Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Clarissa Iswardi

Angkutan Umum dan Kultur Masyarakat

Gaya Hidup | Saturday, 27 May 2023, 19:08 WIB
Stasiun Manggarai, taken by cnapshoots on instagram

Bertahun-tahun menopang mobilitas masyarakat perkotaan yang sibuk, angkutan umum memiliki peran yang lebih jauh daripada hanya sekedar transportasi; angkutan umum menjelma menjadi salah satu bintang dari hiruk pikuknya kehidupan perkotaan, sedikit banyak memainkan peran dalam kultur masyarakat perkotaan yang penuh huru-hara. Tanpa disadari, masyarakat dan angkutan umum menjadi dua hal yang tidak terpisahkan dalam dinamika perkotaan.

Contohnya saja di Jabodetabek, ibukota dan kota satelitnya yang sehari-hari ditopang oleh hadirnya KRL, Transjakarta, MRT dan LRT tidak dapat mengelakkan peran angkutan umum pada dinamika kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), ada 1,3 juta penglaju dari Bodetabek yang beraktivitas di Jakarta. Angka sebesar ini hanya dapat tercapai akibat mudahnya aksesibilitas angkutan umum yang menjadi tumpuan mobilitas antar kota. Maka tidak heran, fenomena seseorang yang tinggal di Bogor dapat bersekolah di Jakarta, ataupun orang yang tinggal di Bekasi namun bekerja di Jakarta.

Perjalanan antar kota yang dilakukan hampir setiap hari tak ayal membuat banyak interaksi sosial antar masyarakat penglaju terjadi. Interaksi ini membuat kebiasaan, kosa kata, maupun tren dapat menyebar dengan mudah dan cepat. Misalnya, warga Depok akan dengan mudah meniru dan mempopulerkan budaya anak muda Jakarta. Contoh yang sangat populer akhir-akhir ini adalah hadirnya remaja-remaja asal Citayem, Bogor yang dengan santai nongkrong di sekitar Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat. Pakaian yang mereka kenakan sangat khas dan berbeda jauh dari pakaian yang biasa dikenakan remaja-remaja di Jakarta. Namun, karena mereka membawa tren ini dari Bogor ke Jakarta menggunakan angkutan umum, tren ini akhirnya dilihat dan dikenal oleh khalayak banyak terutama orang-orang yang mobilisasi menggunakan angkutan umum. Setelahnya, pakaian khas remaja-remaja Citayem ini menjadi tren yang dinamakan Citayem Fashion Week.

Tren lain nya yang akhirnya menyebar adalah penggunaan Bahasa Jaksel, yaitu istilah bahasa Inggris yang diselipkan pada percakapan sehari-hari dengan Bahasa Indonesia. Pada awalnya, kode ini hanya digunakan oleh masyarakat kelas atas yang kebetulan berkonsentrasi di daerah Jakarta Selatan. Namun, akibat adanya mobilitas yang didukung oleh aksesibilitas Angkutan Umum antara Jakarta dan kota-kota Bodetabek membuat kode ini akhirnya menyebar ke kota-kota Bodetabek. Sekarang ini, penggunaan Bahasa Jaksel dianggap sebagai sesuatu yang keren dan in-trend sehingga banyak digunakan dalam pergaulan sehari-hari.

Tak hanya adanya pertukaran tren dan kebudayaan, hadirnya angkutan umum sendiri juga membentuk karakteristik masyarakat perkotaan terutama Jabodetabek. Apabila disadari, masyarakat Jabodetabek terutama yang terbiasa menaiki angkutan umum akan berjalan lebih cepat daripada masyarakat kota-kota lain yang budaya menaiki angkutan umumnya tidak sebesar Jabodetabek. Hal ini dikarenakan pada keseharian nya, masyarakat Jabodetabek mengejar untuk menaiki angkutan umum sebelum ramai dan berdesak-desakan.

Pada akhirnya, seperti statement di paragraf pertama. Angkutan Umum di kota besar—-terutama dalam pembahasan ini di Jabodetabek tidak lagi hanya sekedar kendaraan pengangkut khalayak ramai. Namun, sudah menjadi bagian dari kultur masyarakat dilihat dari cara penyebaran nya maupun eksistensi angkutan itu sendiri. Angkutan umum di Jabodetabek entah itu KRL, Transjakarta, MRT ataupun LRT telah memberikan dinamika sosial yang unik pada kehidupan masyarakat perkotaan, dinamika sosial yang tidak bisa ditemukan pada daerah lain tanpa budaya menaiki angkutan umum yang sama.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image