Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ngesti Tiyas Utami

Bagaimana Menjadi Pendengar yang Baik untuk Menjalin Komunikasi yang Baik

Edukasi | Sunday, 28 May 2023, 20:26 WIB
Sumber: Pinterest.com

Menjadi pendengar yang baik adalah salah satu kunci untuk menjalin komunikasi yang baik pula. Sebagai makhluk sosial, tak bisa di pungkiri bahwa kita akan selalu berkomunikasi dengan orang lain.

Pernah gak sih, ketika kita curhat atau berbicara sesuatu, tapi teman kita tidak mendengarkan dengan baik? Mereka bahkan terkesan acuh terhadap kita. Jika sudah begitu, kita pasti merasa jengkel dan merasa diabaikan. Nah, komunikasi seperti itu bukanlah komunikasi yang efektif.

Untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, kita harus memberikan kesan yang baik dalam berkomunikasi. Dengan pentingnya komunikasi, tak jarang banyak orang hanya beranggapan bahwa komunikasi itu hanya sebatas dua orang atau lebih yang berbicara baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun sebenarnya, banyak yang harus diperhatikan dalam menjalin komunikasi yang baik. Tidak hanya sebatas berbicara, namun terkadang kita juga harus menjadi pendengar bagi orang lain. Jangan sampai kita menjadi pribadi yang hanya ingin didengar tanpa mau mendengar.

Lantas, bagaimana cara menjadi pendengar yang baik untuk menjalin komunikasi yang baik?

Menurut Oh Su Hyang dalam buku Bicara itu Ada Seninya, disebutkan bahwa rumus komunikasi sederhana yang dapat diterapkan adalah:

C = Q x P x R

‘C’ adalah communication atau komunikasi. Ada tiga hal yang diperlukan untuk memenuhinya. Pertama adalah ‘Q’ yaitu question atau pertanyaan, ‘P’ adalah praise atau pujian, dan yang terakhir adalah ‘R’ yaitu reaction atau reaksi. Jadi, komunikasi yang baik harus mengandung ketiganya, yaitu pertanyaan, pujian, dan reaksi.

Pertanyaan Wujud Ketertarikan terhadap Lawan Bicara

Ketika kita mendengarkan orang lain berbicara, mengajukan pertanyaan setelah ia selesai berbicara adalah salah satu bentuk ketertarikan kita terhadap apa yang orang tersebut bicarakan. Komunikasi yang baik tidak akan terwujud jika tidak ada ketertarikan terhadap lawan bicara.

Oh Su Hyang juga memberikan contoh pertanyaan paling sederhana yang bisa kita katakan terhadap lawan bicara adalah “Siapa nama Anda?” Pertanyaan ini tidak akan muncul jika kita tidak tertarik terhadap lawan bicara. Saat kita sudah memiliki ketertarikan terhadap lawan bicara, maka pertanyaan-pertanyaan terkait akan muncul dengan sendirinya. Melontarkan pertanyaan seperti itu sudah dapat diartikan bahwa kita ingin membangun hubungan dengan lawan bicara. Dengan begitu, lawan bicara akan merasa dianggap keberadaannya dan menjadi semangat dalam membicarakan apa yang ingin ia bicarakan.

Pujian Membawa Suasana Positif dalam Komunikasi

Pujian juga tak kalah pentingnya untuk membangun komunikasi yang baik. Siapa sih yang tidak suka dipuji? Pasti semua orang senang akan pujian. Pujian mempunyai dampak yang cukup besar dalam komunikasi.

Pujian seperti, “Wah, kamu hebat sekali!” akan memberikan rasa nyaman dan kepercayaan diri kepada lawan bicara. Untuk memulai percakapan, kita juga dapat melontarkan pujian tentang benda yang sedang dipakai lawan bicara, seperti pakaian, sepatu, atau bisa juga dengan memuji bagian tubuh dengan spesifik.

Misalnya, “Pakaian itu sangat cocok kau kenakan”, “Bulu matamu sangat lentik, apa rahasianya?”

Namun, memberikan pujian juga bukan hal yang mudah. Terkadang kita ingin memuji, namun karena pemilihan kata yang salah bisa berakibat kesalahpahaman si lawan bicara. Oleh karena itu, diperlukan latihan dengan mencoba membiasakan diri untuk memuji agar pujian yang kita ucapkan tidak terkesan canggung atau malah menyinggung lawan bicara.

Reaksi Antusias Kunci Percakapan yang Kompleks

Reaksi atau umpan balik muncul jika kita mendengarkan dan mencoba memahami apa yang dikatakan lawan bicara. Umpan balik terdiri dari dua macam, yaitu umpan balik verbal dan non verbal. Umpan balik verbal adalah reaksi yang diberikan dalam bentuk kata-kata, baik lisan ataupun tulisan. Sedangkan umpan balik non verbal adalah reaksi yang diberikan dalam bentuk isyarat, body language, ataupun raut wajah.

Umpan balik verbal yang paling umum, yaitu “Oh, ya?” bisa membuat percakapan terjadi lebih lama dan lebih kompleks karena hal tersebut mengungkapkan seberapa antusias kita terhadap topik yang dibicarakan lawan bicara. Tatapan mata yang berbinar merupakan salah satu contoh umpan balik non verbal yang dapat diartikan bahwa kita tertarik dan menantikan apa yang dikatakan lawan bicara. Postur duduk juga harus diperhatikan, misalnya postur tubuh yang sedikit condong ke arah lawan bicara juga menandakan reaksi antusias kita kepada lawan bicara.

Jadi, menjadi pendengar yang baik bukan sekadar diam dan mendengarkan, namun menjadi pendengar yang baik juga mempertimbangkan bagaimana cara kita memahami dan menanggapi setelah mendengarkan apa yang dikatakan lawan bicara.

Seperti yang sudah disinggung di awal, kesan yang baik akan membawa hubungan yang baik dalam komunikasi. Poin-poin diatas mungkin terlihat sepele, namun belum banyak orang yang benar-benar bisa menerapkannya dengan baik. Cobalah untuk mendalami dan terapkan dalam komunikasi kalian sehari-hari, maka kalian akan merasakan perbedaan yang cukup signifikan dari cara kalian berkomunikasi dan memberikan kesan yang lebih baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image