Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fani Ratu Rahmani

Profil Pemuda dalam Islam Berdaya untuk Islam

Agama | Sunday, 28 May 2023, 11:09 WIB

Profil Pemuda dalam Islam Berdaya untuk Islam Oleh : Fani Ratu Rahmani (Aktivis dakwah dan Pendidik PKBM di Balikpapan)

Sudah pertengahan tahun 2023, artinya sekitar 6 bulan lagi kita akan memasuki tahun 2024. Bisa dikatakan bahwa tahun 2024 adalah tahun politik, yang mana Indonesia akan mengadakan Pemilihan Umum (Pemilu) besar-besaran mulai dari memilih Caleg hingga Presiden. Siapkah masyarakat menuju ke sana? Apalagi para pemilih pemula yang notabene adalah para pelajar dengan kisaran usia yang duduk di bangku SMA.

Ternyata untuk menuju tahun politik, deras aktivitas mensosialisasikan terkait Pemilu terhadap pelajar. Sebagaimana dilakukan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kaltim yang terus berkomitmen memberikan pemahaman kebangsaan kepada kaum pelajar sebagai pemilih pemula. Kesbangpol Kaltim menggelar sosialisasi pembauran kebangsaan bagi siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam sambutannya Kepala Badan Kesbangpol mengatakan bahwa kegiatan ini sangat penting untuk memupuk dan meningkatkan sikap toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di Kaltim dan Kota Tepian. (Sumber : kaltim.antaranews.com/berita/184083/kesbangpol-kaltim-gelar-pembauran-kebangsaan-untuk-pelajar-sma)

Namun, sayang sekali melihat sosialisasi toleransi yang dimaksud bukanlah pada makna sebenarnya. Di tengah arus moderasi beragama dan kebijakan menuju Islam Moderat yang bersifat global, toleransi hanya mengikuti perspektif barat. Toleransi yang sarat dengan nilai pluralisme, menganggap semua agama sama, hingga sinkretisme. Memandang semua agama baik dan bisa dicampur adukkan atas nama kebebasan dan kemanusiaan.

Ini sejalan dengan keinginan politik sekuler yang menjauhkan politik identitas. Umat islam dilarang menggunakan sudut pandang agama dalam menentukan politiknya. Atau mengumbar narasi politik identitas, seperti halnya #TolakPemimpinKafir. Padahal, itu merupakan syariat di dalam islam bukan bentuk fanatisme terhadap agama. Sehingga kita bisa amati bahwa sistem sekuler saat ini hanya membuat pemuda semakin jauh dari aqidah Islam. Nilai-nilai yang ditanamkan menggerus akidah, keimanan dan menyurutkan ghirah untuk mengamalkan dan mendakwahkan islam.

Jadilah pemuda hanya menjadi objek atas penjajahan pemikiran ideologi sekuler saat ini. Kemudian, dengan adanya sistem sekuler ini, pemuda hanya muncul sebagai penambal sulam demokrasi yang rusak. Suara pemuda dibutuhkan untuk memenangkan kandidat tertentu, namun setelahnya pemuda kembali melempem dan menyaksikan kesengsaraan rakyat akibat hidup dalam sistem demokrasi ini. Lantas, untuk apa pemuda hadir jika hanya sekadar mempertahankan sistem demokrasi yang jelas rusak dan merusak ini?

Perlu dipahami bahwa negara memiliki tanggung jawab sekaligus pelaksana rencana strategis dan peta jalan agar potensi peran pemuda secara nyata teroptimalkan sehingga mampu melahirkan peradaban yang cemerlang. Demikian halnya dalam sudut pandang islam, Khilafah sebagai institusi yang menerapkan islam secara kaffah akan mempersiapkan diri agar wajah peradaban dan ideologi Islam bisa terus lestari pada masa mendatang dengan berbagai macam kebijakan dan program, termasuk untuk para pemudanya. Lantas bagaimana peran khilafah?

Khilafah akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang bertujuan membentuk pemuda bersyakhsiah (berkepribadian) Islam. Pemuda akan menguasai tsaqafah Islam ; menguasai ilmu kehidupan, sains, dan teknologi ; serta memiliki keterampilan dan keahlian yang tinggi. Tujuannya untuk keberlangsungan peradaban islam.

Dan ini bukan hanya sekadar teori, Sistem pendidikan Islam yang komprehensif dan ideologis telah memastikan lahirnya tokoh-tokoh kelas dunia selevel masa khulafaurasyidin, seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Umar bin Khaththab, ataupun Ali bin Abi Thalib. Juga para tokoh pada masa kekhalifahan selanjutnya, seperti Muhammad al-Fatih dan Shalahuddin al-Ayyubi. Bahkan, sebagaimana para alim ulama semisal empat imam mazhab dan para ilmuwan yang luar biasa, seperti Al-Farabi, Khawarizmi, dan lainnya.

Dari sini kita bisa lihat bahwa Islam mampu mencetak profil pemuda yang mereka berdaya untuk islam, yakni dalam dakwah, jihad, dan peradaban. Khilafah mengoptimalkan tiga pilar yakni keluarga, masyarakat dan negara untuk membentuknya. Jadi, para pemuda bukan memberi sumbangsih secara ekonomi atau suara politik layaknya sistem saat ini, namun tentang posisi strategisnya sebagai hamba Allah dan Khalifah fil 'Ardh dalam naungan islam, yakni Khilafah Islamiyyah. Wallahu a'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image