Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Weriyantika Bintang Khansa

Loneliness Epidemic: Mengapa Kebosanan Sosial Mengancam Kesejahteraan Mental Kita

Eduaksi | Friday, 26 May 2023, 12:46 WIB
Feeling lonely disaat pandemi yang berdampak pada kesehatan mental (sumber gambar : cnnindonesia.com)

Kita hidup dalam era yang terhubung secara global, dengan akses yang tak terbatas ke teknologi dan media sosial yang menghubungkan kita dengan orang-orang di seluruh dunia. Namun, di balik kemajuan ini, muncul sebuah fenomena yang makin meresahkan: kesepian. Kebosanan sosial semakin meluas dan semakin mengancam kesejahteraan mental kita. Dalam artikel opini ini, kita akan menjelajahi akar masalah kesepian ini, mengidentifikasi konsekuensinya, dan mengeksplorasi solusi yang mungkin.

Kesepian tidak bisa dianggap enteng. Pada awalnya, mungkin terasa sebagai perasaan yang lewat, tetapi pada kenyataannya, kesepian dapat memiliki dampak serius pada kesejahteraan mental kita. Perasaan terasing dan terpisah dari orang lain dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan stres. Lebih dari itu, penelitian telah menunjukkan bahwa kesepian kronis dapat memiliki dampak yang serupa dengan merokok 15 batang rokok per hari, serta meningkatkan risiko kematian dini sebesar 26%. Jika kita melihat angka ini, jelas bahwa kesepian bukanlah masalah yang bisa diabaikan.

Tentu saja, kesepian bukanlah sesuatu yang baru. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Namun, di dunia yang semakin sibuk dan terhubung secara digital ini, hubungan sosial yang kuat dan mendalam sering kali terabaikan. Teknologi yang seharusnya memungkinkan kita untuk tetap terhubung, sering kali mengisolasi kita dalam dunia maya yang palsu dan dangkal. Media sosial yang sering dianggap sebagai alat untuk berkomunikasi dan berbagi, pada kenyataannya, dapat membuat kita merasa lebih kesepian dan terasing. Banyak orang mengalami perasaan tidak berdaya, tidak terlihat, dan tidak dihargai ketika mereka terperangkap dalam perbandingan yang tidak sehat dengan kehidupan orang lain yang tampak sempurna di media sosial.

Perubahan sosial juga berperan dalam munculnya kebosanan sosial ini. Keluarga yang semakin kecil, laju urbanisasi yang tinggi, dan pergeseran nilai-nilai sosial telah mengakibatkan banyak orang merasa terasing dan kehilangan hubungan yang kuat dengan komunitas mereka. Interaksi manusia yang nyata dan jalinan hubungan yang berarti semakin terpinggirkan oleh kesibukan dan tuntutan hidup modern.

Pentingnya mengatasi kebosanan sosial dan mengatasi kesepian tidak dapat diragukan lagi. Kita perlu mencari solusi untuk mengatasi masalah ini dan membangun kembali ikatan sosial yang kuat dalam masyarakat kita. Solusi mungkin melibatkan perubahan pribadi dan sosial, serta penerapan kebijakan yang mendukung kesejahteraan mental dan interaksi sosial yang lebih bermakna.

Salah satu langkah pertama yang dapat kita ambil adalah meningkatkan kesadaran akan masalah kesepian dan kebosanan sosial ini. Edukasi publik tentang dampak negatif kesepian terhadap kesejahteraan mental harus menjadi prioritas. Mengadakan kampanye dan seminar untuk meningkatkan pemahaman tentang masalah ini di kalangan masyarakat dapat membantu mengurangi stigma terkait kesepian dan memotivasi orang untuk mencari bantuan jika mereka mengalaminya.

