Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tiara Easya

Menghapus Prespektif Terkait Standar Kecantikan: Menuju Kecantikan Inklusif

Gaya Hidup | Thursday, 25 May 2023, 11:35 WIB

Kecantikan merpakan sebuah impian yang selalu dianggap utama bagi seluruh masyarakat di dunia dan menjadi hal yang dihargai juga diidamkan oleh seluruh individu. Standar kecantikan menjadi topik yang kontroversial dan sangat kompleks dalam masyarakat. Pemikiran tentang keindahan dan penampilan ideal telah berubah seiring berjalannya waktu. Standar kecantikan tidaklah objektif atau universal melainkan subjektif yang dipengaruhi oleh adanya budaya, sejarah, media massa, dan banyak faktor lainnya. Pada masa lalu, standar kecantikan sering dikaitkan dengan fisik seorang individu tertentu, seperti bentuk tubuh, warna kulit, dan fitur wajah. Namun, dengan kemajuan zaman, pengaruh media massa, dan globalisasi, standar kecantikan tersebut semakin kompleks dan juga beragam. Pada setiap negara, standar kecantikan yang berlaku berbeda beda misal beberapa negara menganggap tubuh yang lebih berisi sebagai simbol kecantikan tetapi terkadang di negara lain ada yang lebih mengutamakan tubuh kurus.

Banyak sekali masyarakat yang berusaha menggapai standar kecantikan yang berlaku. Tetapi hal tersebut tidaklah mudah untuk diraih, banyak sekali individu (terutama perempuan) yang merasa tidak puas dengan penampilan mereka sendiri hingga mengalami tekanan psikologis seperti kecemasan sosial dan ketidak percayaan diri akibat berusaha memenuhi standar yang tidak realistis tersebut. Ketika seseorang tidak memenuhi kriteria, maka akan ada stigma dan prasangka yang beredar dimana individu tersebut akan dianggap tidak ”cantik” dan terkadang menjadi sasaran ejekan hingga pelecehan. Penampilan fisik yang tidak sesuai juga dapat mempengaruhi kita dalam bidang karir (pekerjaan) dalam seleksi biasanya akan terjadi sebuah diskriminasi dimana ketika seseorang tidak cantik maka akan dianggap kurang kompeten atau tidak cocok dengan citra dari perusahaan tersebut. Standar kecantikan yang sempit mempengaruhi interaksi sosial kita dengan orang lain. Ada beberapa orang yang menganggap bahwa jika bicara dengan orang yang tidak menarik secara fisik akan sangat membosankan dan terkadang membuat malas.

Dampak dari standar kecantikan tidak hanaya itu, saat ini media massa juga turut andil dalam perkembangan stadar kecantikan. Iklan, majalah mode, dan platform media sosial berperan aktif untuk membentuk presepsi kita tentang kecantikan. Namun, terkadang mereka mempromosikan citra yang tidak realistis dan memanipulasi penampilan dengan bantuan teknologi. Sehingga, ketika seorang individu mencoba seperti iklan tersebut dan tidak tercapai, itu dapat mempengaruhi harga diri dan tekanan bagi individu tersebut. Standar kecantikan akan membuat seseorang tidak menjadi dirinya sendiri, seorang individu terkadang harus merubah dirinya yang sebenarnya hanya demu mencapai standar tersebut. Rasa tidak nyaman dalam proses merubah diri akan lebih terasa berat jika dibandingkan proses penerimaan diri.

Maka dari itu, kita perlu upaya untuk menghapus standar-standar tersebut. Setiap individu memiliki kecantikan dalam dirinya masing masing dimana hal tersebut menjadi faktor pendukung kuat terkait kecantikan alami. Kecantikan yang beraneka ragam seharusnya dapat membuka mata kita agar dapat lebih menghargai perbedaan dan keberagaman yang ada. Dengan merubah pandangan kita terhadap standar kecantikan, maka kita dapat membangun penerimaan diri yang dapat membebaskan kita dari tekanan untuk memenuhi ekspektasi tersebut dan lebih puas dengan apa adanya diri kita. Sangat penting untuk mengedukasi masyarakat tentang kecantikan dan dampak negatif standar kecantikan yang tidak realistis. Kita juga harus berfikir kritis terhadap standar kecantikan. Dorong masyarakt untuk mempertanyakan dan mengevaluasi pemikiran dan ekspektasi mereka terkait dengan kecantikan kemudian kita ajarkan nilai-nilai yang lebih baik seperti kepribadian, bakat, dan kecerdasan yang dapat lebih memperlihatkan kecantikan alaminya. Menghapus standar tersebut tidaklah mudah, butuh waktu yang lama dan upaya yang berkelanjutan serta dukungan masyarakat sehingga perubahan dapat terjadi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image