Mengabdi dengan Empati: Jejak Inspiratif dr. Ariani Permata Sari, Sp.P(K)
Eduaksi | 2025-12-04 10:34:37Pagi ini (29/10/2025) saya mengumpulkan niat untuk berjalan dari kos-kosan saya menuju Rumah Sakit dr. Soetomo atau yang biasa disingkat RSDS. Bukan suatu tempat yang jauh bagi saya sebenarnya, tetapi hari ini terasa sedikit berbeda. Saya begitu bersemangat hingga memutuskan untuk berjalan dari jam tujuh pagi untuk menemui dr. Ariani serta melakukan pengamatan di sekitar Rumah Sakit dr. Soetomo.
dr. Ariani Permata Sari, Sp.P merupakan dokter spesialis paru yang sebelumnya menempuh pendidikan dokter pada tahun 1997 diikuti dengan pendidikan spesialis paru pada tahun 2009 di Universitas Airlangga. Bertemu dengan beliau begitu hangat rasanya, tidak ada kecanggungan yang timbul sama sekali.
Setiap perjalanan besar, tentu diawali dari alasan dan tekad sederhana tetapi penuh makna. Begitupun dengan dr. Ariani Pertama Sari, Sp.P yang akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke rumpun paru. Semasa sedang melakukan pengabdian (internship) di Jawa Barat dr. Ariani memiliki ketertarikan di bidang Obstetri dan Ginekologi atau disingkat dengan Obgyn. Namun, setelah melihat kondisi saat melakukan pengabdian dr. Ariani menemukan kurangnya dokter spesialis paru yang ada di Indonesia sedangkan jumlah kasus penyakit paru di Indonesia masih sangat terbatas dan belum merata.
Tantangan yang paling berkesan bagi dr. Ariani saat tengah menghadapi pandemi COVID-19 yang diikuti dengan jumlah kasus COVID-19 dan angka mortalitas yang sangat tinggi. Disitulah dokter spesialis paru menjadi garda terdepan dalam penanggulangan pasien COVID-19.
Harapan dr. Ariani terhadap generasi muda khususnya calon dokter di masa mendatang, "Tetaplah memiliki semangat dan rasa empati yang tinggi" karena baginya, rasa empati itulah yang tidak ternilai harganya. Menurut beliau nilai "humanity" "emphaty" menjadi fondasi utama saat menjadi dokter. Tantangan di era globalisasi membuar dr. Ariani berpesan kepada generasi muda agar memanfaatkan teknologi dengan bijaksana. Diikuti dengan bantuan AI atau artificial intelligence, membuat pasien jauh lebih kritis saat berkonsultasi dari media internet. Oleh karena itu, para dokter di masa depan harus jauh lebih pintar, tidak hanya dalam ilmu kedokteran, tetapi juga dalam berkomunikasi, mengedukasi, dan memberikan pelayanan yang berorientasi pada kemanusiaan.
Terima kasih kepada dr. Ariani Permata Sari, Sp.P(K), atas waktu, inspirasi, dan cerita berharga yang telah dibagikan. Dari perbincangan singkat ini, banyak pelajaran yang dapat dipetik tentang dedikasi, empati, dan makna sejati menjadi seorang dokter yang melayani dengan hati.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