Selain itu, kita juga perlu mempromosikan penggunaan teknologi yang sehat dan bertanggung jawab. Media sosial dapat menjadi alat yang berguna untuk menjalin hubungan sosial jika digunakan dengan bijak. Masyarakat perlu belajar mengenali batasan-batasan dalam penggunaan media sosial dan menghindari perangkap perbandingan yang tidak sehat. Penting untuk mengingat bahwa kehidupan yang tampak sempurna di media sosial sering kali hanya cerminan selektif dari realitas seseorang.

Selanjutnya, penting untuk membangun dan memperkuat komunitas lokal. Keberadaan komunitas yang kuat dapat memberikan rasa keterikatan dan saling mendukung, serta memberikan kesempatan untuk interaksi sosial yang bermakna. Pemerintah dan organisasi masyarakat perlu berkolaborasi untuk menciptakan ruang dan acara di mana orang dapat bertemu, berinteraksi, dan berbagi minat bersama. Ini dapat mencakup kegiatan seperti kelompok olahraga, kelompok seni, atau kegiatan sukarela.

Selain itu, pendekatan personal juga penting dalam mengatasi kesepian dan kebosanan sosial. Masing-masing individu harus bertanggung jawab untuk membangun hubungan sosial yang kuat dan mendalam. Ini melibatkan menciptakan waktu untuk bertemu dengan teman, keluarga, atau tetangga, serta berpartisipasi dalam aktivitas sosial di komunitas. Menghubungi orang-orang yang mungkin merasa kesepian atau terisolasi juga merupakan langkah yang penting dalam memberikan dukungan sosial.

Di tingkat kebijakan, penting bagi pemerintah untuk mengenali pentingnya kesejahteraan mental dalam agenda kesehatan publik. Ini termasuk alokasi dana dan sumber daya yang memadai untuk layanan kesehatan mental, serta mengembangkan kebijakan yang mendukung lingkungan sosial yang inklusif dan mendukung. Menyediakan akses mudah ke layanan kesehatan mental dan mendukung program-program komunitas yang bertujuan untuk mengatasi kesepian dapat membantu mengurangi prevalensi masalah ini.

Dalam kesimpulan, kesepian dan kebosanan sosial merupakan ancaman serius terhadap kesejahteraan mental kita. Dalam era di mana kita terhubung secara digital namun terkadang merasa semakin terasing, penting bagi kita untuk mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini. Edukasi, penggunaan teknologi yang sehat, membangun komunitas lokal yang kuat, dan perhatian terhadap hubungan sosial yang bermakna adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk melawan epidemik kesepian ini. Kita perlu saling peduli, mendengarkan, dan berbagi waktu dengan orang-orang di sekitar kita. Dalam mengatasi kesepian, kita juga tidak boleh ragu untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan sosial yang inklusif dan mendukung di tempat kerja, sekolah, dan komunitas. Inisiatif seperti program mentoring, kelompok dukungan, dan kegiatan sosial yang memperkuat ikatan sosial dapat menjadi jembatan untuk mengatasi kebosanan sosial dan meningkatkan kesejahteraan mental.

Kebosanan sosial dan kesepian tidak bisa diselesaikan dengan solusi tunggal. Masalah ini melibatkan berbagai faktor individu, sosial, dan struktural yang harus diatasi secara komprehensif. Dalam menghadapi pandemi kesepian ini, kita perlu bekerja sama sebagai masyarakat untuk membangun lingkungan yang saling mendukung, mempromosikan kesejahteraan mental, dan menghidupkan kembali makna sejati dari hubungan sosial yang bermakna.

Dalam artikel opini ini, kita telah melihat betapa pentingnya mengatasi kesepian dan kebosanan sosial dalam menjaga kesejahteraan mental kita. Fenomena ini tidak boleh diabaikan, dan langkah-langkah konkret harus diambil untuk menghadapinya. Dengan kesadaran yang meningkat, penggunaan teknologi yang sehat, membangun komunitas lokal yang kuat, dan dukungan kebijakan yang tepat, kita dapat mengatasi epidemik kesepian ini dan menciptakan masyarakat yang lebih terhubung dan sejahtera secara mental.

Penulis : Weriyantika Bintang Khansa (Mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image