Fenomena penggunaan mixing language di media sosial
Lainnnya | 2023-05-25 12:12:31Media sosial menjadi salah satu tempat munculnya fenomena Mixing Language. Mixing Language adalah pencampuran satu bahasa dengan bahasa lain yang digunakan seseorang untuk berkomunikasi. Penggunaan mixing language dapat terjadi pada beberapa tingkat. Mulai dari penggunaan kata atau frasa. Pencampuran bahasa satu dengan bahasa lain disebut dengan code mixing. Menurut Gumperz (1977), code mixing adalah bagian dari satu bahasa oleh seorang pembicara sementara pada dasarnya menggunakan bahasa lain.
Fenomena terjadinya mixing language dapat terjadi dalam berbagai konteks salah satunya media sosial. Fenomena ini menjadi tren dan perbincangan pada media sosial, para pengguna mixing language menyebutnya dengan istilah bahasa gaul atau bahasa anak Jaksel. Munculnya penggunaan bahasa campuran atau mixing language juga tak jauh dari pengaruh budaya barat dan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Beberapa contoh mixing language yang digunakan pada media sosial seperti which is, confused, literally, usually, basically, prefer, better, dan sebagainya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya mixing langauge adalah modernisasi yang berkembang pesat sehingga mempengaruhi para pengguna media sosial untuk mengikuti tren gaya bahasa yang terjadi. Merasa menguasai beberapa bahasa juga mempengaruhi seseorang menggunakan mixing language agar terlihat keren.
Pada fenomena ini memunculkan dampak positif dan dampak negatif. Dari segi dampak positif penggunaan mixing language bisa menambah kosakata baru bahasa Indonesia sebab beberapa bahasa Indonesia pun diadopsi dari bahasa luar negeri yang bisa saja ada sedikit penyuntingan untuk penyempurnaan bahasa itu sendiri, selain itu para pengguna mixing language mempraktikkan bahasa lain dalam komunikasi hal ini juga dapat meningkatkan skill berbicara walau tidak secara keseluruhan kalimat. Dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan mixing language ini adalah mengganggu penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang menyebabkan hilangnya kearifan bahasa Indoensia. Terkadang pengguna mixing language tidak bisa memosisikan bahasanya ketika ada kegiatan formal sehingga cenderung membawa bahasa campuran.
Mengenai fenomena tersebut terkadang sangat disayangkan karena para pengguna mixing language yang tidak bisa memosisikan dirinya di mana ia harus menggunakan bahasa formal dan di mana ia harus menggunakan bahasa santai atau mixing language. Penggunaan code mixing ini juga berpengaruh pada penggunaan bahasa sebab pembicara belum tentu menggunakan bahasa dengan baik dan tepat. Walau terlihat keren dan mengikuti tren penting bagi kita untuk memperhatikan pengucapan dan kebenaran bahasa tersebut. Para pengguna mixing language alangkah baiknya dapat memilah penggunaan bahasa campuran. Sebab penggunaan mixing language yang baik dan tepat bisa jadi menambah kosakata baru dan nantinya dapat dimasukkan ke dalam KBBI.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.