikan yang berbasis kebangsaan dan kemanusiaan. Ki Hajar Dewantara lahir dalam lingkungan bangsawan Jawa, dan sejak muda telah menunjukkan minatnya yang besar dalam dunia pendidikan. Ia belajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Guru (Kweekschool) di Yogyakarta.
Namun, semangatnya untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia tidak berhenti di situ. Ia terus mengejar ilmu dengan belajar di luar negeri, diantaranya di Belanda dan Jerman. Salah satu konsep utama yang diperjuangkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah konsep pendidikan merdeka. Baginya, pendidikan harus memberikan kebebasan bagi individu untuk mengembangkan potensi dirinya secara penuh. Pendidikan tidak hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan kemandirian. Ki Hajar Dewantara memelopori konsep pendidikan mandiri di Indonesia, menekankan bahwa pendidikan sejati harus memberikan kebebasan individu untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Ia menekankan bahwa pendidikan harus menjadi proses aktif, mendorong siswa untuk berpartisipasi langsung dalam proses pembelajaran, bertanya, bereksperimen dan menghasilkan pengetahuannya sendiri.
Selain itu, pendidikan unik yang digagasnya juga berlandaskan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan serta bertujuan untuk mendidik masyarakat yang berbudaya, bertanggung jawab, dan berintegrasi tinggi. Filosofi pendidikan mandiri ini tidak hanya menanamkan pemahaman akademis tetapi juga menumbuhkan rasa cinta tanah air dan tanah air serta rasa kasih sayang terhadap sesama warga negara. Oleh karena itu, gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan mandiri menjadi landasan penting bagi pengembangan sistem pendidikan Indonesia dan terus menginspirasi para pendidik dan pengambil kebijakan untuk mewujudkan kehidupan negara yang lebih cerdas.
Studi tentang Ki Hajar Dewantara telah memberi saya wawasan yang mendalam tentang pentingnya pendidikan merdeka dalam mengembangkan potensi individu. Salah satu hal yang paling menginspirasi dari pemikiran beliau adalah konsep bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan kemandirian.Dari pemahaman ini, saya merasa terdorong untuk mengubah pendekatan pembelajaran di kelas saya. Saya akan lebih mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam proses belajar, memberikan mereka kebebasan untuk bertanya, mengeksplorasi, dan menciptakan pengetahuan mereka sendiri. Saya akan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kolaborasi, diskusi, dan pemecahan masalah bersama. Selain itu, pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan juga membuat saya sadar akan pentingnya membentuk warga negara yang berbudaya dan bertanggung jawab.
Saya akan mengintegrasikan pembelajaran tentang nilai-nilai tersebut ke dalam kurikulum saya, dengan tujuan tidak hanya menghasilkan siswa yang cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kesadaran sosial yang tinggi dan dedikasi terhadap kebaikan bersama. Perubahan ini tidak hanya akan memengaruhi pendekatan pengajaran saya, tetapi juga bagaimana saya berinteraksi dengan siswa di luar kelas. Saya akan berusaha menjadi contoh yang baik bagi mereka, menunjukkan nilai-nilai seperti keadilan, kerjasama, dan rasa hormat kepada semua individu.
Dengan menerapkan pemikiran dan nilai-nilai yang saya pelajari dari Ki Hajar Dewantara, saya yakin saya dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inspiratif dan berdaya guna bagi siswa saya. Saya berharap bahwa melalui perubahan ini, saya dapat membantu siswa saya untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang mandiri, berbudaya, dan bertanggung jawab, sesuai dengan cita-cita pendidikan yang diidamkan oleh Ki Hajar Dewantara. Di kelas dan sekolah saya, kami membangun proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan memperhatikan konteks lokal sosial budaya. Salah satu langkah konkrit yang kami lakukan adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran aktif yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi ide-ide mereka sendiri.
Dalam suasana kelas, say menciptakan lingkungan yang inklusif dan kolaboratif di mana setiap suara dihargai. Siswa-siswa diizinkan untuk berbagi pengalaman dan perspektif mereka sendiri, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih beragam dan berwarna. Saya juga mendorong siswa untuk aktif bertanya, berdiskusi, dan berpartisipasi dalam aktivitas kelompok yang merangsang pemikiran kritis dan kreativitas. Saya juga memperhatikan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan dalam setiap aspek pembelajaran. Misalnya, dalam mata pelajaran sejarah, kami tidak hanya membahas fakta-fakta historis, tetapi juga menganalisis dampaknya terhadap perkembangan bangsa dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan oleh Ki Hajar Dewantara. Saya juga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang mempromosikan keberagaman budaya Indonesia, seperti festival budaya dan pertunjukan seni tradisional. Selain itu, sebagai guru, saya berusaha menjadi contoh yang baik bagi siswa dalam menerapkan nilai-nilai seperti keadilan, kerjasama, dan rasa hormat kepada semua individu. Saya berusaha untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka masing-masing.
Dengan membangun suasana kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dan memperhatikan konteks lokal sosial budaya, saya berharap dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan holistik siswa, tidak hanya secara akademis tetapi juga secara sosial dan emosional.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.